Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Dosen Pengampu : Acip M.Pd.I

Disusun Oleh :

Murni Nurainillah 21.0003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PELABUHAN RATU

2021
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
dalam memenuhi mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) dibawah bimbingan
Dosen Pengampu: Acip M.P.d.I dengan judul: “Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an”

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita


Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
karya-karya kami di waktu-waktu mendatang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an.......................................................................2
B. Priode-Priode Kodifikasi Al-Quran..............................................................3
1. Priode Rasulullah SAW.............................................................................3
2. Priode Khalifah Abu Bakar As-Shidiq......................................................4
3. Priode Khalifah Utsman Bin Affan...........................................................6
4. Priode Umar Bin Khattab..........................................................................7
C. Perbedaan Priode Kodifikasi Al-Quran........................................................8
D. Penulisan al-Quran Setelah Masa Khalifah..................................................8
PENUTUPAN........................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril, AlQuran juga dijadikan sebagai
pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari, didalamnya terkandung berbagai
ilmu pengetahuan, hikmah, dan pengajaran tersirat maupun yang tersurat.
Kemurnian kitab suci Al-Quran juga dijamin langsung oleh Allah yang
termasuk dalam firman-Nya yaitu Al Quran surah (Al-Hijr : 9) yang artinya
“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhna
kami benar-benar memeliharannya”. Al-Quran tidak turun sekaligus
melainkan turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Pada perjalanannya penulisan Al Quran sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad berlanjut sampai zaman pemerintahannya Abu Bakar dan pada
zaman pemerintahan Utsman bin Affan. 1
Tulisan al-Quran mengandung rahasia dan makna tertentu yang akal
tidak bisa menjangkaunya. Mu’jizat al-Quran tidak hanya terletak pada arti
atau maknanya, akan tetapi juga terdapat pada susunan perkataan dan bentuk
huruf ejaan. Kalau bentuk tulisan dirubah, maka menjadi hilanglah
kemu’jizatannya, seperti, bagaimana akal bisa menalar penambahan alif pada
lafadz ‫ مائة‬dan tidak pada lafadz ‫ فئة‬begitu juga menambah alif pada lafadz
‫عوا‬II‫ س‬surah al-Hajj:51 dan menguranginya pada lafadz ‫عو‬II‫ س‬as-Saba’:5 dan
banyak lainnya. Ulama mengatakan bahwa sebenarnya itu semua adalah
rahasia dari tuhan dan tujuan dari Nabi, tulisan al-Quran dan hurufnya tidak
ada manusia yang mengerti maksud rahasianya.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kodifikasi Al Quran?
2. Bagaimana priode-priode kodifikasi al-Quran?
3. Bagaimana perbedaan priode kodifikasi al-Quran?
4. Bagaimana penulisan al-Quran setelah masa Khalifah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah kodifikasi al-Quran.
2. Untuk mengetahui priode-priode kodifikasi al-Quran.
3. Untuk mengetahui perbedaan priode kodifikasi al-Quran.
4. Untuk mengetahui penulisan al-Quran setelah masa Khalifah.

1
(Senin,27-12-2021) https://karya-anak-bngsa.blogspot.com/2017/01/makalah-kodifikasi-alquran.html
2
http://khalildjazoely7.blogspot.com/2017/11/sejarah-kodifikasi-al-quran.html?m=1

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an


Sejarah kodifikasi yang dimaksud dengan pengumpulan Qur’an (jam’ul
Qur’an) oleh para ulama adalah dalam firman salah satu dari dua pengertian
berikut:
Pertama: pengumpulan dalam arti hifzuhu (menghafalnya dalam hati).
Jumma’ul Qur’an artinya huffazuhu (penghafal-penghafalnya, orang yang
menghafalkannya di dalam hati). Inilah makna yang dimaksudkan dalam
firman Allah kepada Nabi-Nabi senantiasa menggerak-gerakkan kedua bibir
dan lidahnya untuk membaca Al Qur’an ketika Al Qur’an itu turun kepadanya
sebelum jibril selesai membacakannya, karena ingin menghafalnya:
ُ‫ ثُ َّم ِإنَّ َعلَ ْينا َ بَياَنَه‬,ُ‫ فَا ِء َذا قَ َرْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرانَه‬,ُ‫ ِإنَّ َعلَ ْينا َ َج ْم َعهُ َوقُ ْرانَه‬,‫الَت َُح ِّركْ بِ ِه لِساَن َك لِتَ ْع َج َل بِ ِه‬.
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al Qur’an karena
hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian, atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (al-Qiyamah:16-19).
Kedua; Pengumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (penulisan Al Qur’an
semuanya) baik dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan surah-surahnya,
atau menertibkan ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis dalam satu
lembaran secara terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat dan surah-surahnya
dalam lembaran-lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surah,
sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain. 3 Walau pun begitu, al-Quran
pada zaman beliau betul-betul terpelihara dengan sempurna, karena
disamping beliau menganjurkan para sahabat untuk menghafalkan, beliau
juga mempunyai beberapa juru tulis wahyu (kuttabul wahyi) yang dihadapan
beliau mereka menulis, dengan perintah dan ikrarnya.
Para kuttabul wahyi ini adalah orang-orang yang terkenal tinggi
amanahnya, sempurna agamanya, unggul akal dan ketelitiannya dan
disamping itu mereka juga pandai pada bidang tulis-menulis. Yang masyhur
diantara mereka adalah: Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, Abu Sufyan, Ibn Said
bin ‘Asy bin Ummihi, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Thabit, Shurohbil bin
Hasanah, Abdullan ibn Rowahah, Amr bin ‘Asy, Abdullah ibn Arqom az-
Zuhri, dan Handhallah ibn Robi’ al-Asadi.

3
(Senin,27-12-2021) https://karya-anak-bngsa.blogspot.com/2017/01/makalah-kodifikasi-alquran.html

2
3

Umat Islam dan para ulama’nya telah sepakat bahwa sahabat tidaklah
menulis kecuali apa yang telah didengar pasti dari Rasulullah saw, disamping
Rasulullah sendiri juga melarang menulis selain al-Quran. Sebagaimana yang
telah diriwayatkan oleh Muslim, “janganlah kamu menulis sesuatu yang
berasal dariku, kecuali al-Quran. Barang siapa telah menulis dariku selain al-
Quran, hendaklah ia menghapusnya.”.

B. Priode-Priode Kodifikasi Al-Quran


Ada beberapa priode dalam pengumpulan al-Quran sejak zaman
Rasulullah SAW yaitu;

1. Priode Rasulullah SAW


Kodifikasi Al-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW ditempuh
dengan dua cara, yaitu Al Jam’u bima’na hafazhahu fis sudur dan Al
jam’u bima’na kitaabatuhu fi suthur.
a. Al Jam’u bima’na hafazhahu fis Sudur
Pada bagian ini para sahabat langsung menghafalnya diluar kepala
setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu. Hal ini bisa dilakukan
oleh mereka dengan mudah terkait dengan kultur (budaya) orang arab
yang menjaga Turast (peninggalan nenek moyang mereka diantaranya
berupa syair atau cerita) dengan media hafalan dan mereka sangat
masyhur dengan kekuatan daya hafalannya.
Di antara para sahabat yang paling terkenal dalam hafalan Al-
Qur’an berdasarkan riwayat-riwayat yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari, mereka adalah Ibnu Mas’ud, Salim bin Ma’qal, Mu’azd bin
Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin As Sikkin, dan
Abu Darda . Mereka berasal dari kaum Muhajirin dan Anshar.4
b. Al Jam’u bima’na kitaabatuhu fi Suthur
Yaitu wahyu turun kepada Rasulullah SAW ketika beliau berumur
40 tahun yaitu 12 tahun sebelum hijrah ke madinah. Kemudian wahyu
terus menerus turun selama kurun waktu 23 tahun berikutnya dimana
Rasulullah. SAW setiap kali turun wahyu kepadanya selalu
membacakannya kepada para sahabat secara langsung dan menyuruh
mereka untuk menuliskannya sembari melarang para sahabat untuk
menulis hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur dengan
Alquran. Rasul SAW bersabda "Janganlah kalian menulis sesuatu
dariku kecuali Alquran, barangsiapa yang menulis sesuatu dariku
selain Alquran maka hendaklah ia menghapusnya.” Biasanya sahabat
menuliskan Alquran pada media yang terdapat pada waktu itu berupa
4
(Senin,27-12-2021) http://sitakurniadewi.blogspot.com/2015/12/kodifikasi-al-quran.html?m=1
4

ar-Riqa' (kulit binatang), al-Likhaf (lempengan batu), al-Aktaf (tulang


binatang), al-`Usbu ( pelepah kurma). Sedangkan jumlah sahabat yang
menulis Alquran waktu itu mencapai 40 orang. Adapun hadis yang
menguatkan bahwa penulisan Alquran telah terjadi pada masa
Rasulullah SAW adalah hadis yang di Takhrij (dikeluarkan) oleh al-
Hakim dengan sanadnya yang bersambung pada Anas R.A, ia berkata:
"Suatu saat kita bersama Rasulullah s.a.w. dan kita menulis Alquran
(mengumpulkan) pada kulit binatang ".
Dari kebiasaan menulis Alquran ini menyebabkan banyaknya
naskah-naskah (manuskrip) yang dimiliki oleh masing-masing penulis
wahyu, diantaranya yang terkenal adalah: Ubay bin Ka'ab, Abdullah
bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin
Ma'qal. Adapun hal-hal yang lain yang bisa menguatkan bahwa telah
terjadi penulisan Alquran pada waktu itu adalah Rasulullah SAW
melarang membawa tulisan Alquran ke wilayah musuh. Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Janganlah kalian membawa catatan Alquran
kewilayah musuh, karena aku merasa tidak aman (khawatir) apabila
catatan Alquran tersebut jatuh ke tangan mereka”.
Kisah masuk islamnya sahabat `Umar bin Khattab r.a. yang
disebutkan dalam buku-buku sejarah bahwa waktu itu `Umar
mendengar saudara perempuannya yang bernama Fatimah sedang
membaca awal surah Thaha dari sebuah catatan (manuskrip) Alquran
kemudian `Umar mendengar, meraihnya kemudian memba-canya,
inilah yang menjadi sebab ia mendapat hidayah dari Allah sehingga ia
masuk islam. Sepanjang hidup Rasulullah s.a.w Alquran selalu ditulis
bilamana beliau mendapat wahyu karena Alquran diturunkan tidak
secara sekaligus tetapi secara bertahap.5

2. Priode Khalifah Abu Bakar As-Shidiq


Setelah Rasulullah wafat, sahabat Abu Bakar diangkat menjadi
Khalifah, terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat bahkan ada
yang keluar dari agama Islam (murtad) dibawah pimpinan seorang yang
mengaku nabi Musailimkah al-Kaddzab. Untuk menghadapi ini, Khalifah
Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk memburu mereka
hingga terjadilah perang Yamamah, pada tahun 12 H, yang menewaskan
sekitar sembilan ratus tujuh sahabat termasuk tujuh ratus huffadzil qur’an.
Dengan banyaknya huffadz yang terbunuh, dikhawatirkan kelestarian al-
Quran banyak yang hilang. Maka sayyidina Umar bin Khattab meminta
kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Quran dari berbagai

5
(Senin,27-12-2021) https://www.anekamakalah.com/2012/02/kodifikasi-alquran.html
5

sumber menjadi satu mushaf, baik yang tersimpan didalam hafalan


maupun tulisan. Dan ditunjuklah sahabat Zaid bin Thabit selaku sekretaris
al-Quran pada masa Rasulullah menjadi ketua lajnah atau panitia.
Sebab-sebab dipilihnya Zaid dalam tugas pengumpulan al-Quran,
antara lain:
a. Zaid termasuk hafidz al-Quran.
b. Zaid termasuk penulis wahyu untuk Rasulullah.
c. Zaid adalah seorang yang cerdas, wara’ berakhlak mulia, teguh pada
agama dan menjunjung tinggi amanat.
Zaid sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas ini, sekalipun ia
seorang penulis wahyu yang utama dan hafal seluruh al-Quran. Ia dalam
menjalankan tugasnya berpegang teguh pada beberapa hal, yaitu:
1) Ayat-ayat yang ditulis dihadapan Rasulullah dan disimpan dirumah
beliau.
2) Ayat-ayat yang dihafalkan oleh para sahabat yang hafidz al-Quran.
3) Tidak menerima sesuatu dari yang ditulis sebelum disaksikan
(disetujui) oleh dua orang saksi, bahwa ia pernah ditulis dihadapan
Rasulullah.
Tugas menghimpun al-Quran itu dapat dilaksanakan oleh Zaid dalam
waktu kurang dari 1 tahun, yakni antara setelah terjadinya perang
Yamamah dan sebelum wafat Abu Bakar. Dengan demikian tercatatlah
dalam sejarah bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama-tama
menghimpun al-Quran dalam mushaf, Umar sebagai orang yang pertama-
tama mempunyai ide menghimpun al-Quran dan Zaid sebagai orang yang
pertama-tama melaksanakan penulisan al-Quran dalam satu mushaf.
Pengumpulan pada masa Khalifah Abu Bakar berhasil dengan
kesepakatan para sahabat terhadap keshahihan dan penelitiannya, serta
mereka sepakat atas tidak adanya tambahan dan pengurangan. Mereka
menerimanya secara sungguh-sungguh sampai berperan aktif terhadap apa
yang memang dibutuhkan.
Mushaf karya Zaid yang telah dibukukan kemudian disimpan oleh
Abu Bakar, setelah kematian beliau selanjutnya disimpan oleh sayyidina
Umar, dan setelahnya disimpan di rumah sayyidatina Hafsah binti Umar
atas pesan Umar dengan pertimbangan, bahwa Hafsah adalah istri
Rasulullah yang juga penghafal al-Quran dan pandai baca tulis. Disamping
itu, masalah Khalifah pengganti Umar masih harus dimusyawarahkan
terlebih dahulu, jadi Utsman belum ditentukan sebagai Khalifah pada
waktu itu.6

6
(Senin,27-12-2021) http://khalildjazoely7.blogspot.com/2017/11/sejarah-kodifikasi-al-quran.html?m=1
6

3. Priode Khalifah Utsman Bin Affan


Pada masa pemerintahan Usman bin 'Affan terjadi perluasan wilayah
islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya
terdiri dari bangsa arab saja ('Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki
dampak positif dan negatif. Salah satu dampaknya adalah ketika mereka
membaca Alquran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab.
Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang
sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama
Hudzaifah bin al-yaman. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a.
bahwa suatu saat Hudzaifah yang pada waktu itu memimpin pasukan
muslim untuk wilayah Syam (sekarang syiria) mendapat misi untuk
menaklukkan Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk soviet) dan Iraq
menghadap Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang
terjadi dimana terdapat perbedaan bacaan Alquran yang mengarah kepada
perselisihan. Ia berkata : "wahai usman, cobalah lihat rakyatmu, mereka
berselisih gara-gara bacaan Alquran, jangan sampai mereka terus
menerus berselisih sehingga menyerupai kaum yahudi dan nasrani ".
Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di
pegangnya untuk disalin oleh panitia yang telah dibentuk oleh Usman yang
anggotanya terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah
bin Zubair, Sa'id bin al'Ash, Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.
Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Alquran ini terjadi pada tahun
25 H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar
mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy karena Alquran diturunkan
dengan gaya bahasa mereka. Setelah panitia selesai menyalin mushaf,
mushaf Abu bakar dikembalikan lagi kepada Hafsah. Selanjutnya Usman
memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan manuskrip
Alquran selain Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf.
Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu
Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan satu mushaf
untuk ia simpan di Madinah yang belakangan dikenal sebagai Mushaf al-
Imam. Tindakan Usman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil
meredam perselisihan dikalangan umat islam sehingga ia manual pujian
dari umat islam baik dari dulu sampai sekarang sebagaimana khalifah
pendahulunya Abu bakar yang telah berjasa mengumpulkan Alquran.
Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia yang dibentuk Usman untuk
menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm alAnbath tanpa harakat
atau Syakl (tanda baca) dan Nuqath (titik sebagai pembeda huruf).7

7
(Senin,27-12-2021) https://www.anekamakalah.com/2012/02/kodifikasi-alquran.html
7

4. Priode Umar Bin Khattab


Zaid bin Tsabit yang namanya tercatat sebagai ‘peran utama’ dalam
sejarah pembukuan al-Qur`an, nama Umar bin Khattab pun tidak bisa kita
lepaskan dari kejadian penuh bersejarah Ini.
Sebagaimana yang kita ketahui, pada awal masa kenabian, al-Qur`an
sudah ditulis oleh para sahabat (penulis wahyu) atas perintah langsung dari
Nabi. Namun tulisan ini masih dalam keadaan terpencar di berbagai media
tulis pada masa itu, seperti tulang belulang, pelepah kurma, batang pohon,
dll, sehingga belum terkumpul menjadi satu seperti yang ada pada saat ini.
Abu Hafs, atau Umar bin Khattab lah pemilik ide brilian ini. Setelah
kejadian yang berkecamuk di Yamamah yang menewaskan sejumlah
penghafal al-Qur`an, terbesit dalam diri Umar untuk melakukan sebuah
solusi dengan mengumpulkan lembaran-lembaran (al-Qur`an) itu menjadi
satu, sebab jika tidak, satu persatu ayat Allah akan hilang dengan tewasnya
para penghafal al-Quran.
Karena usai Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat, penjagaan al-Qur`an tidak hanya
dalam bentuk tulisan (hifz al-Kitabah), namun juga terjaga oleh sahabat di
dalam hati mereka (hifz al-Sudur). Bahkan hafalan sahabatlah yang lebih
dijadikan pacuan utama dalam penjagaan al-Qur`an pada masa itu, karena
kita ketahui bersama karakteristik bangsa Arab yang sangat kuat dalam
menghafal, termasuk nasab mereka yang senantiasa dipertahankan hingga
anak-anak mereka. Jadi, meskipun al-Quran yang dalam bentuk tulisan itu
ada di rumah Rasulullah ‫ﷺ‬, namun hilangnya al-Qur`an di hati para
penghafal al-Qur`an dianggap lebih berbahaya dari hilangnya tulisan dan
lembaran itu. Inilah mengapa Zaid bin Tsabit menerima riwayat Khuzaimah
bin Tsabit seorang diri. Karena di samping tulisan itu, Zaid dan para sahabat
lainnya pun sudah mengetahui bahwa apa yang dibawa oleh Khuzaimah
merupakan ayat al-Qur`an. Karena hafalan sahabatlah yang lebih dijadikan
acuan, adapaun tulisan hanya untuk memperkuat itu semua.
Akhirnya Umar pun mengajukan gagasannya kepada Abu Bakar Al-
Shidiq yang menjadi khalifah saat itu agar dapat direalisasikan olehnya.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada awalnya Abu
Bakar menolak ide ini dengan alasan Rasul belum pernah melakukan
sebelumnya. Namun pada Akhirnya Allah pun melapangkan hatinya hingga
ia benar-benar yakin bahwa apa yang akan dilakukan Umar merupakan
perkara serius dan urgen bagi umat kedepannya. Akhirnya ia pun ditunjuk
oleh Abu Bakar untuk menjalankan teknis agenda tersebut bersama Zaid bin
Tsabit.8

8
(Senin,27-12-2021) https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2019/01/21/158669/belajarlah-dari-
umar-bin-khattab-dalam-sejarah-pembukuan-al-quran.html
8

C. Perbedaan Priode Kodifikasi Al-Quran


Perbedaan “pengumpulan” secara lahir adalah pada pengumpulan al-
Quran priode Abu Bakar yang pada saat itu tulisan al-Quran masih terpisah-
pisah, lalu Abu Bakar memerintahkan untuk mengumpulkannya. Dengan
demikian, maka pengertian “pengumpulan” tidak memerlukan perbedaan
antara masa Rasulullah saw. dengan masa Abu Bakar. Akan tetapi
permasalahan dan kesamaran terdapat pada “dua pengumpulan”, yakni pada
priode kedua (Abu Bakar) dan pada priode ketiga (Utsman).
Sesungguhnya para ulama mengambil perbedaan –antara pengumpulan
pada priode Abu Bakar dan priode Utsman– sebagai partisipasi mereka untuk
menghilangkan kesamaran dalam pengumpulan al-Quran itu sendiri, sehingga
dengan sendirinya terungkap adanya beberapa perbedaan:
1. Priode Khalifah Abu Bakar
a. Motivasi penulisannya adalah adanya kekhawatiran akan hilangnya al-
Quran bersamaan degan hilangnya para penghafalnya.
b. Dilakukan dengan mengumpulkan tulisan-tulisan al-Quran yang
terpencar-pencar pada pelepah kurma, kulit, tulang dan sebagainya.
c. Tetap memberlakukan tujuh qiraat (yang berarti keragaman
tulisan/bacaan).
d. Pengumpulan hanya berdasar pada urutan ayat.
2. Priode Khalifah Utsman
a. Motivasi penulisannya karena terjadinya banyak perselisihan di dalam
cara membaca al-Quran (qiraat).
b. Memberlakukan satu qiraat (yang berarti keseragaman tulisan/bacaan).
c. Pengumpulan berdasar pada urutan ayat dan surat

D. Penulisan al-Quran Setelah Masa Khalifah


Mushaf yang ditulis atas perintah Khalifah Utsman tidak memiliki harkat
dan tanpa titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qiraat yang tujuh.
Setelah banyaknya orang non-Arab memeluk Islam, mereka merasa kesulitan
membaca mushaf yang tidak berharkat dan bertitik itu.
Pada masa Khalifah Abdul Malik (685-705), ketidak memadainya
mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu. Oleh
karena itu penyempurnaan pun segera dilakukan. Tersebutlah dua tokoh yang
berjasa dalam hal ini, yaitu Ubaidillah bin Ziyad (w. 67 H) yang diberitakan
memerintahkan seorang lelaki dari Persia untuk meletakkan alif sebagai
pengganti dari huruf yang dibuang, dan Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqofi (w. 95 H)
yang melakukan penyempurnaan terhadap mushaf Utsmani pada sebelas
tempat yang memudahkan membaca mushaf.
Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap
dan dilakukan oleh setiap generasi sampai abad 3 H (atau akhir abad 9 M)
9

ketika proses penyempurnaan naskah mushaf Utsmani selesai dilakukan.


Tercatat pula tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali
meletakkan tanda titik pada mushaf Utsmani, ketiga orang itu adalah Abu al-
Aswad ad-Du’ali, Yahya bin Ya’mar (45-129 H) dan Nashr bin Ashim al-
Laits (w. 89 H). Adapun orang yang disebut-sebut pertama kali meletakkan
hamzah, tasydid adalah al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi al-Azdi yang diberi
kun-yah Abu Abdirrahman (w. 175 H).
Upaya penulisan al-Quran yang bagus merupakan upaya lain yang telah
dilakukan generasi terdahulu. Diberitakan bahwa Khalifah al-Walid
(memerintah dari tahun 86-96 H) memerintahkan Khalid bin al-Khayyaj yang
terkenal keindahan tulisannya untuk menulis mushaf al-Quran.9
Dari sinilah kemudian para pembesar-pembesar shahabat berunding,
kira-kira ejaan yang manakah yang akan dijadikan sebagai satu-satunya
bacaan yang dipakai di dalam Al Qur'an. Saat itulah Ustman mengatakan ,
"Allah telah meridhai kaum muhajirin dan Anshar, dan mereka juga telah
ridha kepada Allah, maka kita memakai cara bacanya kaum muhajirin dan
Anshar".
Maka setelah itu dibukukanlah Al Qur'an dengan cara bacaan kaum
muhajirin dan Anshar seperti yang kita terima sampai sekarang. Dan mushaf
yang disusun oleh Ustman itu dikenal sebagai Mushaf ustmani. Sebelumnya
mushaf itu tidak ada harakat, fathah, dhomah, atau kasrah, baru ada tanda
baca itu pada zaman Ali bin Abi Thalib.
Tidak aneh kalau mushaf ustmani adalah satu-satunya yang disyahkan.
setelah dibukukannya Al Qur'an dan dituliskan mushaf ustmani itu para
shahabat tak ada perselisihan lagi. Dan Mushaf-mushaf itu dikirim ke
beberapa negara. 3 dikirim keluar negeri satu tinggal di Makkah.10

9
(Senin,27-12-2021) http://khalildjazoely7.blogspot.com/2017/11/sejarah-kodifikasi-al-quran.html?m=1
10
https://www.anekamakalah.com/2012/02/kodifikasi-alquran.html
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Terdapat empat priode dalam penulisan dan pengumpulan naskah al-
Quran yang sangat terkenal dikalangan kaum muslimin. Dimulai dari priode
Rasulullah SAW sendiri yang berupa penulisan dan pengumpulan pada media
tulis namun masih bertebaran, dilanjutkan pada priode Khalifah Abu Bakar
yang berhasil mengumpulkan suhuf menjadi mushaf dengan tetap
mempertahankan tujuh dialek yang diterima dari Rasulullah, dan kembali
dilanjutkan oleh khalifah Utsman bin Affan yang berhasil mempersempit
dialek al-Quran menjadi satu dialek bangsa Quraisy. Dan priode Umar Bin
Khattab pemilik ide brilian yang mengajukan gagasannya kepada Abu Bakar
Al-Shidiq yang menjadi khalifah saat itu agar dapat direalisasikan olehnya.
Setelah priode kodifikasi yang paling dikenal ini, masih ada beberapa
bentuk kodifikasi namun lebih pada penyempurnaan mushaf Utsman yang
ada.

B. Saran
Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harus lebih menghargai
dengan kerja keras Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang
berjuang mati-matian untuk mengumpulkan ayat-ayat alqur’an yang terpisah-
pisah dari penghafalnya lalu di kumpulkan di kitabkan yang disusun begitu
rapi dan tersusun.
Kita harus membacanya, mengamalkan, menyakininya, lebih baiknya
mengetahui maknanya. Karna itu alquran sebagai pedoman hidup kita.
Karena pada zaman yang modern ini banyak non-Muslim yang berusaha
mencemarkan Islam. Jadi kita sebagai umat Islam harus mempelajarinya agar
kita tidak mudah dibohongi dan bisa menjaga keorisinalan al-Quran dari
mereka yang ingin merubahnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://karya-anak-bngsa.blogspot.com/2017/01/makalah-kodifikasi-alquran.html
http://khalildjazoely7.blogspot.com/2017/11/sejarah-kodifikasi-al-quran.html?
m=1
http://sitakurniadewi.blogspot.com/2015/12/kodifikasi-al-quran.html?m=1
https://www.anekamakalah.com/2012/02/kodifikasi-alquran.html
https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2019/01/21/158669/
belajarlah-dari-umar-bin-khattab-dalam-sejarah-pembukuan-al-quran.html

11

Anda mungkin juga menyukai