Oleh : Mustanan
I. PENDAHULUAN
merupakan nama pilihan Allah SWT., yang sungguh tepat, karena tiada satu
bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis yang dapat menandinginya. Al-
Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
sebagai petunjuk bagi umat manusia serta pembeda antara yang haq dan yang
batil, dan merupakan kitab undang-undang hukum yang paling sempurna yang
bukan hanya dari segi penempatan kata demi kata, tetapi juga kandungannya
yang tersurat, tersirat bahkan sampai pada kesan-kesan yang ditimbulkan oleh
dengan berbagai macam lirik dan lagu serta diriwayatkan oleh banyak orang
1
2
ada satu surat, satu ayat atau satu huruf pun yang berubah dari redaksi aslinya
akan ikut hilang karena redaksi Al-Quran telah dihafal oleh ribuan umat
muslim di seluruh dunia. Lain halnya dengan para ahli kitab tidak ada yang
menghafal Kitab Taurat dan Injil, dan dalam menjaga keduanya, mereka hanya
dengan mata kepala namun tidak hafal diluar kepala, oleh karena itu keduanya
Allah SWT., kepada Nabi-Nya yang mulia. Kemudian diteruskan kepada umat
yang sumbernya dari Allah SWT, juga disisi lain sarat dengan nilai-nilai ilmiah
dan teknologi. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab umat Islam untuk
II. PEMBAHASAN
Kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW., dengan perantaraan Malaikat Jibril
untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman
hidup umat manusia.4
Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa yang dimaksud
Al-Qur’an.5 hanya sebagian kecil literatur yang memakai istilah Kitabat Al-
Qur’an yang artinya penulisan Al-Quran, serta Tadwin Al-Qur’an yang artinya
pembukuan Al-Qur’an.6
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.II( ;
Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h. 744.
4
Ibid., h. 28.
5
Shubhi al-Shahih, Mabahits Fii Ulum Al-Qur’an, (Beirut : Dar al-Ilm Lil al-Malayin, 1980)
h.65
6
Ahmad Adil Kamal, Ulum Al-Qur’an (tp., tt., t.th.), h.34
5
sama, yaitu proses pemeliharaan Al-Qur’an yang dimulai pada turunnya wahyu
Sejak awal diturunkannya Empat belas abad yang lalu Sampai masa
7
Said Agil Husain al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Cet .III;
Jakarta : Ciputat Press, 2003) h.16
8
Manna Khalil Al-Qattan, Mabahits fii Ulumuil Qur’an diterjemahkan oleh Muzakkir As.
dengan Judul , Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Cet.V; Bogor : Lentera Antar Nusa, 2000) h.178
6
manusia.
setiap surah berada dalam satu lembaran secara terpisah. 11 Al-Khattabi dalam
atau yang lainnya, maka sudah barang tentu pelepah tamar tersebut lama
kelamaan akan lapuk dan hancur bercerai berai. Demikian pula yang dihafal
oleh para sahabat akan hilang seiring dengan wafatnya banyak sahabat yang
Pernyataan diatas juga merupakan salah satu alasan sehingga Umar bin
ke dua belas hijra terjadilah peperangan yamamah. Dalam peperangan itu ada
tujuh puluh qari’ dan huffadz dari para sahabat yang gugur. Kenyataan ini
membuat Umar bin Khattab cemas dan khawatir, jangan sampai terjadi lagi
peperangan yang lain sehingga jumlah jumlah sahabat yang hafidz Qur’an
12
Jalaluddin Assuyuti Asyafi’i, Al-Itqan Fii Ulumil Qu’an, (Juz.I; Kairo : Darul Fiqri, t.th.)
h.122.
13
Halimuddin, Sejarah Al-Qur’an ( Jakarta : Rineka Cipta, 1996) h. 56
8
bertambah banyak yang gugur. Apabila hal ini terjadi maka Al-Qur’an bisa
saja akan musnah dan hilang seiting dengan hilangnya para huffadz.14
dibaca oleh kaum muslimin sejak dahulu sampai sekarang, sehingga Al-Qur’an
firman Allah dan membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa pun
sebagai al-Qur’an pada hari ini tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang
pernah dibaca oleh Rasulullah SAW., empat belas abad yang lalu.15
14
Manna Khalil al-Qattan, Op.Cit , h. 188.
15
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan, (Cet.IX; Bandung : Mizan, 1995) h.21
16
Muhammad Ali ash Shobumi, at-Tibyan Fii Ulumil Qur’an diterjemahkan oleh
Muhammad Qodirun Nur dengan judul Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta : Pustaka Amni,
1998) h. 69
9
masyarakat arab yang hidup pada masa turunnya Al-Qur’an adalah masyarakat
yang tidak mengenal baca tulis karena itu satu-satunya andalan mereka adalah
yang cukup yang digunakan unrtuk menambah ketajaman pikiran dan hafalan.
isyarat ilmiah yang mantap serta keseimbangan bahasa yang jelas mampu
kitab yang mulia ini dengan sepenuh hati menghafal ayat-ayat dan surat-
17
Manna Khalil al-Qattan, Op.Cit., h. 178.
18
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, op. cit., h. 23
10
sedang diturunkan, karena takut apa yang turun itu terlewatkan sehingga Allah
19
Muhammadi Ali Ash Shobumi, op. cit, h. 70
20
Departemen Agama RI. op. cit., h. 461.
11
Jumma’ul Qur’an atau Huffadzul Qur’an. Makna yang lain dari Jam’ahu
Nabi, tidak kurang tidak lebih. Sehingga sahabat pun banyak sekali yang hafiz
Qur’an. Manna Khlil Al-Qattan mengutip hadits dari kitab shahih Buhari
bahwa:
Ada tujuh hafiz di zaman Rasulullah yaitu : Abdullah Bin Mas’ud, Salim
bin Maqal, Muadz bin Jabal, Ubai Bin Ka’ab, zaid bin Tsabit, Abu Zaid
bin Zakan, dan Abu darda.23
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.14
(Cet.V; Jakarta : Lentera Hati, 2006), h. 632.
22
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Cet.IV; Jakarta : Pustaka Firdaus,
1993) h. 73
23
?
Manna Khlil al-Qattan , op. cit., h. 180.
12
wahyu Ilahi beliau tidak hanya mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan.
Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun Nabi Muhammad
Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Ayat-ayat Al-Qur’an mereka tulis dalam
ada juga sahabat yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi. Namun
karena keterbatasan alat tulis dan kemanpuan sehingga tidak banyak yang
melakukannya. 25
Hal lain yang menjadi bukti bahwa Penulisan Al-Qur’an telah ada
24
Ibid., h. 181.
25
M.Qurasih Shihab, Membumikan Al-Qur’an, op. cit., h.24
13
Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada
Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana26
SAW., telah terjadi pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan dengan dua cara
26
Departemen Agama RI. op. cit., h. 459.
27
Departemen Agama RI. op. cit., h. 249.
28
Ibrahim al-Abyari, Kitab Tarik Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Siti Amanah dengan Judul
Sejarah Al-Qur’an, (Semarang : Dina Utama , 1993), h. 76
14
yaitu menghafalnya dalam hati dan menulisnya di atas pelbagai jenis bahan
yang ada pada saat itu. Meskipun Al-Qur’an saat itu belum tertulis dalam
menjadi bukti bahwa sudah ada penulisan Al-Qur’an pada Zaman Nabi
70 orang sahabat yang hafidz Qur’an dicermati secara kritis oleh Umar bin
Semula Abu Bakar keberatan dengan usul Umar, dengan alasan belum
pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., tetapi akhirnya Umar Behasil
Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas suci tersebut.Abu Bakar
dan kecerdasannya serta dia juga hadir pada saat Al-Qur’an dibacakan oleh
Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas yang berat dan mulia tersebut
dengan sangat hati-hati di bawah petunjuk Abu Bakar dan Umar. Sumber
utama penulisan tersebut adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafal oleh para
sahabat dan yang ditulis atau dicatat di hadapan Nabi. Di samping itu untuk
lebih mengetahui kalau catatan yang berisi ayat Al-Qur’an benar-benar berasal
dari Nabi Muhammad SAW., maka harus menghadirkan dua orang saksi yang
adil.30
pada saat tidak menemukan naskah mengenai Ayat 128 dari Surat At-Taubah.
Ayat tersebut dihafal oleh banyak sahabat termasuk Zaid sendiri, namun tidak
ditemukan dalam bentuk tulisan. Kesulitan itu nanti berakhir ketika naskah dari
Anshari.31
29
Subhi As-Shalih, Op. Cit., h. 124.
30
Muhammad Ali Ash-Shobumi, op. cit., h. 76.
31
Manna Khalil al-Qattan, op.cit., h. 190.
16
Hasil kerja yang beruapa mushaf Al-Qur’an disimpan oleh Abu Bakar
sampai akhir hayatnya. Setelah itu berpindah ketangan Umar bin Khattab.
pencetus ide yang brilian, serta Zaid bin Tsabit adalah aktor utama yang
sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah
masuk wilayah Afrika, Syiriah dan Persia. Para hafidz pun tersebar, sehingga
Qur’an.32
32
Ibrahim al-Ibyari, op. cit., h. 81.
17
jalan keluar dari masalah serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan
agar Mushaf Abu Bakar disalin kembali menjadi beberapa mushaf untuk
Qur’an. Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang
terdiri dari empat orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Sa’id bin Ash dan Abdul Rahman bin Haris bin Hisyam.33
diantaranya dikirm ke Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan
33
Manna Khalil al-Qattan, op. cit., h. 193
18
fitnah dan mengikis sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan
dan penyimpangan sepanjang zaman. mushaf yang ditulis dimasa usman inilah
yang kemudian menjadi rujukan sampai sekarang yang diyakini tidak pernah
III. KESIMPULAN
34
Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah al-Zarkasyi, al-Burhan Fii Ulum al-Qur’an
(Kairo : al-Babi al-Halabi, 1957) h.240
19
Muhammad SAW., hanya ditulis di atas pelepah tamar, kulit binatang atau
yang lainnya, kalau hal tersebut dibiarkan maka tentu pelepah tamar, kulit-
kulit binatang akan hancur dan lapuk ditelan zaman, begitu pulah
banyaknya sahabat yang hafal Qur’an wafat di medan perang, apabila hal
ini berlangsung terus maka bisa saja Al-Qur’an akan ikut musnah dan
pada zaman Nabi Muhammad SAW., yang belum belum menjadi satu
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad ibn Abdullah, al-Burhan Fii Ulum al-
Qur’an, Kairo : al-Babi al-Halabi, 1957.
.
.
23
PEMELIHARAAN ALQUR’AN
Oleh :
MUSTANAN
NIM: 80100209….
Dosen Pemandu :
Prof. DR. H. Abd Muin Salim, MA.
Dr. H. Mustamin Arsyad, MA.
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2009