Anda di halaman 1dari 15

“ SEJARAH PEMELIHARAAN AL-QUR'AN ”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah


Ulumul Qur'an

Dosen pengampu :

Muhammad Abdul Ghafur, Lc., M.A

Dibuat oleh :
1. Muhammad Fauzan Pratama 23110017
2. Sahlika Pebrianti 23110011

Program Ilmu Hadits


Fakultas Ushuluddin

INSTITUT DAARUL QUR’AN


Tahun Pelajaran 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
beribu-ribu nikmat kepada kita semua, salah satunya yaitu nikmat iman, islam dan juga
nikmat sehat sehingganya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ulumul Qur'an
dengan judul "Sejarah Pemeliharaan Al-Qur'an". Shalawat dan salam senantiasa kami
sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang ini. Makalah ini telah kami
susun dengan semua kemampuan kami dan kami sampaikan rasa terimakasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
terutama kepada Ustadz Muhammad Abdul Ghafur, Lc., M.A selaku dosen pada mata
kuliah Ulumul Qur'an yang telah memberikan ilmu serta bimbingannya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan di
dalam makalah ini, baik dari segi tata bahasa maupun susunan kalimat. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini.

Tangerang, 21 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian pemeliharaan al-qur’an

B. Pemeliharaan al-qur’an pada masa nabi

C. Pemeliharaan al-qur’an pada masa khulafa al-rasyidin

D. Pemeliharaan Al-Qur'an dengan tulisan

E. Perbedaan pengumpulan al-qur’an antara Abu bakar dan Utsman

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan yang sempurna merupakan nama
pilihan Allah SWT., yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia
mengenal baca tulis yang dapat menandinginya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang merupakan penyempurna kitab-kitab
samawi sebelumnya, Al-Qur'an berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia serta
pembeda antara yang haq dan yang batil, dan merupakan kitab undang-undang hukum
yang paling sempurna yang bisa menjawab segala persoalan umat manusia.

Tiada satu bacaan pun seperti Al-Qur’an yang dipelajari redaksinya bukan hanya
dari segi penempatan kata demi kata, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat
bahkan sampai pada kesan-kesan yang ditimbulkan oleh pembacanya. Al-Qur’an adalah
satu-satunya kitab yang dipelajari, dibaca dengan berbagai macam lirik dan lagu serta
diriwayatkan oleh banyak orang yang menurut adat mustahil mereka sepakat berbohong.

Dengan demikian Al-Qur’an telah terpelihara keotentikannya, tidak ada satu surat,
satu ayat atau satu huruf pun yang berubah dari redaksi aslinya sejak diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw., sampai sekarang. Meskipun semua kitab Al-Qur’an terbakar,
ataupun hilang, ayat-ayat Al-Qur’an tidak akan ikut hilang karena redaksi Al-Quran
telah dihafal oleh ribuan umat muslim di seluruh dunia. Lain halnya dengan para ahli
kitab tidak ada yang menghafal Kitab Taurat dan Injil, dan dalam menjaga keduanya,
mereka hanya membaca tulisan yang telah dibukukan saja, mereka selalu membacanya
dengan mata kepala namun tidak hafal diluar kepala, oleh karena itu keduanya bisa saja
terjadi perubahan.

Al-Qur’an adalah sebuah keajaiban yang luar biasa yang diberikan Allah SWT.,
kepada Nabi-Nya yang mulia. Kemudian diteruskan kepada umat yang beriman untuk
dijadikan pedoman yang abadi dalam kehidupan.


Dari kenyataan diatas maka sepantasnyalah umat Islam untuk senantiasa
memelihara Al-Qur’an, karena Al-Qur’an disatu sisi adalah kitab yang dapat dijadikan
rujukan manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu
menjadi tanggung jawab umat Islam untuk senantiasa memelihara Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

A. Pengertian pemeliharaan al-qur’an

B. Pemeliharaan al-qur’an pada masa nabi

C. Pemeliharaan al-qur’an pada masa khulafa al-rasyidin

D. Pemeliharaan Al-Qur'an dengan tulisan

E. Perbedaan pengumpulan al-qur’an antara Abu bakar dan Utsman

C. Tujuan

A. Memahami pengertian pemeliharaan al-qur’an

B. Memahami pemeliharaan al-qur’an pada masa nabi

C. Memahami Al-Qur'an pada masa khulafa al-rasyidin

D. Memahami pemeliharaan Al-Qur'an dengan tulisan

E. Memahami perbedaan pengumpulan al-qur;an antara abu bakar dan utsman bin affan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeliharaan Al-Qur'an.

Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri atas dua kata yaitu pemeliharaan dan Al-Qur’an.
Pemeliharaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pembuatan,
penjagaan dan perawatan. Sedangkan Al-Qur’an adalah:

Kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw., dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan
diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat manusia. Dari pengertian itu
dapat dipahami bahwa yang dimaksud pemeliharaan Al-Qur’an Adalah proses
pengumpulan, penulisan dan pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
menjadi sebuah kitab seperti yang kita baca sekarang.

Dalam sebagian besar yang membahas tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an, istilah yang
dipakai untuk menunjukkan arti penulisan, pembukuan, atau pemeliharaan Al-Qur’an
adalah Jam’ul Qur’an yang artinya pengumpulan Al-Qur’an. hanya sebagian kecil yang
memakai istilah Kitabat Al-Qur’an yang artinya penulisan Al-Quran, serta Tadwin Al-
Qur’an yang artinya pembukuan Al-Qur’an.

Apabila mencermati batasan pengertian di atas, pada dasarnya istilah-istilah yang


digunakan mempunyai maksud yang sama, yaitu proses pemeliharaan Al-Qur’an yang
dimulai pada turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw., kemudian disampaikan
kepada para sahabat untuk dihafal dan ditulis sampai dihimpunnya catatan-catatan
tersebut dalam satu mushaf yang utuh dan tersusun secara tertib.

Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fii Ulumil Qur’an memberikan
pengertian pemeliharaan Al-Qur’an dalam dua kategori yaitu : pemeliharaan Al-Qur’an
dalam arti menghafalnya dalam hati dan pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti
penulisannya.


B. Pemeliharaan Al-Qur'an pada masa Nabi

Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW. dikelompokkan menjadi dua


kategori yaitu :

Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada

Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada sering juga disebut pengumpulan Al-Qur’an dalam
arti hifzuhu atau menghafalnya dalam hati. kondisi masyarakat arab yang hidup pada
masa turunnya Al-Qur’an adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis karena itu
satu-satunya andalan mereka adalah hafalan, mereka juga dikenal sebagai masyarakat
yang sederhana dan bersahaja. Kesederhanaan ini yang membuat mereka memiliki
waktu luang yang cukup yang digunakan unrtuk menambah ketajaman pikiran dan
hafalan.

Masyarakat arab waktu itu sangat gandrung lagi membanggakan kesusatraan, mereka
membuat ratusan ribu syair kemudian dihafalnya diluar kepala, mereka bahkan
melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu tertentu. Akan
tetapi ketika Al-Qur’an datang dengan langgam bahasa yang sangat memukau,
pemberiataan gaib yang terbukti, isyarat ilmiah yang mantap serta keseimbangan bahasa
yang jelas mampu mengalahkan syair-syairnya, sehingga mereka mengalihkan perhatian
kepada kitab yang mulia ini dengan sepenuh hati menghafal ayat-ayat dan surat-
suratnya, kemudian secara perlahan-lahan mereka meninggalkan syair-syairnya karena
telah menemukan cahaya kehidupan dalam Al-Qur’an.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad, maka otomatis untuk memelihara apa
yang yang diturunkannya kepadanya haruslah di hafal. Usaha keras Nabi Muhammad
SAW., untuk menghafal Al-Qur’an terbukti setiap malam beliau membaca Al-Qur’an
dalam shalat sebagai ibadah untuk merenungkan maknanya. Rasulullah sangat ingin
segera menguasai Al-Qur’an yang diturunkan, kepadanya belum selesai Malaikat Jibril
membacakan ayatnya, beliau sudah menggerakkan lidahnya untuk menghafal apa yang
sedang diturunkan, karena takut apa yang turun itu terlewatkan sehingga Allah SWT.,
menurunkan firman-Nya sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-Qiyamah (75) : 16-
19 yang artinya sebagai berikut:


"Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak cepat-
cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai
mebacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungnya kamilah
penjelasannya."

Ayat di atas bagaikan mengatakan janganlah engkau wahai Nabi Muhammad


menggerakkan lidahmu untuk membacanya sebelum Malaikat Jibril selesai
membacakannya kepadamu, jangan sampai engkau tidak menghafalnya atau melupakan
satu bagian darinya. Allah SWT., melarang ketergesa-gesaan agar tidak terjerumus ke
dalam pelanggaran.

Kata jam’ahu (penghimpunannya) dari ayat diatas bermakna penghafalannya, oleh


karena itu orang-orang yang hafal Qur’an disebut Jumma’ul Qur’an atau Huffadzul
Qur’an. Makna yang lain dari Jam’ahu adalah penulisan seluruh Al-Qur’an.

Nabi Muhammad SAW, setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu


tersebut kepada para sahabatnya sesuai denagn hapalan Nabi, tidak kurang tidak lebih.
Sehingga sahabat pun banyak sekali yang hafiz Qur’an. Manna Khlil Al-Qattan
mengutip hadits dari kitab shahih Buhari bahwa Ada tujuh hafiz di zaman Rasulullah
yaitu : Abdullah Bin Mas’ud, Salim bin Maqal, Muadz bin Jabal, Ubai Bin Ka’ab, zaid
bin Tsabit, Abu Zaid bin Zakan, dan Abu darda.

Penyebutan para hafiz yang tujuh di atas bukan berarti pembatasan, karena beberapa
keterangan dalam kitab-kitab sejarah menunjukkan bahwa para sahabat berlomba
menghafalkan Al-Qur’an dan mereka memerintahkan anak-anak dan istri-istri mereka
untuk menghafalkannya. Mereka membacanya dalam shalat sehingga alunan suaranya
seperti suara lebah.


C. Pemeliharaan AL-Qur’an pada Khulafa al-Rasyidin

Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar

Tragedi berdarah di peperangan Yamamah yang menggugurkan 70 orang sahabat yang


hafidz Qur’an dicermati secara kritis oleh Umar bin Khattab, sehingga muncullah ide
brilian dari beliau dengan mengusulkan kepada Abu Bakar agar segera mengumpulkan
tulisan-tulisan Al-Qur’an yang pernah ditulis pada masa Rasulullah SAW.

Semula Abu Bakar keberatan dengan usul Umar, dengan alasan belum pernah dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW., tetapi akhirnya Umar Behasil meyakinkannya sehingga
dibentuklah sebuah timyang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan
mandat dan tugas suci tersebut.Abu Bakar memilih Zaid mengingat kedudukannya
dalam qiraat, penulisan, pemahaman, dan kecerdasannya serta dia juga hadir pada saat
Al-Qur’an dibacakan oleh Rasulullah terakhir kalinya.

Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas yang berat dan mulia tersebut dengan sangat hati-
hati di bawah petunjuk Abu Bakar dan Umar. Sumber utama penulisan tersebut adalah
ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafal oleh para sahabat dan yang ditulis atau dicatat di
hadapan Nabi.

Di samping itu untuk lebih mengetahui kalau catatan yang berisi ayat Al-Qur’an benar-
benar berasal dari Nabi Muhammad SAW., maka harus menghadirkan dua orang saksi
yang adil.

Dalam rentang waktu kerja tim, Zaid kesulitan terberat dialaminya pada saat tidak
menemukan naskah mengenai Ayat 128 dari Surat At-Taubah. Ayat tersebut dihafal oleh
banyak sahabat termasuk Zaid sendiri, namun tidak ditemukan dalam bentuk tulisan.
Kesulitan itu nanti berakhir ketika naskah dari ayat tersebuit ditemukan ditangan
seorang bernama Abu Khuzaimah Al-Anshari.

Hasil kerja yang beruapa mushaf Al-Qur’an disimpan oleh Abu Bakar sampai akhir
hayatnya. Setelah itu berpindah ketangan Umar bin Khattab. Sepeninggal Umar Mushaf
di ambil oleh hafsah binti Umar.


Dari rekaman sejarah di atas diketahui bahwa Abu Bakar yang memerintahkan pertama
penghimpunan Al-Qur’an, Umar bin Khattab adalah pencetus ide yang brilian, serta
Zaid bin Tsabit adalah aktor utama yang melakukan kerja besar penulisan Al-Qur’an
secara utuh dan sekaligus menghimpunnya dalam bentuk mushaf. Pemeliharaan Al-
Qur’an dimasa Abu Bakar dinamakan pengumpulan yang kedua.

Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Usman bin Affan

Pada masa pemerintahan Usman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli
Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah masuk wilayah Afrika,
Syiriah dan Persia. Para hafidz pun tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru,
yaitu silang pendapat mengenai qiraat Al-Qur’an.

Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan diantara orang yang ikut menyerbu kedua
kota tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan banyak perbedaan dalam
cara-cara membaca Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu bercampur dengan dengan
kesalahan. Masing-masing mempertahankan bacaannya serta menetang setiap bacaaan
yang tidak berasal dari gurunya. Melihat kedaan yang memprihatinkan ini Khuzaifah
segera melaporkan kepada Khalifah Usman tentang sesuatu yang telah dilihatnya.

Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah mencari jalan keluar dari
masalah serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar Mushaf Abu Bakar
disalin kembali menjadi beberapa mushaf untuk dijadikan rujukan apabila terjadi
perselisihan tentang cara membaca Al-Qur’an.

Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat
orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdul
Rahman bin Haris bin Hisyam.

Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga diantaranya dikirm
ke Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di Madinah untuk pegangan
khalifah yang kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-Imam. Agar persoalan silang
pendapat mengenai bacaan dapat diselesaikan hasil kerja panitia yang empat ini untuk
dibakar.

Dengan usahanya itu usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan
mengikis sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan penyimpangan

10
sepanjang zaman. mushaf yang ditulis dimasa usman inilah yang kemudian menjadi
rujukan sampai sekarang.

D. Pemeliharaan Al-Qur’an dengan tulisan

Walaupun Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an
secara keseluruhan, namun guna menjamin terpeliharanya wahyu Ilahi beliau tidak
hanya mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa
setiap ada ayat yang turun Nabi Muhammad SAW., memanggil sahabat-sahabat yang
dikenal pandai menulis. Rasulullah mengangkat beberapa orang penulis (kuttab) wahyu
seperti Ali, Muawiyah, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Ayat-ayat Al-Qur’an
mereka tulis dalam pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.
Sebagian sahabat ada juga sahabat yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi.
Namun karena keterbatasan alat tulis dan kemanpuan sehingga tidak banyak yang
melakukannya.

Hal lain yang menjadi bukti bahwa Penulisan Al-Qur’an telah ada sejak zaman
Rasulullah SAW., dikemukkan oleh Ibrahim al-Abyari, tentang sekelumit historis Umar
bin Khattab ketika mendapat informasi bahwa saudaranya masuk islam, lalu ia marah
besar kepada adiknya setelah ditemuinya sedang membca Al-Qur’an. Namun ketika
Umar telah reda marahnya, ia melihat lembaran-lembaran di sudut rumahnya yang di
dalamnya terdapat tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.Kemudian Umar masuk Islam setelah
mendapatkan kalimat-kalimat yang mengandung mukjizat yang bukan perkataan
manusia.

Dari beberapa pernyataan tersebut, maka jelaslah bahwa sejak zaman Nabi Muhammad
SAW., telah terjadi pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan dengan dua cara yaitu
menghafalnya dalam hati dan menulisnya di atas pelbagai jenis bahan yang ada pada
saat itu. Meskipun Al-Qur’an saat itu belum tertulis dalam lembaran yang berbentuk
mushaf sebagaimana sekarang, tetapi ini cukup menjadi bukti bahwa sudah ada
penulisan Al-Qur’an pada Zaman Nabi Muhammad SAW., bahwa pemeliharaan Al-
Qur’an di masa Nabi ini dinamakan pembukuan yang pertama.

11
E. Perbedaan pengumpulan Al-Qur’an antara Abu Bakar dan Utsman

Pengumpulan mushaf oleh Abu Bakar berbeda dengan pengumpulan yang dilakukan
utsman dalam motif dan caranya.Motif Abu Bakar adalah kekhawatiran beliau akan
hilangnya Qur’an karena banyaknya huffadz yang gugur dalam peperangan yang
banyak menelan korban daripada qori’. Sedang motif Usman dalam mengumpulkan al-
quran adalah karena banyaknya perbedaan dalam cara-cara membaca al-quran yang
disaksikanya sendiri di daerah-daerah dan mereka saling menyalahkan satu terhadap
yang lain.

Pengumpulan qur’an yang dilakukan Abu Bakar ialah memindahkan semua tulisan atau
catatan qur’an yang semula bertebaran di kulit-kulit binatang, tulang belulang dan
pelepah kurma, kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf dengan ayat-ayat da surah-
surahnya yang tersusun serta terbatas pada bacaan yag tidak dimansukh dan mecakup
ketujuh huruf sebagaimana ketika qur’an itu diturunkan.

Sedangkan, pengumpulan yang dilakukan Usman adalah menyalinnya satu huruf


diantara ketujuh huruf itu untuk mempersatukan kaum muslimin dalam satu mushaf
dan satu huruf.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al-Qur’an adalah sebuah keajaiban yang luar biasa yang diberikan Allah SWT.,
kepada Nabi-Nya yang mulia. Kemudian diteruskan kepada umat yang beriman untuk
dijadikan pedoman yang abadi dalam kehidupan.

Dari kenyataan diatas maka sepantasnyalah umat Islam untuk senantiasa memelihara
Al-Qur’an, karena Al-Qur’an disatu sisi adalah kitab yang dapat dijadikan rujukan
manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu
menjadi tanggung jawab umat Islam untuk senantiasa memelihara Al-Qur’an.

2. Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Nabi masih dalam bentuk lembaran-
lembaran dan masih terpencar-pencar. Penulisan pada masa Nabi didorong dengan dua
faktor, yaitu memback-up hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya dan
Mempresentasikan wahyu dengan cara sempurna.

3. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Usman menyalin kembali yang telah tersusun
pada masa Abu Bakar, dengan tujuan agar dikirimkan keseluruh Negara islam. Latar
belakangnya disebabkan karena ada perbedaan dalam membaca Al-Qur’an.

4. Perbedaan antara pengumpulan mushaf Abu bakar dan Utsman bin Affanyaotu pada
masa abu bakar bentuk pemindahan dan penulisan Al-Qur’an kedalam satu mushaf yang
ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan yang terkumpul dari keping-kepingan
batu,pelepah-pelepah korma dan kulit binatang yang dilatar belakangi oleh banyaknya
huffazh yang gugur pada Yamamah.

5. Umat islam masa sekarang haruslah senantiasa memelihara dan menjaga keotentikan
alquran dengan cara berusaha mempelajari, menghafal, dan mengkaji Al-Qur’an, serta
memahami maknanya.

13
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami penulis mengharapkan ktitik dan saran dalam
menuliskan makalah dikemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2013/12/makalah-sejarah-pemeliharaan-al-
quran.html
https://id.scribd.com/document/485529004/3A-1

15

Anda mungkin juga menyukai