Anda di halaman 1dari 21

Nuzulul Qur’an

Oleh:

Nur Kholis, M.Ag.
H. Thonthowi, S.Ag.
Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I

Team Teaching
Lembaga Pengembangan Studi dan Studi Islam
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
Pokok-Pokok Bahasan

1. Pengertian Nuzulul Qur’an
2. Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur
3. Kodifikasi Al-Qur’an
4. Ciri-Ciri Kodifikasi Al-Qur’an Sejak Periode Nabi,
Abu Bakar dan Usman bin Affan.
Pengertian
Nuzulul Qur’an

 Secara etimologis Nuzulul Qur’an berarti peristiwa al-
Qur’an turun atau turunnya al-Qur’an.
 Penggunaan istilah Nuzulul Qur’an bersifat Majazi,
maksudnya mempermaklumkan al-Qur’an dengan cara dan
sarana yang dikehendaki Allah sehingga dapat diketahui
oleh malaikat di Lauhul Mahfudz dan oleh Nabi Muhammad
SAW. di dalam hatinya yang suci.
 Dalam al-Qur’an Nuzulul Qur’an diungkap dengan dua
ungkapan, yaitu (1) dengan kata Nazzala – yunazzilu –
tanzilan, dengan makna konotatif “turun secara berangsur-
angsur”, dan (2) dengan kata anzala – yunzilu – inzalan,
dengan makna denotatif “menurunkan”.
Proses Turunnya Al-Qur’an

Dalam hal ini, turunnya al-Qur’an ada 3 pendapat:
1. Al-Qur’an turun sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke
langit dunia pada malam Lailatul Qodar, kemudian
dituturunkan kepada Nabi Muhammad secara
bertahap, sejak diangkatnya beliau menjadi Rasul
hingga wafat.
2. Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia setiap tahun
pada malam Lailatul Qadar, kemudian diturunkan
secara bertahap kepada Nabi Muhammad.
3. Allah menjadikan malam lailatul Qadar sebagai awal
pembuka diturunkannya al-Qur’an secara bertahap
Karakter Turunnya Al-Qur’an

Periode pertama, kandungan al-Qur’an berisi tiga
hal;
1. Pendidikan kepribadian bagi Rasulullah (Q.S. al-
Mudatssir (74): 1-7);
2. Pengetahuan dasar mengenai ketuhanan (Q.S.
al-A’la (87) dan Q.S. al-Ikhlas (112));
3. Dasar-dasar akhlak Islamiyah dan pembentukan
masyarakat Muslim.

Periode ini berlangsung 4-5 tahun dan menimbulkan reaksi
di kalangan masyarakat Arab:
1. Sebagian kecil menerima dengan baik;
2. Sebagian besar menolak karena kebodohan mereka (Q.S.
al-Anbiya’ (21):24), mempertahankan adat-istiadat nenek
moyang (Q.S. az-Zukhruf (43):22);
3. Dakwah al-Qur’an mulai melebar hingga perbatasan
Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.

Periode kedua, sejarah turunnya al-Qur’an
berlangsung selama 8-9 tahun, dimana ayat-
ayat al-Qur’an telah sanggup memblokade
paham jahiliyah dari segala segi, sehingga
mereka tidak lagi mempunyai arti dan
kedudukan dalam alam pikiran sehat (Q.S. an-
Nahl (16): 125; Fushilat (41):13; Yasin (36): 78 –
82)

Periode ketiga, dicirikan;
1. Dakwah al-Qur’an telah mencapai atau mewujudkan
prestasi yang sangat besar. Periode ini berlangsung
selama 10 tahun (Quraish Shihab, 1992:35-37).
2. Islam telah disempurnakan oleh Allah dengan
turunnya ayat surat al-Ma’idah ayat 3 (ayat tentang
hukum), ketika Nabi wukuf pada waktu haji wada’
pada tanggal 9 Dzulhijjah 10 H/ 7 Maret 632 M.
3. Sehingga dari ayat yang pertama sampai yang
terakhir turun memakan waktu sekitar 22 tahun.
Hikmah Turunnya Al-Qur’an
Secara Berangsur-Angsur

1. Menguatkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW.
2. Kesesuaian dengan peristiwa dan pentahapan dalam
penetapan hukum, misalnya tahapan dalam pelarangan
khamr.
3. Memuliakan Nabi Muhammad SAW dan menunjukkan
sifat lemah lembut Allah kepada beliau.
4. Tantangan dan Mukjizat.
5. Mempermudah hafalan dan memahami.
6. Bukti yang pasti bahwa al-Qur’an diturunkan dari sisi yang
Maha Bijaksana dan Maha terpuji.
Kodifikasi Al-Qur’an

 Pertama : pengumpulan dalam arti Hifdzuhu
(menghafalkannya dalam hati). Jumma’ul Quran artinya
huffazuhu (penghafal-penghafalnya, orang yang
menghafalkannya di dalam hati).
 Kedua : pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi
(penulisan al-Qur’an semuanya)
 Ketiga: pengumpulan dalam arti merekam suara bacaan
al-Qur’an, yaitu pelestarian al-Qur’an dengan cara
merekam dalam pita suara.
Periode Kodifikasi

 Zaman Nabi
 Zaman Abu Bakar
 Zaman Usman
Ciri-Ciri Kodifikasi Al-Qur’an

Zaman Nabi dicirikan;
1. Nabi mengangkat mengangkat para penulis wahyu
al-Qur’an, seperti Ali, Muawiyah, ‘Ubai bin K’ab
dan Zaid bin Sabit
2. Menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan
batu, daun lontar, kulit kayu, pelana, potongan
tulang belulang binatang.
3. Jibril membacakan al-Qur’an kepada Rasulullah
pada malam-malam bulan Ramadan (muraja’ah).

Contoh
lempengan
batu yang
digunakan
menuliskan
al-Qur’an.

Inkripsi
al-Qur’an
yang
ditulis di
atas kulit
onta.

4. Nabi mengoreksi langsung hapalan para sahabat,
diantaranya: Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal,
Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin
Mas’ud dan yang terakhir Zaid bin Sabit.
5. Belum dibukukan dalam bentuk mushaf sebab
masih menanti wahyu yang diturunkan.
6. Mengenai susunan surat, Nabi sendiri yang
memerintahkannya.

Contoh
kodifikasi
mushaf dalam
kulit-kulit
kayu.

Zaman Abu Bakar dicirikan;
1. Banyak para sahabat ahlul qura (penghapal) syahid
dalam perang Yamamah. Umar kemudian meminta
kepada Abu Bakar membukukan al-Qur’an.
2. Mengumpulkan tulisan-tulisan dari para penghapal
yang terserak.
3. Para penghapal harus membawa 2 orang saksi.
4. Dikumpulkan oleh Zaid bib Tsabit dalam satu mushaf
(terbuat dari kulit onta), kemudian disimpan di rumah
Hafsah.
5. Belum dilengkapi tanda baca, juz, dan keterangan-
keterangan lainnya seperti saat ini.

Diduga
mushaf yang
dikumpulkan
oleh Abu
Bakar

Zaman Khalifah Usman dicirikan;
1. Terjadi perbedaan qira’at (bacaan) al-Qur’an, dan
dikhawatirkan terjadi perpecahan.
2. Disusun dalam bentuk mushaf dengan dialek
Qurays.
3. Usman membentuk panitia yang terdiri dari: Zaid
bin Sabit , Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin ‘As dan
Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.
4. Menggandakannya menjadi beberapa; ada yang
menyebutnya 5 dan 7 kali.
5. Membakar semua mushaf selain yang ditulis.

Mushaf
Usmani yang
tersimpan di
Museum
Yaman

Wallahu’alam bishawab,
Wassalamu’alaikum...

Anda mungkin juga menyukai