Anda di halaman 1dari 5

NUZULUL QUR’AN

A. Pengertian Nuzulul Qur'an


Nuzulul Qur'an berarti peristiwa al- Qur'an turun atau turunnya al-Qur'an. Penggunaan
istilah Nuzulul Qur'an bersifat Majazi, maksudnya mempermaklumkan al-Qur'an dengan
cara dan sarana yang dikehendaki Allah sehingga dapat diketahui oleh malaikat di Lauhul
Mahfudz dan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam hatinya yang suci. Dalam al-Qur'an,
Nuzulul Qur'an diungkap dengan dua ungkapan, yaitu (1) dengan kata Nazzala - yunazzilu
- tanzilan, dengan makna konotatif "turun secara berangsur-angsur", dan (2) dengan kata
anzala - yunzilu - inzalan, dengan makna denotatif "menurunkan".

B. Proses Turunnya Al-Qur'an


Dalam hal ini, turunnya al-Qur'an ada 3 pendapat:
1. Al-Qur'an turun sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke Baitil Izzah (langit dunia) pada
malam Lailatul Qodar, kemudian dituturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap,
sejak diangkatnya beliau menjadi Rasul hingga wafat.
2. Permulaan turunnya Al Qur'an adalah pada malam lailatul Qadar di bulan Ramadhan,
yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya berlanjut secara bertahap
sesuai dengan kejadian ataupun peristiwa selama kurang lebih 23 tahun.
3. Al-Qur'an diturunkan ke langit dunia setiap tahun pada malam Lailatul Qadar, kemudian
diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad.

C. Karakter Turunnya Al-Qur’an


1. Periode Pertama, kandungan al-Qur'an berisi tiga hal:
a. Pendidikan kepribadian bagi Rasulullah.
b. Pengetahuan dasar tentang ketuhanan.
c. Dasar-dasar akhlak Islamiyah dan pembentukan masyarakat Muslim.
Periode ini berlangsung 4-5 tahun dan menimbulkan reaksi di kalangan masyarakat Arab:
a. Sebagian kecil menerima dengan baik.
b. Sebagian besar menolak karena kebodohan mereka mempertahankan adat-istiadat nenek
moyang
c. Dakwah al-Qur'an mulai melebar hingga perbatasan Makkah menuju daerah-daerah
sekitarnya.

2. Periode kedua
Sejarah turunnya al-Qur'an berlangsung selama 8-9 tahun, di mana ayat-ayat al-Qur'an telah
sanggup memblokade paham jahiliyah dari segala aspek, sehingga mereka tidak lagi
mempunyai arti dan kedudukan dalam alam pikiran sehat.

3. Periode ketiga, memiliki ciri sebagai berikut:


a. Dakwah al-Qur'an telah mencapai atau mewujudkan prestasi yang sangat besar. Periode
ini berlangsung selama 10 tahun.
b. Islam telah disempurnakan oleh Allah dengan turunnya ayat surat al-Ma'idah ayat 3,
ketika Nabi wukuf pada waktu haji wada' pada tanggal 9 Dzulhijjah 10 H/ 7 Maret 632 M.
c. Sehingga dari ayat yang pertama sampai yang terakhir turun memakan waktu sekitar 22
tahun.

D. Hikmah Turunnya Al-Qur'an Secara Berangsur-angsur:


1. Menguatkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW.
2. Kesesuaian dengan peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum, misalnya tahapan
dalam pelarangan khamr, dll.
3. Memuliakan Nabi Muhammad SAW dan menunjukkan sifat lemah lembut Allah kepada
beliau.
4. Tantangan dan Mukjizat.
5. Mempermudah hafalan dan memahami Al Qur'an
6. Bukti yang pasti bahwa al-Qur'an diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana dan Maha
terpuji, yaitu Allah SWT.

E. Kodifikasi Al-Qur'an
1. Pengumpulan dalam arti Hifdzuhu (menghafalkannya dalam hati). Jumma'ul Quran
artinya huffadzuhu (penghafal-penghafalnya, orang yang menghafalkannya di dalam hati).
2. Pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi (penulisan al-Qur'an secara keseluruhan).
3. Pengumpulan dalam arti merekam suara bacaan al-Qur'an, yaitu pelestarian al-Qur'an
dengan cara merekam dalam pita suara.

F. Periodisasi Kodifikasi
Periode kodifikasi Al Qur'an dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pada Masa Nabi
Kodifikasi Al Qur'an pada zaman Nabi:
a. Nabi mengangkat para penulis wahyu al-Qur'an, seperti Ali, Muawiyah, 'Ubai bin
Ka'ab dan Zaid bin Tsabit
b. Menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit kayu, pelana,
potongan tulang belulang binatang.
c. Jibril membacakan al-Qur'an kepada Rasulullah pada malam-malam bulan Ramadan.
d. Nabi mengoreksi langsung hafalan para sahabat, di antaranya: Ali bin Abi Thalib,
Muadz bin Jabal, Ubai bin Ka'ab, Abdullah bin Mas'ud dan yang terakhir Zaid bin
Tsabit.
e. Belum dibukukan dalam bentuk mushaf sebab masih menanti wahyu yang
diturunkan.
f. Mengenai susunan surat, Nabi sendiri yang memerintahkannya.
2. Pada Masa Khalifah Abu Bakr
Kodifikasi Al Qur'an pada zaman Khalifah Abu Bakar :
a. Banyak para sahabat ahlul qura (penghafal) syahid dalam perang Yamamah. Umar
kemudian meminta kepada Abu Bakar membukukan al-Qur'an.
b. Mengumpulkan tulisan-tulisan dari para penghafal yang terserak.
c. Para penghafal harus membawa 2 orang saksi.
d. Dikumpulkan oleh Zaid bib Tsabit dalam satu mushaf (terbuat dari kulit onta),
kemudian disimpan di rumah Hafsah.
e. Belum dilengkapi tanda baca, juz, dan keterangan- keterangan lainnya seperti saat ini.

3. Pada Masa Khalifah Utsman


Kodifikasi Al Qur'an pada zaman Khalifah Utsman:
a. Terjadi perbedaan qira'at al-Qur'an, dan dikhawatirkan terjadi perpecahan.
b. Disusun dalam bentuk mushaf dengan dialek Qurays.
c. Usman membentuk panitia yang terdiri dari: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Sa'ad bin 'As dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.
d. Menggandakannya menjadi beberapa, ada yang menyebutnya 5 dan 7 kali.
e. Membakar semua mushaf selain yang ditulis.
ASBABUN NUZUL

A. Pengertian Asbabun Nuzul


1. Secara etimologi
Asbabun Nuzul terdiri dari dua kata "asbab" (bentuk plural dari kata "sabab") yang
mempunyai arti latar belakang, alasan atau sebab/ 'illat. Sedangkan kata "nuzul" berasal
dari kata "nazala" yang berarti turun.
2. Secara terminologi
a. Menurut Subhi as-Shalih: Sesuatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat
yang memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa
terjadinya sebab tersebut.
b. Manna' Khalil al Qattan: Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya
Al Qur'an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau
berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
Dapat disimpulkan bahwa, secara umum asbabun nuzul adalah segala sesuatu yang
menjadi sebab turunnya ayat, baik untuk mengomentari, menjawab, ataupun menerangkan
hukum pada saat sesuatu itu terjadi.

B. Jenis-Jenis Riwayat Asbabun Nuzul


1. Secara Tegas, yaitu para periwayat dengan tegas menunjukkan bahwa peristiwa yang
diriwayatkan berkaitan erat dengan Asbabun Nuzul, misalnya Ibn Abbas r.a meriwayatkan
tentang turunnya Q.S. an-Nisa': 59.
2. Secara kurang tegas (mumkin), yaitu perawi tidak menceritakan dengan jelas bahwa
peristiwa yang diriwayatkan berkaitan erat dengan asbabun nuzul, tetapi hanya menjelaskan
kemungkinan- kemungkinannya. Misalnya riwayat 'Urwah tentang kasus Zubair yang
bertengkar dengan seorang Ansar, karena masalah aliran air (irigasi) di al-Harra.

C. Macam-macam Redaksi Asbabun Nuzul


1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul.
a. Sarih (jelas)
Ungkapan riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul dengan
indikasi menggunakan lafal (pendahuluan).
b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)
Ungkapan Muhtamillah adalah ungkapan dalam riwayat yang belum dipastikan sebagai
asbabun nuzul karena masih terdapat keraguan.
2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya jumlah sebab dan ayat yang turun:
a. Ta'addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Al-Wahid
Maksudnya ada beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau
wahyu. Jadi terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab.
b. Ta'addud Al-Nazil Wa Al-Sabab Al-Wahid
Maksudnya beberapa sebab mengakibatkan turun satu wahyu, ada pula satu sebab yang
melatarbelakangi turunnya beberapa ayat atau wahyu.
D. Manfaat Mempelajari Asbabun Nuzul
1. Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian shara'
terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin dan agama.
2. Membantu memberikan kejelasan hukum terhadap beberapa ayat.
3. Memberi batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, jika hukum itu
dinyatakan dalam bentuk umum.
4. Apabila lafadz yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil yang menunjukkan
pengkhususannya, maka adanya asbabun nuzul akan membatasi "takhshish" (pengkhususan)
itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
5. Asbabun Nuzul dapat membantu memahami apakah suatu ayat berlaku umum atau
berlaku khusus, selanjutnya dalam hal apa ayat itu diterapkan, sehingga maksud yang
sesungguhnya suatu ayat dapat dipahami melalui pengenalan asbabun nuzul.
6. Dengan memahami asbabun nuzul akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-
Qur'an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya.
Sebab, pertalian antara sebab dan musabab (akibat), hukum dan peristiwanya, peristiwa dan
pelaku, masa dan tempatnya, semua ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kuatnya
ayat-ayat Al Qur'an dalam ingatan.

Anda mungkin juga menyukai