Anda di halaman 1dari 17

KRONOLOGI SEJARAH FILSAFAT KLASIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“ Filsafat Umum”

Dosen Pengampu :

Sufirmansyah, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 2 :

1. Kautsar Rahmantofa (932128019)


2. Firda Nur Farihah (932129319)
3. Yongky Adi Prakoso (932128419)

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2019

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kronologi Sejarah
Filsafat Klasik. Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Kediri, 30 September 2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu filosofia, yang berasal dari kata kerja
filosofein yang berarti mencintai kebikjasanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani
philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti
cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosophy yang
biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.

Berbicara mengenai kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa
peradaban kuno (masa Yunani). Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 mempunyai sistem
pemikiran yang bersumber pada mythology (dongeng-dongeng), yang mana suatu kebenaran
lewat akal pikir (logos) tidak berlaku. Namun setelah abad ke-6 munculah sejumlah ahli pikir
yang menentang adanya mitos tersebut, mereka mempunyai sistem pemikiran yang bersifat
rasional (masuk akal). Kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan
pengarahan (ilmu pengarahan) atau sence of direction. Dengan ilmu tersebut, manusi akan
dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat
diperlukan oleh umat manusia.

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan
pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian
filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran.

Meski bagaimnaapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat,


sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria
suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya. Sebagaimana definisinya, sejarah dan
perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah
mengapa filsafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi
kehidupan.

Didalam makalah ini akan dijelaskan mengenai kronologis sejarah filsafat klasik, yaitu
filsafat periode socrates, filsafat periode helenistik,dan filsafat periode romawi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah filsafat periode Socrates ?

2. Bagaimana sejarah filsafat periode Helenistik ?

3. Bagaimana sejarah filsafat periode Romawi ?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah filsafat periode Socrates.

2. Untuk mengetahui sejarah filsafat periode Helenistik.

3. Untuk mengetahui sejarah filsafat periode Romawi.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Filsafat Periode Socrates


Socrates hidup dari tahun 470 SM hingga 399 SM. Ia dilahirkan di Athena.
Ayahnya adalah seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan
bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates menggantikan ayahnya
sebagai pemahat. Hingga akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam
lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya. 1

Zaman Socrates (469-399 SM) ditandai dengan kemunculan kaum sofis yang
berarti cendekiawan , atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka mengajar
dengan mengambil upah dan dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada zaman itu. 2

Socrates (470 SM-399SM). Ia menentang sofistik dengan mengatakan


bahwa benar dan baik adalah nilai objektif yang harus dijunjung tinggi semua orang.
Socrates seorang filosof yang jujur dan berani, sebagaimana dikatakannya bahwa ia tidak
memiliki ajaran sendiri. Sebagai pemikir, ia mengembangkan pemikiran filosofis seperti
seorang bidan yang tidak melahirkan anaknya sendiri, tetapi anak orang lain. Metode
belajar yang terkenal dilakukannya adalah bertanya sampai dapat menemukan sendiri
apa yang baik dan benar di dalam dirinya sendiri. Kelak dalam masa modern, metode ini
dikenal dengan nama “Metode Socrates”, yaitu sebagai suatu jenis metode dalam
pendidikan. Dalam metode tersebut, seorang pendidik tidak menguliahi siswanya
dengan sejumlah informasi, tetapi bertanya secara tajam dan kritis sampai siswa
tersebut menemukan jawaban dan pengetahuan yang dibutuhkannya. Di kemudia hari
kejujuran dan keberaniannya harus dibayar mahal dengan meminum racun sebagai
hukuman mati bargi dirinya di muka hakim. Jasa terbesar Socrates adalah
mempertahankan tradisi filsafat Yunani yang pada saat itu sedang digoyah kaum Sofis. 3

Ajaran-Ajaran Socrates adalah sebagai berikut :

a. Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum yang bersifat tetap.
Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular dapat
beragam, tapi definisi tetap sama.

b. Socrates mengajarkan tentang argument-argumen induktif. Argumen induktif yang


dikembangkan Socrates diperoleh melaluiwawancara atau dialetik.

c. Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan
dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling
agung yakni jiwa.

d. Etika Socrates memiliki ciri pengetahuan dan kebajikan.


1
Fahriansyah,”Antisofisme Socrates,” Al ‘Ulum 61, No. 3 (2014): 24-29
2
Nina W. Syam, Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013, hlm 38.
3
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2019, hlm 60.
e. Socraes mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa
yang betul-betul baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan
kesehatan dan harmoni jiwa.

f. Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya Allah-Allah, pengetahuan


akan Allah-Allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya
Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk
masalah monoteisme dan polyteisme.

Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains
yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan
dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit . Ia harus
meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif; ada kebenaran yang
umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif,
tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya kita
peroleh dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Kehidupan Socrates (470-399 SM)
berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat
menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang oligarki dan orang-orang
demokratis. Di sekitarnya dasar-dasar lama remuk, kekuasaan jahat mengganti keadilan
disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang yang sombong
dibandingkan dengan sebelumnya.

Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relativisme dari
kaum sofis, sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolut dan
meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-
idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.

Antara tahun 421 dan 416 SM adalah masa-masa buruknya hubungan


antara Athena dan Sparta. Periode ini menyaksikan kebangkitan Alcibiades, salah
seorang murid Socrates. Akan tetapi, ia pula yang menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan kehancuran Athena. Ia bertanggung jawab atas kekalahan Athena di
Syracuse 413 SM. Beberapa negara kecil datang merampok Athena. Revolusi ini
menandai mulai hancurnya Athena. Delapan tahun kemudian orang-orang Sparta, di
bawah komandannya Lysander, menghancurkan Athena. Tahun 404 SM Perang
Peloponesia berakhir, menghasilkan Athena takluk di bawah Sparta. Antara tahun
404-403 partai oligarki menguasai Athena. Tiga tiran berkuasa dengan tangan besi dan
menggunakan metode teror. Tahun 403 SM demokrasi untuk terakhir kalinya
dicoba dibangun, tetapi itu bukanlah pemerintahan yang bijaksana. Di bawah
sponsor merekalah pada tahun 399 SM Socrates dituduh dengan dua tuduhan:
merusak pemuda dan menolak tuhan-tuhan Negara.

Akan tetapi, Kierkegaard, Bapak Eksistensialisme Modern, amat mengagumi


Socrates, dan ia menjadikan filsafat Socrates sebagai model filsafatnya. Kiekegaard
menulis disertasi tentang filsafat Socrates. Socrates amat berarti bagi Kiekegaard
karena Socrates secara konstan menentang orang-orang sofis pada zaman itu. Ia
menekankan bahwa banyak filosof abad kesembilan belas, khususnya Hegel, pada
dasarnya menganut paham yang sama dengan orang sofis.

Untuk membuktikan tuduhan itu Socrates diadili oleh pengadilan Athena.


Pidato pembelaannya yang ditulis oleh Plato, berjudul Apologia, termasuk salah
satu bahan penting untuk mengetahui ajaran Socrates. Dalam pengadilan itu Socrates
dinyatakan bersalah dengan mayoritas 60 suara, 280 melawan 220 (281 lawan 220
menurut Hassan, 1973:74). Ia dituntut hukuman mati (Bertens, 1975:82).

Bertens (1975:85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini.


Ajaran itu ditujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin
menegakkan sains dan agama.

Kalau dipandang sepintas lalu, Socrates tidaklah banyak berbeda dengan


orang-orang sofis. Sama dengan orang sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan
bertolak dari pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, ada perbedaan yang amat
penting antara orang sofis dan Socrates: Socrates tidak menyetujui relativisme
kaum sofis.

Menurut pendapat Socrates ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung


pada saya atau pada kita. Ini memang pusat permasalahan yang dihadapi oleh
Socrates. Untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates
menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang
mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, misalnya. Ia bertanya kepada
negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya
tentang salah –tidak salah, adil-tidak adil, berani dan pengecut, dan lain-lain. Socrates
selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban-jawaban
lebih lanjut ia menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-
jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena
menghasilkan konsekuensi yang mustahil , maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis
lain, lalu hipotesis kedua ini diselediki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitulah
seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir kebingungan. Akan tetapi, tidak
jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna.

Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektia, dari kata kerja
Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode Socrates
dinamakan dialektia karena dialog mempunyai peranan penting didalamnya.

Didalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan


mengenai metode Socrates ini. Ada dua penemuan, katanya, yang menyangkut
Socraes, kedua-duanya berkenaan dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ialah ia
menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi.

Dalam logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran


bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan pengetahuan yang umum.
Itu dilakukan oleh Socrates. Ia bertolak dari contoh-contoh konkret, dan dari situ ia
menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya Socrates ingin mengetahui apa
yang dimaksud orang dengan arete (keutamaan). Nah, ada banyak orang yang
mempunyai keahlian tertentu yang dianggap mereka masing-masing mempunyai arête.
Karena itulah Socrates bertanya pada tukang besi, apa keutamaan bagi mereka; kepada
negarawan, filosof, pedagang, dan sebagainya, apa pengertian arete bagi mereka. Ciri-
ciri keutamaan bagi mereka masing-masing tentulah tidak sama, tetapi ada ciri-ciri yang
sama; artinya ada ciri keutamaan yang disepakati oleh masing-masing
darimereka.Socrates mengupayakan sifat umum keutamaan dengan cara menyebut ciri
yang disetujui bersama dan menyisihkan ciri khusus yang tidak disetujui bersama.
Itulah cara membuat definisi tentang suatu objek.

Dari usaha ini Socrates menemukan definisi, penemuannya yang kedua,


kata Aristoteles. Tentu saja penemuan kedua ini berhubungan erat dengan penemuan
pertama tadi karena definisi ini diperoleh dengan jalan mengadakan induksi itu.

Bagi kita, yang sudah biasa membentuk dan menggunakan definisi, barangkali
merasakan definisi itu bukan sesuatu yang amat penting, jadi bukan suatu penemuan
yang berharga. Akan tetapi, bagi Socrates pada waktu itu penemuan definisi bukanlah
hal yang kecil maknanya; penemuan inilah yang akan dihantamkannya kepada
relativisme kaum sofis.

Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relative


kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu
Socrates dapat membuktikan kepada orang sofis bahwa pengetahuan yang umum ada,
yaitu definisi itu. Jadi, orang sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian
pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus; yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenarannya relatif.

Ciri umum disebut ciri esensi dan ciri khusus disebut aksidensi. Sedangakn
definisi ialah penyebutan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri
aksidensinya (Mehra, 1968:24). Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat
“menghentikan” laju dominasi relativisme kaum sofis. Jadi, kita bukan hidup tanpa pegangan;
kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagiannya, diperselisihkan
sebagiannya. Dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan akidah agama
mereka.

Plato memperkokoh tesis Socrates itu. Ia mengatakan kebenaran umum itu


memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates, melainkan
telah ada “di sana” di alam idea. Kubu Socrates semakin kuat. Orang sofis semakin
kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan, semakin
tidak laku. Orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan
menolak tuhan-tuhan. Socrates diadili oleh hakim Athena. Di sana ia mengadakan
pembelaan panjang lebar yang ditulis oleh muridnya, Plato, dibawah judul Apologin
(pembelaan). Dalam pembelaan itu ia menjelaskan ajaran-ajarannya, seolah-olah ia
mengajari semua orang yang hadir di pengadilan itu. Socrates dinyatakan bersalah
dengan perbandingan 280 (281) yang menyalahkan Socrates dan 220 yang
membenarkannya, jadi kalah suara 60 (61). Ia dijatuhi hukuman mati. Seandainya
Socrates memilih hukuman di buang di luar kota, tentu hukuman itu akan diterima oleh
hakim tersebut, tetapi Socrates tidak mau meninggalkan kota asalnya. Socrtes
menawarkan hukuman denda 30 mina (mata uang Athena waktu itu). Pilihan ini ditolak
oleh para hakim karena dianggap terlalu kecil, terutama karena Socrates dalam
pembelaannya dirasakan telah menghina hakim-hakimnya. Biasanya hukuman mati
dilaksanakan dalam tenggang waktu 12 jam dari saat diputuskannya hukuman itu. Akan
tetapi, pada waktu itu ada satu perahu layar Athena yang keramat sedang melakukan
perjalanan tahunan ke kuil di Pulau Deos, dan menurut hukum Athena, hukuman mati
baru boleh dijalankan bila perahu itu sudah kembali. Oleh karena itu, satu bulan lamanya
Socrates tinggal dalam penjara sambil bercakap-cakap dengan para sahabatnya. Salah
seorang diantara mereka, yaitu Kriton, mengusulkan supaya Socrates melarikan diri,
tetapi Socrates menolak. Di dalam dialog yang berjudul Phaidon, plato menceritakan
percakapan Socrates dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya, dan ia
melukiskan pula bagaimana Socrates pada suatu senja dengan tenang meminum racun,
dikelilingi oleh para sahabatnya.
Sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat karena
kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenara umum. 4

2. Sejarah Filsafat Periode Helenistik

Helenistik istilah kata yang berasal dari kata hellas, yang berarti seperti
Yunani. Disamping itu ada juga yang berpendapat bahwa hellenistik berasal dari
5

kata hellenizen yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang yunani .6
Sementara J.G. Droysen sejarahwan berkebangsaan jerman untuk memberikan
kejelasan tentang hellenistik menggunakan perkataan hellenismus, sebagai sebutan
masa periode peralihan antara yunani kuno dan dunia kristen.7

Pada periode hellenistik (hellenitas) Raja Alexander agung telah mampu


mendirikan negara besar yang tidak sekedar meliputi seluruh Yunani, tetapi juga
daerah-daerah di bagian timurnya.8 Fase hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran
filsafat hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani. Sebelum filsafat Yunani muncul,
kebudayaan Yunani telah mencitrakan khas berfikir yang filsafat , sebagai mitos-mitos
yang berkembang di Yunani ialah bagian yang menentukan kelahiran filsafat. 9

3. Sejarah Filsafat Periode Romawi

Peralihan filsafat Yunani menjadi Helenisme-Romawi disebabkan terutama oleh


seorang yang bertama Alexander, murid Aristoteles. Tindakanya yang imperialis
menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam kerajaan macedonia (kerajaan terkuat di
Timur Tengah Kuno). Setelah itu ia menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor dan
mengembangkan kekuasaannya sampai ke India. Semuanya itu dijadikan beberpaa
propinsi kerajaan Macedonia. Bahkan Imperium Persia, kekaisaran terbesar yang
pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga pertempuran.Filsafat Yunani pada masa
Hellen-Romawi dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi dua : masa etik dan masa
religi .10

Hellenisme ini adalah nama untuk kebudayaan, cita-cita dan cara hidup orang
Yunani seperti yang terdapat di Athena dizaman Pericles. Hellenisme pada abad ke-4 SM
4
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003, hlm 53-57.
5
Imron, Filsafat Umum. Palembang: Noer Fikri Offset, 2013, hlm 368.
6
Harun Hadiwijoyo, Sejarah filsafat Barat 1. Yogyakarta: kasinus,1995, hlm 54.
7
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: yayasan Pramadina, 1992, hlm 233.
8
Sutardjo A.wiramihardiya, Pengantar filsafat. 2009. Bandung: Refika aditama, hlm 4.
9
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi. Bandung: PUustaka Setia,2008,
hlm 98.
10
Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992, hlm 88.
diganti oleh kebudayaan Yunani, atau setiap usaha yang menghidupkan kembali cita-cita
Yunani zaman modern. Hellenisme diambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein yang
berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani”. Hellenisme secara umum:
istilah yang menunjukkan kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya
Yunani dan Budaya Asia kecil, Syiria, Metopotamia, dan mesir yang lebih tua. Lama
periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa Alexander agung atau
meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM. Hellenisme ditandai dengna fakta bahwa
perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi hilang. Kebudayaan yang
berada yang ada di jaman ini melebur menjadi satu yang menumpang gagasan agama,
politik, dan ilmu pengetahuan.11

Hellenisme dibagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme
Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh
orang-orang Yunani. Adapun fase Hellenisme Romawi adalah fase yang sudah datang
sesudah fase hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa
kerajaan romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani, antara lain
pemikiran Romawi di barat dan di timur yang ada di mesir dan di siria. Fase ini dimulai
dari akhir abad ke – 4 sebelum masehi sampai pertengahan abad ke-6 masehi di
Bizantium dan Roma, atau sampai masa penerjemahan di dunia Arab. 12

Dalam perkembangan masa Hellenisme ini ditandai dengan perubahan bentuk


filsfat dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis dan membuat filsafat menjadi bagian
dari seni hidup. Berbagai aliran yang muncul pada saat itu yang semuanya bertujuan
untuk menentukan cita-cita hidup manusia.

Pada masa pemerintahan Alexander menerima orang-orang Makedonia sebagai


panglima pasukannya, bahkan memberikan sebutan “sahabat” untuk mereka. Karena
telah bercampurnya masyarakat sehingga pada masa ini, terdapat aliran-aliran dalam
filsafat yaitu aliran-aliran etis yang menekankan pada persoalan tentang kebijaksanaan
hidup yang peraktis disamping itu juga ada aliran-aliran yang diwarnai pemikiran
keagamaan. Jadi secara garis besar filsafat sesudah Aristoteles atau pada masa
pemerintahan Alexander (masa helenisme) dapat dibagi menjadi dua, masa Etik dan
Masa Religi.

Dalam masa ini filsafat tidak lagi terdapat seorang pemikir yang sungguh-sungguh
besar, kecuali Plotinus. Tetapi pengaruh filsafat sebagai salah satu unsur pendidikan,
11
Imron, Filsaat Umum, Palembang : Noer Fikri Offset, 2013,hlm 4.
12
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm
98.
pada zaman Hellenisme jauh lebih luas dari pada dahulu. Sekolah-sekolah filsafat di
Athena seperti Akademia dan Lykeion tepat meneruskan aktivitasnya. Tetapi juga
didirikan beberapa sekolah/ajaran baru. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa yang
ditekankan terutama soal-soal etika : bagaimana manusia harus mengatur tingkah
lakunya untuk hidup bahagia.13

Aliran yang bersifat Etis diantaranya adalah aliran Stoa, Epikorus, dan Skeptis.
Sedangkan yang termasuk aliran yang diwarnai agama (Religi) diantaranya
Neoplatonisme.

Periode Etik (341 SM)

Periode ini terdiri dari tiga sekolah filsafat, yaitu Epikuros, Stoa, dan Skeptis. Nama
ajaran yang pertama diambildari kata pembangunan ajaran itu sendiri, yaitu
Epikuros. Adapun nama ajaran yang kedua diambil dari kata “stoa” yang berarti ruang.
Sedangkan nama “Skeptis” diberikan karena mereka kritis terhadap para filosof klasik
sebelumnya.

a) Epikuros (341 SM)

Epikuros dilahirkan di samos pada tahun 341 SM. Pada tahun 306 ia mulai belajar di
Athena dan disitulah Epikuros meninggal pada tahun 270. Filsafat Epikuros diarahkan
pada satu tujuan belaka : memberikan jaminan kebahagiaan kepada Aristoteles yang
mengutamakan penyelidikan ilmiah, ia hanya menggunakan pengetahuan yang
diperolehnya dan hasil penyidikan ilmu yang sudah ia kenal, sebagai alat untuk
membebaskan manusia dari ketakutan agama. Yaitu rasa takut terhadap dewa-dewa
yang ditanam dalam hati manusia oleh agama Grik lama. Menurut pendapatnya
ketakutan kepada agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh
kesenangan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa Epikuros adalah penganut paham
Atheis.14

Menurut Epikuros, kenikmatan sosial yang paling aman adalah persahabatan. Seperti
Betham, Epikuros adalah orang yang beranggapan bahwa semua manusia, senantiasa,
hanya mengejar kenikmatan sendiri, kadang dengan cara yang bijaksana, kadang secara
tidak bijaksana.

Satu-satunya murid Epikuros yang menonjol adalah penyair Lucretius (99-55 SM), yang
hidup sejaman dengan Julius Caesar. Disepanjang masa-masa akhir Republik Romawi,

13
Betens, RIngkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Kanisius, 1997, hlm 16.

14
Bertrand Russel, sejarah Filsafat Barat; dan kaitanya dengan kondisi politik dari zaman kuno hingga
sekarang. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004.
pemikiran bebas menjadi mode, dan adajaran-ajaran Epikuros banyak dikenal diantara
orang-orang terpelajar.

b) Stoisisme

Stoisisme merupakan madzhab yang didirikan oleh Zeno dari Kition,sekitar tahun 300
SM. Nama “Stoa” mengacu pada serambi bertiang empat tempat Zeno memberikan
pelajaran. Menurut stoisisme, jagat raya dari dalam ditentukan “logos” yang berarti
ratio. Dengan demikian, kejadian alam telah ditentukan dan tidak dapat dielakkan. Jiwa
manusia merupakan bagian dari logos sehingga sanggup mengenal alam raya. Manusia
dapat hidup bahagia dan bijak sana jika mengikuti rasionya sehingga sanggup mengenal
alam raya. Manusia dapat hidup bahagia dan bijaksana jika mengikuti rasionya sehingga
menguasai nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara sempurna. Mati dan hidup
merupakan kejadian berdasarkan keharusan mutlak.15

c) Skeptisisme

Skeptisesme dikemukakan pertama kali oleh Pyrrho, yang pernah menjadi serdadu
dalam pasukan Aleksander, kemudia ia bermukin dan melewatkan sisa hidupnya di kota
kelahirannya, Elis, ia meninggal pada tahun 275 SM.

Pyrrho mungkin (sebab dengan pintarnya ia tak menulis satupun buku) telah
menambahkan Skeptisisme moral dan logis pada Skeptisisme yang berkenaan dengan
indra. Konon ia pernah mengemukakan bahwa mustahil terdapat landasan rasional
apapun untuk memilih rangkaian tindakan yang satu dari pada lainnya. Di dalam
praktik, ini bisa diartikan bahwa seseorang bisa saja cocok dengna adat istiadat negeri
manapun yang ia tempati. Seorang pengikut di zaman modern mungkin bisa pergi ke
gereja pada hari Minggu dan berdoa dengan sikap berlutut sebaik-baiknya, tetapi tanpa
keyakinan relegius apapun bisa mengilhami tindakannya.

Skeptisisme adalah pelipur bagi manusia pemalas, sebab dalam ajaran ini menganggap
orangbodoh sama bijaknya dengna cendikiawan yang benar-benar terpelajar.
Skeptisisme bertujuan dan dianggap sebagai penawar kecemasan. Buat apa
memusingkan diri mengenai masa depan ? masa depan sama sekali tidak pasti.
Engkau toh bisa menikmati masa kini. “apa yang terjadi masih belum pasti”. Karna
alasan inilah, Skeptisisme mengalami kesuksesan luar biasa di tengah masyarkat
umumnya.

Religi

15
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat Edisi Revisi. Bandung: .Refika Aditama, 2009,hlm 62.
Neoplatonisme dipandang sebagai puncak terakhir filsafat Yunai. Platonisme
sangat mementingkan kesatuan semua makhluk yagn ada, bersama-sama merupakan
keseluruhan yang tersusun sebagai suatu hirarki. Pada puncak yang satu terdapat “yang
satu” (to hen) yaitu Allah. Setiap taraf dalam hirarki berdasarkan berasal dari taraf lebih
tinggi yagn paling berdekatan denganya. Taraf satu berasal dari taraf lain melalui jalan
pengeluaran atau “emanisasi” dengan istilah tersebut ditunjuk bahwa pengeluaran itu
berlangsung secara mutlak perlu, seperti air sungai mutlak perlu memancar dari
sumbernya. 16

Neoplatonisme menghidupkan kembali filsafat Plato, tetapi pengikutnya dipengaruhi f


ilsafat lain yagn lahir sesudah Plato, misalnya Aristoteles dan Stoa. Tidak mengherankan
jika aliran ini dianggap sebagai sintetis dari semua aliran pemikiran saat itu. Tokohnya
adalah Plitinos (203/4 – 269/70), lahir di Mesir. Setelah berusia 40 tahun, hidup di
Roma. Hasil pemikiran Plitinos dihimpun dan diterbitkan oleh salah seorang muridnya
Porphyrios.

Sistem Filsafat Plotinos adalah kesatuan yang disebut Allah, artinya, semua berasal dan
kembali pada “yang satu”. Sehingga menimbulkan gerakan pemikiran dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas.

A) Pada gerakan dari atas kebawah, “yang satu” merupakan puncak hirarki semua
makhluk, suatu taraf berasal dari taraf lain yagn lebih tinggi melalui jalan emanasi
(pengeluaran), yang perlu dan merupakan keharusan. Taraf lebih tinggi tidak bebas
dalam mengeluarkan taraf berikutnya, tetapi tidak berubah, sedangkan
kesempurnaannya tidka berkurang. Prosesnya, dari “yang satu” dikeluarkan akal budi
sesuai dengan gagasan utama fisafat Plato. Plotinos mengartikan sebagai intelek yang
memikirkan dirinya sendiri. Dalam akal budi ini terdapat dualitas, ialah pemikiran yang
memikirkan dan dipikirkan. Akal budi melahirkan jiwa dunia, dan dari jiwa dunia
dikeluarkan materi yang bersama dengan psykhe merupakan jagat raya. Sebagai taraf
terendah, materi merupakan yagn paling tidka sempurna dan sumber dari kejahatan.

B) Pada gerakan dari bawah ke atas, setiap taraf dalam hirarki, bertujuan kembali pada
taraf yang lebih tinggi dan akhirnya menuju Allah. Karena hanya manusia yang
mempunyai taraf itu maka manusialah yang mampu kembali kepada Allah. Proses
kembalinya manusia dilalui tiga langkah, yaitu penyucian, saat manusia melepaskan dari
materi dengan cara bertapa, penyatuan diri dengna Tuhan yagn mengatasi pengetahuan,
dan ekstasi (ecstasy).

16
Bertens, ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Kanisius,1975, hlm 18.
Neoplatonisme merupakan aliran filsafat Yunani kuno, menjadi aliran intelektual yang
tampak dominan yang tampak bersaing dengan dunia Kristen (teologi kristonologi.
Seorang filsuf yagn sukses mengajarkan Neoplatonisme di Athena adalah Proklos (410-
485). Berkat keberhasilannya, pada tahun 529 M Kaisar Justianus dari Byzantium
menutup seluruh sekolah filsafat kafir di Athena yang dianggap sebagai akhir masa
Filsafat Yunani Kuno. Kafir disini, ditunjukkan kepada aliran-aliran filsafat yang
dilandasi oleh pikiran-pikiran manusia, dan bukan bersumber dari gereja.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

1. Socrates dilahirkan di Athena. Ia hidup dari tahun 470 SM hingga 399 SM. Zaman
Socrates ditandai dengan kemunculan kaum Sofis yang berarti cendekiawan. Socrates
mengemukakan konsep : “Barangsiapa yang memiliki pengertian sejati, akan memiliki
kebajikan (areê te) atau keutamaan moral, sehingga dapat menjadi manusia yang
sempurna. Pada tahun 399 SM Socrates dituduh dengan dua tuduhan dan dihukumi
mati.
2. Hellenistik berarti antara kebudayaan antara budaya yunani dan asia. Gabungan ini
terjadi selama tiga abad setelah meninggalnya Alexander yang agug pada tahun 323 SM.
Pasca Aristoteles, filsafat Yunani mengalami penurunan yang signifikan. Pengkajian
filsafat tidak semarak sebagai mana yang terjadi pada msa sebelumnya. Filsafat tidak
lagi menjadi prioritas utama dan telah menyimpang pada asas pokoknya. Dengan
keadaan tersebut menyebabkan filsafat bukan murni produk asli Yunani lagi.

3. Hellenisme ini adalah nama untuk kebudayaan, cita cita dan cara hidup orang yunani
seperti yang terdapat di Athena dizaman pericles. Hellenisme dibagi menjadi 2 fase,
fasse hellenisme dan hellenisme romawi. Aliran yang bersifat etis diantaranya adalah
aliran Stoa, Epikorus, dan skeptic. Sedangkan aliran yang diwarnai agama (religi)
diantaranya Neoplatonisme.

Daftar Pustaka

Fahriansyah,”Antisofisme Socrates,” Al ‘Ulum 61, No. 3 (2014): 24-29


Syam W.Nina , Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2013.
Wiramihardja A. Sutardjo , Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2019.
Tafsir,Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Imron, Filsafat Umum. Palembang: Noer Fikri Offset, 2013.
Hadiwijoyo,Harun, Sejarah filsafat Barat 1. Yogyakarta: kasinus,1995.
Madjid ,Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: yayasan Pramadina, 1992.
Saebani ,Beni Ahmad, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi. Bandung: PUustaka
Setia,2008.
Delfgaauw,Bernard, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1992.
Imron, Filsaat Umum, Palembang : Noer Fikri Offset, 2013.
Betens, RIngkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Kanisius, 1997.
Ussel,Bertrand, sejarah Filsafat Barat; dan kaitanya dengan kondisi politik dari zaman kuno
hingga sekarang. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004.

Anda mungkin juga menyukai