Anda di halaman 1dari 5

Memahami Penulisan Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad saw.

Oleh: Fatika Viradinita Wardatul A (07040322015)

Reza Muhammad Aquillah H (07040322126)

Safna Faradish M Diana Aliek (07040322127)

A. Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
berdasarkan perantara malaikat Jibril. Allah telah menjamin keaslian al-Qur’an
sebagaimana firman Allah yang tercantum dalam Q.S al-Hijr ayat 9, yaitu:
{ ‫} ِإَّنا َنۡح ُن َنَّز ۡل َنا ٱلِّذ ۡك َر َو ِإَّنا َل ۥُه َلَح ٰـِفُظوَن‬
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.” (Q.S al-Hijr: 9)
Terdiri dari 114 surah yang susunannya ditentukan langsung oleh Allah tanpa
adanya campur tangan manusia (tawqify), al-Qur’an diturunkan secara berangsur-
angsur atau dengan kata lain tidak sekaligus. Dengan demikian, ayat tersebut di atas
menegaskan bahwa, penurunan dan pemeliharaan kemurniannya adalah urusan Allah
dan yang akan terus menjaga keaslian dan keorisinalitasnya selama-lamanya.
Adapun sejarah pemeliharaan al-Qur’an umumnya memiliki beberapa tahapan,
yaitu: pertama, Penulisan al-Qur’an pada masa Rasulullah Saw., kedua, Pengumpulan
al-Qur’an pada masa Abu Bakar al-Shiddiq, Pembukuan al-Qur’an pada masa Utsman
bin Affan dan pencetakan al-Qur’an pada abad ke-17 Masehi. 1 Namun pada artikel
ini, hanya membahas tentang Memahami Penulisan al-Qur’an pada masa Nabi
Muhammad Saw saja.

B. Pembahasan
Pada masa-masa awal hadirnya agama Islam, bangsa Arab masih tergolong
sebagai bangsa yang buta aksara atau tidak bisa membaca dan menulis. Bahkan Nabi
Muhammad Saw. walaupun sebagai penerima wahyu, akan tetapi dinyatakan sebagai
nabi yang ummi. Sebagaimana ke-ummi-an bangsa Arab dan Nabi Muhammad Saw.
yang ditegaskan dalam al-Qur’an, yang artinya:

1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Cet. 2, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal. 46
“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya kepada
mereka, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.” (Q.S al-Jumu’ah: 2)2
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca
tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada
mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan
segala yang buruk bagi mereka dan membebaskan beban-beban dan belenggu-
belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya,
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S al-
A’raf:157)3
Oleh karenanya, dapat dimengerti jika surah yang pertama kali diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw. ialah surah perintah membaca dan menulis atau yang
dikenal dengan surah al-‘Alaq [96].4 Karena memang bangsa Arab yang dulu adalah
bangsa yang ummi, tidak pandai membaca dan menulis kecuali sedikit dari mereka.
Meskipun bangsa Arab masa lalu dikenal sebagai bangsa yang buta huruf, namun
mereka memiliki kelebihan daya ingat yang sangat kuat dan hafalannya yang cepat
serta daya pikirannya yang terbuka.5 Mereka terbiasa menghafalkan berbagai macam
syair yang sangat banyak. Namun begitu datang al-Qur’an, mereka berganti arah
untuk menghafal al-Qur’an, karena dengan menghafalnya dapat menyejukkan dan
menggugah roh dan jiwa mereka.
Kekuatan daya hafal para sahabat terdahulu benar-benar dimanfaatkan oleh Nabi
dengan memerintahkan mereka untuk menghafal setiap kali ayat al-Qur’an
diturunkan. Al-Bukhari mengatakan: “Jumlah para sahabat yang hafal al-Qur’an pada
masa hidup Rasulullah Saw. tidak lebih dari tujuh orang. Mereka itu adalah, Abdullah
bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Abu Zaid bin
Sakan dan Abu Darda.6

2
Al-Qur’an al-Quddus, al-Jumu’ah¸ayat 2, hal. 552
3
Al-Qur’an al-Quddus, al-A’raf, ayat 157, hal. 169
4
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Cet. 2, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal. 47
5
Anshori, Ulumul Qur’an, Cet. 3, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), hal. 82
6
Anshori, Ulumul Qur’an, Cet. 3, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), hal. 83
Sementara yang pandai menulis, dari waktu ke waktu jumlahnya semakin
bertambah banyak, oleh karenanya Nabi membolehkan mencatat al-Qur’an setiap kali
Nabi menerima ayat-ayat al-Qur’an yang turun.
Pada zaman Rasulullah Saw. kegiatan ini masih sederhana, sebab alat tulis
menulis ketika itu masih pada ‘usub (pelepah kurma), riqa’ (kulit), aktaf (tulang unta)
dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa dipasang di atas punggung unta). 7 Salah satu
dari para penulis wahyu al-Qur’an yang terkemuka adalah Zaid bin Tsabit. Ia adalah
seorang sahabat yang paling banyak terlibat dalam penulisan al-Qur’an pada masa
Nabi. Dan juga yang terlibat dalam pengumpulan dan pembukuan al-Qur’an di masa
Abu Bakar dan Utsman bin Affan. Dengan teliti, Zaid selalu mencatat ayat-ayat al-
Qur’an dan menempatkan serta mengurutkan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
petunjuk Nabi Muhammad Saw.
Pada masa Nabi, meskipun keseluruhan al-Qur’an telah ditulis, namun masih
belum terkumpul dalam satu mushaf, artinya masih berserak-serak atau catatan yang
ada pada seseorang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Mengingat pada zaman itu
belum dikenal zaman pembukuan. Akan tetapi, di saat Nabi wafat, al-Qur’an telah
dihafal dan ditulis dalam satu mushaf dengan susunan seperti yang disebutkan. 8 Az-
Zarkasyi menyebutkan juga bahwa al-Qur’an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada
zaman Nabi guna mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pada suatu waktu.9
Tiga hal yang saling berkaitan dalam pemeliharaan al-Qur’an yang telah
diturunkan, yaitu: hafalan dari mereka yang hafal al-Qur’an, ayat-ayat yang ditulis
untuk Nabi, dan ayat-ayat yang ditulis oleh mereka yang bisa menulis dan membaca
untuk diri mereka masing-masing.

C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, diperoleh simpulan yaitu:
1. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, yang
keasliannya dijamin dan dijaga langsung oleh Allah selama-lamanya.
2. Pada masa Nabi Muhammad Saw., Nabi lebih banyak memanfaatkan kemampuan
daya hafal para sahabat untuk menghafalkan ayat demi ayat sebagai sarana
pemeliharaan al-Qur’an. Karena, pada masa itu bangsa Arab masih tergolong
7
Kamaluddin Marzuki, ‘Ulum Al-Qur’an, Cet. II, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 67
8
Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 2006), hal.
172-173. Lihat Anshori, Ulumul Qur’an, Cet. 3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 88
9
Az-Zarkasyi, al-Burhan…, hal. 262. Lihat Anshori, Ulumul Qur’an, Cet. 3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 88
bangsa yang ummi dan yang pandai menulis hanya segelintir dari mereka saja.
Mereka menuliskannya pada kulit, pelepah kurma, tulang-belulang, lempengan
batu dll.
3. Bangsa Arab terdahulu masih tergolong sebagai bangsa yang buta aksara atau
tidak bisa membaca dan menulis. Meskipun Nabi Muhammad Saw juga
dinyatakan sebagai Nabi yang ummi, orang-orang beriman kepadanya
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (al-Qur’an).
4. Adapun Zaid bin Tsabit adalah penulis wahyu al-Qur'an yang terkenal. Beliau
adalah seorang sahabat yang paling banyak terlibat dalam penulisan al-Qur'an
pada masa Nabi Muhammad Saw., dan ialah orang yang terakhir membaca al-
Qur’an dihadapan Nabi Muhammad Saw.
Daftar Pustaka

Al-Qur’an al-Quddus. Gondangmanis: PT. Buya Barokah.


Suma, Muhammad Amin. (2014). Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers.
Anshori. (2016). Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Marzuki, Kamaluddin. (1994). ‘Ulum Al-Qur’an. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ichsan, Muhammad. (2012). Sejarah Penulisan dan Pemeliharaan Al-Qur’an pada
Masa Nabi Muhammad SAW dan Sahabat. Diakses 25 Maret 2023, artikel dari
https://jurnal.ar-raniry.ac.id
Drajat, Amroeni. (2017). Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Depok:
KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai