Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PEMELIHARAAN ALQURAN

Disusun

Abd. Rasyid jafar

Nim : 162032005

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SULTAN AMAI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayahnya kepada
seluruh manusia. Shalawat dan salam sepantasnya kita ucapkan kepada nabi kita Muhammad saw
yang telah memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh umat Islam di dunia.
Alhamdulillah, atas karunia Allah, akhirnya saya dapat menyelasaikan makalah ini yang berjudul
“ SEJARAH PEMELIHARAAN ALQURAN “ dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Alquran dan Hadits. Dalam pembuatan makalah ini, saya berupaya sebaik mungkin untuk
menjelaskan bagaimana sejarah pemeliharaan alquran. Saya menyadari betul keterbatasan dalam
makalah ini, sehingga saya akan sangat menghargai kritik dan saran yang membangun, demi
penulisan yang lebih baik lagi dikemudian hari. Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang……………………………...…………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………... 1

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………………….. 2

2.1 Pengertian Pemeliharaan Al-Qur’an……………………………………...................... 2

2.2 Pemeliharaan Al-quran pada masa nabi…………………………...……...………….... 3

2.3 Pemeliharaan al-quran dengan tulisan………..………………………………………… 4

2.5 Pemeliharaan al-quran pada masa usman bin affan…………………………………….. 5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..... 6

3.1 Kesimpulan……………..................................................................................................6

3.2 Saran……………………………………………………………………………………. 6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan yang sempurna merupakan nama pilihan Allah
SWT., yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis yang
dapat menandinginya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw., yang merupakan penyempurna kitab-kitab samawi sebelumnya, berfungsi sebagai petunjuk
bagi umat manusia serta pembeda antara yang haq dan yang batil, dan merupakan kitab undang-
undang hukum yang paling sempurna yang bisa menjawab segala persoalan umat manusia. 
Tiada satu bacaan pun seperti Al-Qur’an yang dipelajari redaksinya bukan hanya dari segi
penempatan kata demi kata, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai pada
kesan-kesan yang ditimbulkan oleh pembacanya. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang
dipelajari, dibaca dengan berbagai macam lirik dan lagu serta diriwayatkan oleh banyak orang
yang menurut adat mustahil mereka sepakat berbohong. 
Dengan demikian Al-Qur’an telah terpelihara keotentikannya, tidak ada satu surat, satu ayat atau
satu huruf pun yang berubah dari redaksi aslinya sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.,
sampai sekarang. Meskipun semua kitab Al-Qur’an terbakar, ataupun hilang, ayat-ayat Al-Qur’an
tidak akan ikut hilang karena redaksi Al-Quran telah dihafal oleh ribuan umat muslim di seluruh
dunia. Lain halnya dengan para ahli kitab tidak ada yang menghafal Kitab Taurat dan Injil, dan
dalam menjaga keduanya, mereka hanya membaca tulisan yang telah dibukukan saja, mereka
selalu membacanya dengan mata kepala namun tidak hafal diluar kepala, oleh karena itu
keduanya bisa saja terjadi perubahan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian pemeliharaan al-qur’an
2. Pemeliharaan al-qur’an pada masa nabi
3. Pemeliharaan al-qur’an pada masa khulafa al-rasyidin
4. Perbedaan pengumpulan al-qur’an antara Abu bakar dan Utsman

1.3 TUJUAN 
1. Memahami pengertian pemeliharaan al-qur’an
2. Memahami pemeliharaan al-qur’an pada masa nabi dan khulafa al-rasyidin
3. Memahami perbedaan pengumpulan al-qur;an antara abu bakar dan utsman

1
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian pemeliharaan Al-Qur’an

Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri atas dua kata yaitu pemeliharaan dan Al-Qur’an. Pemeliharaan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pembuatan, penjagaan dan perawatan.
Sedangkan Al-Qur’an adalah Kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dibaca,
dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat manusia. Dari pengertian itu
dapat dipahami bahwa yang dimaksud pemeliharaan Al-Qur’an Adalah proses pengumpulan,
penulisan dan pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga  menjadi sebuah kitab
seperti yang kita baca sekarang.

Dalam sebagian besar  yang membahas tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an, istilah yang dipakai untuk
menunjukkan arti penulisan, pembukuan, atau pemeliharaan Al-Qur’an adalah Jam’ul Qur’an yang
artinya pengumpulan Al-Qur’an. hanya sebagian kecil yang memakai istilah Kitabat Al-Qur’an
yang artinya penulisan Al-Quran, serta Tadwin Al-Qur’an yang artinya pembukuan Al-Qur’an. 
Apabila mencermati batasan pengertian  di atas, pada dasarnya istilah-istilah yang digunakan
mempunyai maksud yang sama, yaitu proses pemeliharaan Al-Qur’an yang dimulai pada turunnya
wahyu kepada Nabi Muhammad saw., kemudian disampaikan kepada para sahabat untuk dihafal
dan ditulis sampai dihimpunnya catatan-catatan tersebut dalam satu mushaf yang utuh dan tersusun
secara tertib. 

Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fii Ulumil Qur’an memberikan pengertian
pemeliharaan Al-Qur’an dalam dua kategori yaitu : pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti
menghafalnya dalam hati dan pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti penulisannya. 

2
2.2 Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa nabi
Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW: 
 Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada 
Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada sering juga disebut pengumpulan Al-Qur’an dalam arti
hifzuhu atau menghafalnya dalam hati. kondisi masyarakat arab yang hidup pada masa turunnya
Al-Qur’an adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis karena itu satu-satunya andalan
mereka adalah hafalan, mereka juga dikenal sebagai masyarakat yang sederhana dan bersahaja.
Kesederhanaan ini yang membuat mereka memiliki waktu luang yang cukup yang digunakan
unrtuk menambah ketajaman pikiran dan hafalan. 

Masyarakat arab waktu itu sangat gandrung lagi membanggakan kesusatraan, mereka membuat
ratusan ribu syair kemudian dihafalnya diluar kepala, mereka bahkan melakukan perlombaan-
perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu tertentu. Akan tetapi ketika Al-Qur’an datang
dengan langgam bahasa yang sangat memukau, pemberiataan gaib yang terbukti, isyarat ilmiah
yang mantap serta keseimbangan bahasa yang jelas mampu mengalahkan syair-syairnya,
sehingga mereka mengalihkan perhatian kepada kitab yang mulia ini dengan sepenuh hati
menghafal ayat-ayat dan surat-suratnya, kemudian secara perlahan-lahan mereka meninggalkan
syair-syairnya karena telah menemukan cahaya kehidupan dalam Al-Qur’an. 

Al-Quran diturunkan kepada Nabi  Muhammad, maka otomatis untuk memelihara apa yang
yang diturunkannya kepadanya haruslah di hafal. Usaha keras Nabi Muhammad SAW., untuk
menghafal Al-Qur’an terbukti setiap malam beliau membaca Al-Qur’an dalam shalat sebagai
ibadah untuk merenungkan maknanya. Rasulullah sangat ingin segera menguasai Al-Qur’an
yang diturunkan, kepadanya belum selesai Malaikat Jibril membacakan ayatnya, beliau sudah
menggerakkan lidahnya untuk menghafal apa yang sedang diturunkan, karena takut apa yang
turun itu terlewatkan sehingga Allah SWT., menurunkan firman-Nya sebagaimana yang terdapat
dalam Q.S. al-Qiyamah (75) : 16-19 yang artinya sebagai berikut: 
“Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak cepat-cepat
menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai mebacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu. Kemudian atas tanggungna kamilah penjelasannya. “
Ayat di atas bagaikan mengatakan janganlah engkau wahai Nabi Muhammad menggerakkan
lidahmu untuk membacanya sebelum Malaikat Jibril selesai membacakannya kepadamu, jangan
sampai engkau tidak menghafalnya atau melupakan satu bagian darinya. Allah SWT., melarang
ketergesa-gesaan agar tidak terjerumus ke dalam pelanggaran. 

3
2.3 Pemeliharaan Al-Qur’an dengan tulisan

Walaupun Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an secara
keseluruhan, namun guna menjamin terpeliharanya wahyu Ilahi beliau tidak hanya mengandalkan
hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun Nabi
Muhammad SAW., memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai menulis. Rasulullah
mengangkat beberapa orang penulis (kuttab) wahyu seperti Ali, Muawiyah, Ubay bin Ka’ab dan
Zaid bin Tsabit. Ayat-ayat Al-Qur’an mereka tulis dalam pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau
tulang-tulang binatang. Sebagian sahabat ada juga sahabat yang menuliskan ayat-ayat tersebut
secara pribadi. Namun karena keterbatasan alat tulis dan kemanpuan sehingga tidak banyak yang
melakukannya. Hal lain yang menjadi bukti bahwa Penulisan Al-Qur’an telah ada sejak zaman
Rasulullah SAW., dikemukkan oleh Ibrahim al-Abyari, tentang sekelumit historis Umar bin
Khattab ketika mendapat informasi bahwa saudaranya masuk islam, lalu ia marah besar kepada
adiknya setelah ditemuinya sedang membca Al-Qur’an. Namun ketika Umar telah reda marahnya,
ia melihat lembaran-lembaran di sudut rumahnya yang di dalamnya terdapat tulisan ayat-ayat Al-
Qur’an.Kemudian Umar masuk Islam setelah mendapatkan kalimat-kalimat yang mengandung
mukjizat yang bukan perkataan manusia. Dari beberapa pernyataan tersebut, maka jelaslah bahwa
sejak zaman Nabi Muhammad SAW., telah terjadi pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan dengan
dua cara yaitu menghafalnya dalam hati dan menulisnya di atas pelbagai jenis bahan yang ada pada
saat itu. Meskipun Al-Qur’an saat itu belum tertulis dalam lembaran yang berbentuk mushaf
sebagaimana sekarang, tetapi ini cukup menjadi bukti bahwa sudah ada penulisan Al-Qur’an pada
Zaman Nabi Muhammad SAW., bahwa pemeliharaan Al-Qur’an di masa Nabi ini dinamakan
pembukuan yang pertama.

2.4 Pemeliharaan AL-Qur’an pada Khulafa al-Rasyidin


Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar
Tragedi berdarah di peperangan Yamamah yang menggugurkan 70 orang sahabat yang hafidz
Qur’an dicermati secara kritis oleh Umar bin Khattab, sehingga muncullah ide brilian dari beliau
dengan mengusulkan kepada Abu Bakar agar segera mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an yang
pernah ditulis pada masa Rasulullah SAW. Semula Abu Bakar keberatan dengan usul Umar,
dengan alasan belum pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., tetapi akhirnya Umar Behasil
meyakinkannya sehingga dibentuklah sebuah timyang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka
merealisasikan mandat dan tugas suci tersebut.Abu Bakar memilih Zaid mengingat kedudukannya
dalam qiraat, penulisan, pemahaman, dan kecerdasannya serta dia juga hadir pada saat Al-Qur’an
dibacakan oleh Rasulullah terakhir kalinya.

4
2.5 Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Usman bin Affan

Pada masa pemerintahan Usman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat,
Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah masuk wilayah Afrika, Syiriah dan Persia.
Para hafidz pun tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru, yaitu silang pendapat mengenai
qiraat Al-Qur’an.  Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan diantara orang yang ikut
menyerbu kedua kota tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan banyak perbedaan
dalam cara-cara membaca Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu bercampur dengan dengan
kesalahan. Masing-masing mempertahankan bacaannya serta menetang setiap bacaaan yang tidak
berasal dari gurunya. Melihat kedaan yang memprihatinkan ini Khuzaifah segera melaporkan
kepada Khalifah Usman tentang sesuatu yang telah dilihatnya.

Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah serius
tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar Mushaf Abu Bakar disalin kembali menjadi
beberapa mushaf untuk dijadikan rujukan apabila terjadi perselisihan tentang cara membaca Al-
Qur’an. Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat
orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdul Rahman bin
Haris bin Hisyam. Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga
diantaranya dikirm ke Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di Madinah untuk
pegangan khalifah yang kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-Imam. Agar persoalan silang
pendapat mengenai bacaan dapat diselesaikan hasil kerja panitia yang empat ini untuk dibakar. 
Dengan usahanya itu usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis sumber
perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan penyimpangan sepanjang zaman. mushaf
yang ditulis dimasa usman inilah yang kemudian menjadi rujukan sampai sekarang. 

5
BAB III
PENUTUP

3.1.    KESIMPULAN
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa peran penting dan terbesar yang pernah dilakukan oleh para
penjaga al-Qur‟an (hafidz) adalah pada masa Abu Bakar As-Shiddiq. Pada saat menjadi khalifah, terjadi
Perang Yamamah yang merenggut korban kurang lebih 70 penghafal Qur‟an Banyaknya sahabat yang
telah gugur dalam peristiwa tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan para sahabat, khususnya
Umaribnal-Khattab, yang menyebabkan hilangnya al-Qur‟an. Umar menyarankan kepada Abu Bakar
untuk menghimpun surah-surah dan ayat-ayat yang berserakan ke dalam satu mushaf.

3.2     SARAN
Kita sebagai umat islam seharusnnya lebih bisa menjaga dan menerapkan isi alquran ini untuk
menghormati perjuangan para khalifah terdahulu hingga menelan korban jiwa dalam perang
yamamah untuk menjaga alquran.

6
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/53610/3/BAB%20I.pdf
https://www.coursehero.com/file/43412180/makalah-agamakuhdocx/
https://www.academia.edu/35394458/Makalah_Pemeliharaan_Al_Quran
http://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2013/12/makalah-sejarah-pemeliharaan-al-
quran.html

Anda mungkin juga menyukai