Anda di halaman 1dari 6

Hikmah Turunnya Al-Qur’an

Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur :

1. Untuk meneguhakan hati Nabi Muham mad

2. Sebagai Mukjizat Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi Nabi dari kaumnya baik dari
pertanyaan yang memojokkan.

3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al- Qur’an.

4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap.

Sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah bukan rekayasa Nabi Muhammad atau manusia biasa.

“Kalamullah” Ta’rifatul Qur’an (Mengenal Al-Quran)

Tafakur adalah suatu metode untuk lebih memudahkan mengamalkan ajaran-ajaran al-qur’an/hadits. Mempunyai
nilai yang sangat istimewa di sisi Allah SWT

Tafakur adalah “berpikir” menggunakan akal dan kalbu

Akal= berpikir, membayangkan

Kalbu= merasakan/menghayati

Penyesalan para penghuni neraka : Al- Mulk: 10

RUMUS UTAMA TAFAKUR : Akal tanpa bimbingan al-qur’an tertipu, al-qur’an tanpa akal lumpuh

Ayat yang memerintahkan manusia untuk berfikir : Al-Baqarah 269

Allah murka kepada orang yang tidak mau berfikir: qs yunus 100

Kalamullah = Kalam dalam istilah ilmu nahwu adalah sesuatu yang di dalamnya berkumpul empat perkara. Yakni
lafadz (ucapan), murokkab (tersusun), mufid (memberi faidah) dan bil wadl'i (dengan sebuah tujuan).dalam kitab
Jurumiyah: "Kalam adalah lafadz yang tersusun yang memberi faidah dengan menggunakan bahasa arab."

Kalamullah adalah dua unsur kata dari lafadz kalam dan Allah. firman Allah dalam bentuk wahyu yang
disampaikan kepada para nabi dan rasul-Nya melalui malaikat jibril.

Sejarah Al-Qur’an = Sejarah Turunnya Al- Qur’an (Nuzulul Qur’an) Nuzul adalah kata jadian dari kata kerja
“Nazala” yang berarti “Turun”. Turunnya Al-Qur’an lebih sering digunakan istilah Nuzulul Qur’an, bahkan
terdapat peringatan Nuzulul Qur’an sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap Al-Qur’an.
Kebanyakan masyarakat hanya sebatas mengetahui bahwa Al-Qur’an diturunkan pada Bulan Ramadhan, namun
sebenarnya ada beberapa tahapan Al- Qur’an itu turun kepada Nabi Muhammad Saw. hingga dapat kita baca
sekarang ini. Menurut Al-Zarqani dalam manahil Al-Irfan berpendapat bahwa proses turunnya Al-Qur’an terdiri
atas tiga tahapan:

1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke Lauh Al-Mahfuzh, yaitu suatu tempat yang merupakan
catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Disebutkan dalan Surat Al-Buruj ayat 21-22
2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah (tempat yang berada di langit dunia),
sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Qadar ayat 1

3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai
dengan kebutuhan. Hal ini diisyaratjkan dalam Q.S. Asy-Syu’ara ayat 193-195

4. Al- quran diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Quran
diturunkan secara berangsur- angsur. Waktu turun al- quran selama kurang lebih 23 tahun atau tepatnya
22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, 74.437 kalimat dan 325.345 huruf.

1. Al- quran diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Quran
diturunkan secara berangsur- angsur. Waktu turun al- quran selama kurang lebih 23 tahun atau tepatnya
22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, 74.437 kalimat dan 325.345 huruf.
2. Surah pertama yang diturunkan adalah al- ‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 ramadhan tahun
610 M di Gua Hira.. Dengan diterimanya wahyu pertama ini nabi Muhammad resmi diangkat menjadi
Rasul, yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
3. Surah yang terakhir turun adalah Q.S.AL MAIDAH ayat 3 . Ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijah
tahun 10 hijriah di padang arafah , ketika itu beliau sedang menunakan haji wada (haji perpisahan).
Beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut ia wafat .

Tantangan untuk Membuat Padanan al- Qur’an " (QS Al Baqarah : 23), (QS Huud : 13)

Musailamah Al-Kadzdzab Mencoba Menjawab Tantangan itu Dia membuat padanan surah al-Fiil

“al-Fiil, Mal fiil, Wa ma adraka mal fiil, Lahu dzanbun wabiilun, Wa hurtumun thawiilun” (Gajah, apa itu gajah?
Tahukah kamu apa itu gajah? Telinganya lebar, belalainya panjang)

SIAPAPUN TIDAK AKAN DAPAT MEMBUAT PADANAN AL-QUR’AN (al-Isra’88) “

Mengimani Al-qur’an menjadi hal wajib bagi seorang muslim

“Barangsiapa ingkar (kufur) terhadap satu ayat saja dari Al Qur`an, maka sungguh sungguh dia telah kafir.” (HR.
Ath Thabrani) , (QS An Nisaa` : 65), (al-Baqarah 2), (QS Asy Syu’ara: 192-193),(QS Al Hijr : 9)

Pengumpulan Al-qur’an

Dalam penulisan Al-Qur’an kita mengenal istilah Jam’u Al-Qur’an (pengumpulan Al-qur’an) yang mempunyai
dua pengertian yaitu, al-hifdzu (menghafal) dan al-kitabah (menulis) yakni menulis al-qur’an pada benda-benda
yang dapat ditulis. Kata pengumpulan dalam arti penghafalannya adalah proses ketika Allah Swt.
menyemayamkan wahyu yang diturunkan ke dalam lubuk hati Nabi Muhammad SAW..

Proses Penulisan Al- Qur’an Proses penulisan Al-Qur’an (rasmu Al-Qur’an) terdiri dari beberapa tahapan atau
masa. Yaitu pada masa Nabi Muhammad SAW., pada masa Khulafa’ur Rasyidin, dan pada masa setelah
Khulafa’ur Rasyidin.

1.Masa Nabi Muhammad SAW. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad ditempuh dengan dua cara:

a) Al-Jam’u fis Sudur Rasulullah amat menyukai wahyu, dan senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan rasa
rindu, lalu menghafal dan memahaminya. Nabi Muhammad Saw adalah hafiz (penghafal) Al-Qur’an pertama dan
merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya, sebagai bentuk kecintaan mereka kepada
pokok agama dan sumber risalah. Setiap kali Rasulullah menerima wahyu, para sahabat langsung menghafalnya
diluar kepala.

b) Al-Jam’u fis Suthur Selain di hafal, Rasulullah juga mengangkat para penulis wahyu Al- Qur’an dari sahabat-
sahabat terkemuka seperti Ali, Mu’awiyah, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Sabit. Bila ayat turun, beliau
memerintahkan mereka menuliskan dan menunjukan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada
lembaran itu membantu penghafalan didalam hati. Proses penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad Saw.
sangatlah sederhana. Mereka menggunakan alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang
belulang dan berbagai tempat lainnya.

2. Masa Khulafa’ur Rasyidin


a. Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Pada masa pemerintahan Abu Bakar terjadilah Jam’ul Quran yaitu
pengumpulan naskah-naskah atau manuskrip Al-Quran yang susunan surah- surahnya menurut riwayat masih
berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul). Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan
Abu Bakar terjadi setelah Perang Yamamah pada tahun 12 H. Peperangan tersebut mengakibatkan 70 orang
sahabat penghafal Al-Qur’an syahid. Khawatir akan hilangnya Al-Qur’an karena para penghafal Al-Qur’an
banyak yang gugur dalam medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.

b. Pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan Pada masa pemerintahan Usman bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah
islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja (’Ajamy).
Salah satu dampak yang terjadi adalah ketika mereka membaca Al- Quran, karena bahasa asli mereka bukan
bahasa arab. Fenomena ini ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang
pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin Al- Yaman. Inisiatif ‘Utsman bin ‘Affan untuk menyatukan
penulisan Al-Qur’an tampaknya sangat beralasan. Betapa tidak, menurut beberapa riwayat, perbedaan cara
membaca Al-Qur’an pada saat itu sudah berada pada titik yang menyebabkan umat Islam saling menyalahkan dan
pada ujungnya terjadi perselisihan diantara mereka.

b. Pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan Pada masa pemerintahan Usman bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah
islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja (’Ajamy).
Salah satu dampak yang terjadi adalah ketika mereka membaca Al- Quran, karena bahasa asli mereka bukan
bahasa arab. Fenomena ini ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang
pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin Al- Yaman. Inisiatif ‘Utsman bin ‘Affan untuk menyatukan
penulisan Al-Qur’an tampaknya sangat beralasan. Betapa tidak, menurut beberapa riwayat, perbedaan cara
membaca Al-Qur’an pada saat itu sudah berada pada titik yang menyebabkan umat Islam saling menyalahkan dan
pada ujungnya terjadi perselisihan diantara mereka.

3. Masa setelah Khulafa’ur Rasyidin Pada masa ini, Al-Qur’an mulai dalam tahap penyempurnaan dalam
penulisannya. Mushaf yang ditulis pada masa ‘Utsman bin ‘Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga
dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Setelah banyak orang non-Arab memeluk Islam, mereka merasa
kesulitan membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705),
ketidak memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu dan pada karena itu pula
penyempurnaan mulai segera dilakukan. Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap
dan dilakukan oleh setiap generasi sampai abad III H (akhir abad IX M.).

MU’JIZAT AL-QUR’AN

Secara Bahasa : Kata Mukjizat (‘ajaza, Yu’jizu, I’jaz, mu’jizun ); lemah lawan dari Qudrah (mampuh),

Kata ‘mu’jizat berasal dari bahasa Arab, yang berarti: sesuatu yang membuat pihak lain tidak berdaya di
hadapannya. Sedangkan dalam istilah agama, mukjizat adalah hal luar biasa yang Allah berikan kepada seoang
nabi atau rasul untuk membuktikan kebenaran pengakuan kenabian/kerasulannya, dan biasanya bersifat
menantang ummatnya yang tidak beiman kepadanya.

Al-Qur’an sesuatu yang luar biasa yang tidak dapat disaingi (dipadani) oleh karya apapun (Al- Isra/17: 88).
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini,
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.”
Menantang siapa saja yang tidak beriman.

Definis Mukjizat Menurut Ulama : Perkara yang diluar kebiasaan yang tidak bisa ditandingi, yang tidak bisa ditiru,
yang diberikan Allah SWT kepada para Nabi-Nya.

Syarat-syarat Mukjizat

Menurut al-Qurthubi ada 5 Syarat :

1. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan, selain Allah SWT, contoh, Terbelahnya Lautan, Terbelahnya bulan,
atau hal-hal yang tidak bida dilakukan manusia.
2. Sesuatu yang diluar kebiasaan. Yang tidak bisa dilakukan selain Allah. Contoh, Terbitnya Matahari dari
sebelah Barat, datangnya siang setelah malam atau sebaliknya. Tongkat jadi ular, memancarnya air dari
jari-jari,

3. Disampaikan terkait dengan syariat/dakwah, seperti air jadi minyak.

4. Terjadi karena adanya penentang. Seperti Musailamah,

5. Sesorang tidak dapat mendatangkan, terhadap orang yang menentang sebagai Pembuktian.

Unsur Mukjizat

Dari definisi di atas setidaknya ada 4 unsur Mukjizat yaitu :

1. Hal atau peristiwa yang luar biasa

2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi

3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian

4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani

Macam-macam Mukjizat

1. Mukjizat Hissi, yaitu Mukjizat yang bersifat material inderawi dan tidak kekal, Contohnya, Mukjizat
Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad bersifat material dan inderawi dalam arti keluarbisaaan tersebut
bisa disaksikan langsung lewat indera masyarakat di seorang Nabi menyampaikan risalahnya. Perahu
Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan
gelombang yang dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim dalam kobaran api; tongkat Nabi Musa yang
berubah menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa atas izin Allah dan lain-lain, semuanya
bersifat material inderawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada dan berakhir dengan
wafatnya masing-masing nabi.

2. Mukjizat ma’nawi, yaitu Mukjizat yang bersifat inmaterial, logis dan hanya bisa dicapai oleh kekuatan
akal dan kecerdasan fikiran.

Aspek-Aspek Mukjizat Al-Qur’an

⚫ Aspek bahasa dan sastra

Tidak ada satu faktapun seseorang yang dapat menyaingi atau meniru al-Qur’an. Kelembutan Al-Qur`an
secara lafziyah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasaBeberapa ayat memuat nada
dan irama yang menyenangkan bagi pendengar.Merangkum keindahan dan kemudahan memahami
sekaligus.Keserasian Al-Qur`an baik untuk orang awam maupun cendekiawan.

⚫ Aspek isyarat ilmiah

Beberapa ayat memuat berita-berita, kejadian- kejadian dan fakta-fakta ilmiah yang mendahului
zamannya. Sebagian baru terjawab di era sekarang. Ayat-ayat yang mengisyaratkan ilmu pengetahuan
tidak ada yang bertentangan dengan fakta ilmiah pengetahuan modern.Bentuk ilmu pengetahuan yang
terkandung multidisiplin, matematika, biologi, fisika, dan sebagainya.

Proses penciptaan manusia (Q.S. Al-Qiyamah 75:36-39)

Langit dan bumi tadinya bersatu (Q.S. Al-Anbiya’ 21:30)

Batas maya di antara dua lautan yang bertemu (Q.S. Al-Furqan 25:53)

⚫ Aspek kisah-kisah purba

Kisah dalam al-Qur’an berbeda dengan kisah pada umumnya. Al-Qur’an memuat kisah-kisah kehidupan
manusia yang paling purba.Masing-masing kisah dijelaskan secara singkat, padat, dan sarat akan nilai,
namun di sisi lain tidak terlihat sangat rigid dan kronologis, sebagaimana fakta sejarah.Semua cerita
tersebut sangat relevan dengan kondisi zaman.Bahkan sebagian kisah ada yang belum terjadi, dan
beberapa baru terjadi belakangan.

⚫ Aspek hukum

Hukum-hukum yang tercatat di dalam al-Qur’an terkadang memberikan perincian yang sangat khusus
sementara beberapa lainnya mujmal (global) dan perinciannya diterangkan dalam sunnah. Hukum-
hukum yang terkandung juga berlaku up to date dari zaman ke zaman. Di balik hukum-hukum yang
dimuat, mengandung kemaslahaatan dan keilmiahan.

Secara umum, Ahmad Taufik dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2019) menuliskan
tiga macam hukum Islam yang tertera dalam Al-Quran sebagai berikut:

Pertama, hukum akidah (i'tiqadiyah) yang membahas perkara keimanan dan kepercayaan dalam Islam.
Hukum ini terwujud dalam bentuk rukun iman yang harus diyakini setiap muslim. Ilmu yang
mempelajari hukum ini adalah ilmu tauhid atau ilmu kalam.

Kedua, hukum akhlak (khuluqiyah) yang membahas perkara amal perbuatan manusia. Ilmu yang
mempelajari hukum ini disebut ilmu akhlak. Dalam Islam, tindak-tanduk manusia merupakan bahasan
penting, sebab tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak dan mewanti-wanti umat Islam untuk menghindari perbuatan tercela. Hal ini tergambar dalam
sabda Nabi Muhammad SAW: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak,"
(H.R. Baihaqi).

Ketiga, hukum syariat (syariyah) yang mengatur perkara hubungan dengan Allah (hablum minallah),
aturan dengan sesama manusia (hablum minannas), dan alam sekitar. Hukum syariat dalam Islam juga
dikenal dengan hukum amaliyah yang tercermin dalam perilaku hidup sehari-hari.

Hukum syariat dalam Islam terbagi dalam enam kelompok

1. Hukum ibadah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, seperti hukum salat, zakat,
puasa, haji, dan sebagainya.

2. Hukum muamalah yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Hukum muamalah ini mengatur
mengenai harta benda, seperti tanah, uang, dan lain sebagainya. Contoh perkara yang diatur hukum
muamalah adalah perkara jual beli, gadai, riba, dan sebagainya.

3. Hukum perkawinan yang mengatur perkara keluarga, pernikahan, perceraian, adopsi anak, dan urusan
rumah tangga lainnya.

4. Hukum waris yang berkaitan dengan harta benda yang ditinggalkan orang yang meninggal.

5. Hukum pidana atau jinayah yang mengatur perkara jiwa, akal, dan kehormatan manusia. Contoh
perkara jinayah ini adalah kasus pembunuhan, zina, perampokan, dan sebagainya.

6. Hukum politik (siyasah) yang engatur urusan pemerintahan, seperti pemilihan kepala negara,
kementerian (wizarah), urusan keuangan negara, dan sebagainya.

Diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW

Disampaikan secara mutawatir sehingga terpilih ashalahnya

Dan Al Qur-an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-
lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian – (QS Al Isra:106)

Ada sejumlah alasan, Al Qur-an diturunkan secara berangsur-angsur, di antaranya:

1. Menguatkan, meneguhkan atau memantapkan hati Nabi ketika menyampaikan dakwah. Nabi
kerapkali berhadapan dengan para penentang. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu
merupakan dorongan untuk gigih net dakwah. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah (QS. Al Furqon :
32).
2. Menenangkan hati Nabi ketika turun wahyu. Dalam salah satu firman Allah disebutkan bahwa
keagungan dan kehebatan Al Qur-an.dapat membuat gunung bersujud karena takut atas firman Allah swt
dalam QS. Al-Hasr: 21, yang artinya liat dibuku. Lalu bagaimana dengan hati Nabi Muhammad saw
yang lembut apabila Al Qur-an diturunkan sekaligus semuanya? Tentu hati Nabi Muhammad saw akan
merasakan kegelisahan yang sangat dahsyat dan tak akan mampu menerima Al Qur-an secara global
dengan kandungan isi yang sangat komplek, sebagaimana sifat manusiawi pada umumnya.

3. Menentang dan melemahkan para penentang Al Qur-an.

Nabi Muhammad saw kerapkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang hal-hal batil
yang tak masuk akal, seperti hari kiamat yang dilontarkan orang-orang musyrik denganJ tujuan
melemahkan Nabi Muhammad saw. Maka turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja
menjawab pertanyaan itu, namun bisa juga menantang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa
dengan Al Qur-an. Kemudian ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, maka hal itu
sekaligus merupakan salah satu mu`jizat Al Qur-an.

4. Memudahkan untuk difahami dan dihafal.

Nabi.Muhammad saw sangat merindukan turunnya wahyu. Karena rindunya, suatu ketika mengikuti
bacaan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril sebelum wahyu itu selesai dibacakannya. Berdasarkan
kondisi.itulah Allah swt berfirman, (QS. Thaha :114).

5 Membuktikan dengan pasti bahwa al-Qur-an turun dari Allah Yang Maha Bijaksana. Walaupun Al
Qur-an turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, tetapi secara keseluruhan,
terdapat keserasian di antara satu bagian al Qur-an dengan bagian lainnya. Hal ini tentunya hanya dapat
dilakukan Allah yang Maha Bijaksana.

Membacanya adalah Ibadah

Seseorang yang rutin membaca Alquran akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. (HR. Bukhari
dan Muslim) Selain itu, (HR. Bukhari).

Mendapat syafaat di hari akhir

(HR. Ahmad). mengangkat derajat pembacanya di hadapan Allah. Hal ini pun sesuai dengan hadits dari
Umar RA berkata bahwa Rasulullah: (HR Muslim)

1. Meyakini Al-Qur’an 16:30

2. Membacanya 73:4

dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan

3. Memahami kandungannya (4/82)

Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah,
pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.

4. Mengamalkannya (24/51)

Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul
memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.
5. Terlibat dalam memasyarakatkannya (16/125)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Anda mungkin juga menyukai