Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH AL-QURAN

PENGUMPULAN AL-QURAN PADA MASA RASULULLAH


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Al-Quran
Dosen Pembimbing Muhammad Faiz, M.A.

Disusun Oleh :

- Srivatul Ustaniyah (IAT3/U20191102)


- Rifaldi Pratama (IAT3/U20191111)
- Muhammad Razin A.H. (IAT3/U20191122)
- Hidayatul Ulfa (IAT3/U20191135)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. atas segala limpahan rahmat, nikmat
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Faiz, M.A. selaku
pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat
dalam proses penyelesaian makalah ini, terima kasih juga kami sampaikan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang ikut mendukung makalah ini sehingga bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Al-Quran
dan berharap agar makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan
rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca yang lain. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran rekan-
rekan mahasiswa yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 04 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 2

A. Pengertian Jam’ul Qur’an .............................................................. 2


B. Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Rasulullah............................. 3
1. Pengumpulan Al-Quran Melalui Hafalan ................................ 3
2. Pengumpulan Al-Quran Dalam Bentuk Tulisan ...................... 5

BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 7

A. Kesimpulan .................................................................................... 7
B. Saran .............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab suci umat islam, dimana redaksi
maupun susunannya tidak pernah berubah dan tetap terpelihara sepanjang
zaman. Dari awal hingga akhir turunnya Al-Quran, seluruh ayat-ayatnya
terjaga baik secara hafalan maupun tulisan.
Al-Quran merupakan pedoman umat islam yang berisi petunjuk
dan tuntunan untuk mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-Quran
merupakan kitab suci yang otentik dan unik, yang mana susunan maupun
kandungan maknanya merupakan kata-kata yang indah dan menyentuh
hati bagi setiap manusia yang memahaminya.
Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad SAW. secara berangsur-
angsur dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak beliau
diangkat menjadi Rasul dan berakhir hingga menjelang wafatnya. Maka
dari itu, tidak mengherankan bila Al-Quran pada zaman Rasulullah masih
belum dibukukan. Meskipun demikian, upaya pengumpulan ayat-ayat Al-
Quran masih tetap berjalan sampai masa kekhalifahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Jam’ul Qur’an?
2. Bagaimana Pengumpulan Al-Quran pada Masa Rasulullah?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Al-Quran.
2. Menjelaskan Pengertian Jam’ul Qur’an.
3. Menjelaskan sejarah pengumpulan Al-Quran pada masa
Rasulullah.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jam’ul Qur’an


Merujuk kepada definisi Al-Quran yang telah disepakati oleh para
ulama:
“Al-Quran adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, di turunkan
kepada Muhammad SAW. dan dinukil kepada kita secara
mutawatir, serta dinilai beribadah ketika membacanya.”

Maka materi Al-Quran yang merupakan mukjizat itu sampai


kepada kita melalui proses penukilan, artinya dengan memindahkan materi
yang sama dari sumber asli ke dalam mushaf. Oleh karena itu
pengumpulan Al-Quran merupakan bentuk penghafalan Al-Quran di
dalam dada dan penulisannya dalam lembaran.[1]
Ditinjau dari segi bahasa, Al-Jam’u berasal dari kata
mengumpulkan. Sedangkan secara terminologi, para ulama berbeda
pendapat. Menurut Az- Zarqani Jam’ul Qur’an memiliki dua pengertian.
Pertama mengandung makna menghafal Al-Quran dalam hati, dan yang
kedua yaitu menuliskan huruf demi huruf dan ayat demi ayat yang telah
diwahyukan kepada Rasulullah. Menurut Al-Qurtubi dan Ibnu Katsir
maksud dari Jam’ul Qur’an adalah menghimpun Al-Quran dalam hati atau
menghafal Al-Quran.[2]
Berdasarkan pendapat para ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan Jam’ul Qur’an adalah usaha penghimpunan dan
pemeliharaan Al-Quran yang meliputi penghafalan, dan penulisan ayat-
ayat serta surah-surah dalam Al-Quran.[3]

[1][1]
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis (Bandung: Idea Pustaka Utama, 2003),hlm.82.
[2][2]
Rachmad Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.10.
[3][3]
Rachmad Syafe’i, loc.cit.

2
3

B. Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Rasulullah


Sebenarnya kitab Al-Quran telah ditulis seutuhnya pada zaman
Rasulullah. Hanya saja belum disatukan dan surah-surah yang ada juga
belum tersusun. Penyusunan dalam mushaf utama belum dilakukan karena
wahyu belum berhenti turun sebelum Nabi Muhammad wafat.[4]
Pengumpulan ayat-ayat Al-Quran di masa Nabi Muhammad
terbagi atas dua kategori, yakni yang pertama adalah pengumpulan dalam
dada, yaitu dengan cara menghafal, menghayati, dan mengamalkan.
Kedua, yakni pengumpulan dalam dokumen, yaitu dengan cara menulis
pada kitab atau diwujudkan dalam bentuk ukiran.[5]

1. Pengumpulan Al-Quran Melalui Hafalan


Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang ummi [6].
Karena itu, perhatian Nabi hanyalah untuk sekedar menghafal dan
menghayatinya agar beliau dapat menguasai Al-Quran persis
sebagaimana yang telah diturunkan. Setelah itu, beliau
membacakannya kepada umatnya sejelas mungkin agar mereka pun
dapat menghafal dan memahaminya. Hal ini karena Nabi diutus Allah
di kalangan orang-orang yang ummi pula. Orang-orang yang ummi itu
mengandalkan kekuatan hafalan dan ingatannya.
Rasulullah sangat menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu
penurunan wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan
memahaminya, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. Al-Qiyamah
Ayat 17:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.”
Oleh sebab itu, beliau adalah hafidz Al-Quran pertama dan merupakan
contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafal Al-Quran. Al-

[4][4]
M.M Al-A’zami, The Histori of the Qur’ani Text, terj. Sobirin Sholihin dan Anis Malik
Thaha, Sejarah Teks Al-Quran (Cet.1, Jakarta: Gema Insani press, 2005), hlm.83.
[5][5]
Muhammad Ali Ash-Shabuniy,, At-Tibyan Fii Ulum Al-Quran, terj. Aminuddin, Studi Ilmu
Al-Qur’an (Cet.1, Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm.93.
[6][6]
Q.S. Al-A’raf Ayat 157-158, yaitu Nabiyyi Al-Ummiy (Nabi yang tidak tahu membaca dan
menulis),
4

Quran diturunkan selama dua puluh tahun lebih, proses penurunannya


terkadang hanya turun satu ayat dan terkadang sampai sepuluh ayat.
Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan ditempatkan
dalam hati, sebab bangsa Arab secara kodrati mempunyai daya hafal
yang kuat. Hal ini karena umumnya mereka buta huruf.[7]
Hal-hal yang telah dilakukan oleh Nabi di atas dalam merangsang
penghafalan Al-Quran juga dipertegas dan diperkuat dalam beberapa
hadits, diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh Utsman ibn Affan
bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Yang terbaik diantara kamu
adalah mereka yang mempelajari Al-Quran dan kemudian
mengajarkannya”.[8]
Orang-orang yang hafal Al-Quran disebut dengan Jumma’ Al-
Qur’an atau Huffadzhu Al-Quran. Dalam kitab shahih-nya Bukhari
telah mengemukakan tentang adanya tujuh hafidz, melalui tiga
riwayat. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal,
Mu’az bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Zabith, Abu Zaid bin
Sakkan dan Abu Darda’. Pembatasan tujuh orang tersebut, diartikan
bahwa mereka itulah yang hafal seluruh Al-Quran di luar kepala dan
telah menunjukkan hapalannya di hadapan Nabi serta isnad-isnadnya
sampai kepada kita.
Al-Hafiz Az-Zahabi menyebutkan dalam Tabaqul Qurra bahwa
jumlah dari qari’ adalah jumlah mereka yang menunjukkan hafalannya
di hadapan Nabi dan sanad-sanadnya sampai kepada kita secara
bersambung. Sedangkan sahabat yang hafal Al-Quran namun sanadnya
tidak sampai kepada kita, jumlahnya banyak.
Kata As-Sayuthi: “ Saya Telah mendapati seorang wanita
shahabiyah yang menghafalkan seluruh Al-Quran yang tidak
dimasukkan namanyake dalam barisan penghafal Al-Quran. Dia adalah
Ummu Waraqah binti ‘Abdillah ibn Al-Harits. Seringkali Rasulullah
mengunjunginya dan menamainya Syahidah.”

Mudzakir, StudiIlmu-Ilmu Qur’an (Cet.8; Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004), hlm. 179.
[7][7]

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi,
[8][8]

2011), hlm. 151


5

Berdasarkan pada penjelasan dan keterangan diatas, maka jelaslah


bahwa para penghafal Al-Quran di masa Rasulullah amat banyak
jumlahnya. Yang menjadi ciri khas pada umat pada saat itu ialah
mereka berpegang pada hafalan dalam penukilan. Ibn Jazari
menyebutkan: “Penukilan Al-Quran dengan berpegang pada hafalan
bukan pada mushaf ataupun kitab. Merupak keistimewaan yang
diberika Allah S.W.T. kepada umat ini.”

2. Pengumpulan Al-Quran Dalam Bentuk Tulisan


Keistimewaan yang kedua dari Al-Quran adalah pengumpulan dan
penulisannya dalam lembaran. Rasulullah mempunyai beberapa orang
sekretaris. Setiap turun ayat Al-Quran, beliau memerintahkan kepada
mereka untuk menulisnya dalam rangka memperkuat catatan dan
dokumentasi dalam kehati-hatian beliau terhadap Al-Quran.
Upaya pelestarian Al-Quran pada masa Nabi dilakukan oleh beliau
sendiri setiap menerima wahyu dari Allah S.W.T. Setelah itu, secara
langsung Nabi mengingat dan menghafalnya, menyampaikan kepada
para sahabat, lalu sahabat menyampaikannya secara berantai kepada
sahabat lainnya. Demikian seterusnya. Sebagian dari mereka ada juga
yang mencatat dalam berbagai benda yang ditemui, seperti pelepah
korma atau tulang belulang binatang. Catatan tersebut bukan untuk
orang lain tetapi untuk koleksi pribadi.[9]
Para wahyu adalah sahabat pilihan Rasul dari kalangan sahabat
yang terbaik dan indah tulisannya sehingga mereka benar-benar dapat
mengemban tugas yang mulia ini. Diantara mereka adalah Zaid bin
Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Mu’awiyyah bin Abi
Sufyan, Khulafaur Rasyidin, dan sahabat-sahabat yang lain.
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabith bahwa ia berkata, “ Kami menulis
Al-Quran di hadapan Nabi pada kulit ternak”. Maksudnya adalah
mengumpulkannya sesuai petunjuk Nabi dan perintah dari Allah
S.W.T. Para ulama sepakat bahwa pengumpulan Al-Quran adalah

[9][9]
Muhammad Izzan, UlumulQuran,(Cet.3;Bandung: Tafakur, 2009),hlm.69.
6

tauqifi (menurut ketentuan) artinya susunannya sebagaimana yang kita


lihat sekarang ini. Telah disebutkan bahwa jibril A.S. bila
membawakan sebuah atau beberapa ayat kepada Nabi, ia mengatakan,
“Hai Muhammad! Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu
untuk menempatkannya pada urutan .... surat....” Demikian pula halnya
Rasul memerintahkan kepada para sahabat, “Letakkan pada urutan
ini.”[10] Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipikul para
sahabat dalam menuliskan Al-Quran, juga alat tulis tidak cukup
tersedia bagi mereka. Namun hal tersebut dapat menambah hafalan
mereka.
Pada masa Nabi Muhammad S.A.W. belum ada upaya yang
dilakukan untuk unifikasi dan kodifikasi Al-Quran. Beberapa
penyebab Al-Quran belum ditulis dan dibukukan dalam mushaf pada
masa Rasulullah sebagai berikut:
1. Tidak ada faktor pendorong untuk dibukukan dalam satu
mushaf sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Usman bin
Affan. Hal ini disebabkan karena pada masa itu tidak ada
unsur-unsur yang mengganggu kelestarian Al-Quran,
sementara kecenderungan menghafal saat itu lebih dominan
dibanding kecenderungan menulis.
2. Karena Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur mulai
dari Nabi Muhammad menjadi Rasul hingga menjelang
wafatnya, maka satu hal yang logis bila Al-Quran baru bisa
dibukukan dalam satu mushaf setelah beliau.[11]

[10][10]
Muhammad Ali Ash-Shabuniy,, At-Tibyan Fii Ulum Al-Quran, terj. Aminuddin, Studi Ilmu
Al-Qur’an (Cet.1, Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm.99.
[11][11]
Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam
Alquran,(Cet.1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.50.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jam’ul Qur’an adalah usaha penghimpunan dan pemeliharaan Al-
Quran yang meliputi penghafalan, dan penulisan ayat-ayat serta surah-
surah dalam Al-Quran.
Pengumpulan ayat-ayat Al-Quran di masa Nabi Muhammad
terbagi atas dua kategori, yakni yang pertama adalah pengumpulan dalam
dada, yaitu dengan cara menghafal, menghayati, dan mengamalkan.
Kedua, yakni pengumpulan dalam dokumen, yaitu dengan cara menulis
pada kitab atau diwujudkan dalam bentuk ukiran. Al-Quran turun kepada
Nabi Muhammad S.A.W. yang ummi. Karena itu, perhatian Nabi hanyalah
untuk sekedar menghafal dan menghayatinya agar beliau dapat menguasai
Al-Quran persis sebagaimana yang telah diturunkan. Setelah itu, beliau
membacakannya kepada umatnya sejelas mungkin agar mereka pun dapat
menghafal dan memahaminya.
. Al-Quran diturunkan selama dua puluh tahun lebih, proses
penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan terkadang sampai
sepuluh ayat. Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan
ditempatkan dalam hati, sebab bangsa Arab secara kodrati mempunyai
daya hafal yang kuat. Hal ini karena umumnya mereka buta huruf.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memberi
intruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada setiap surah. Usman
menjelaskan baikwahyu itu mencakup ayat panjang ataupun pendek. Nabi
Muhammad selalu memanggil penulisnya dan berkata: Letakkan ayat-ayat
tersebut dalam surah yang beliau sebut. Zaid bin Tsabith menegaskan
kami akan kumpulkan Al-Quran di depan Nabi Muhammad. Menurut
Uthman bin Abi Al’as, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad
memberi perintah akan penempatan ayat.

7
8

B. Saran
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran rekan-rekan mahasiswa yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini dan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Hafidz. 2003. Ulumul Quran Praktis. Bogor: Idea Pustaka Utama

Syafe’i, Rachmat. 2006. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia

Ash-Shaabuniy, Muhammad Ali. 1998. At-Tibyan fii Ulum Al- Qur’an.


Bandung: Pustaka Setia
Mudzakir. 2004. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa

Amal, Taufik Adnan. 2011. Rekontruksi Sejarah Al-Quran. Jakarta: Yayasan


Abad Demokrasi
Hasanuddin . 1995. Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath
Hukum dalam Alquran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Izzan, Muhammad. 2009. UlumulQuran. Bandung: Tafakur

Anda mungkin juga menyukai