Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Taksonomi Tujuan Pembelajaran

Oleh:
Kelompok 2
AGUS ALAMSYAH : 172103800031

DEWI SRI LESTARI : 172103856156

WIDI CANDIKA PAKAYA : 172103856026

PASCA SARJANA
PRODI PENDIDIKAN DASAR
KONSENTRASI MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang ”Taksonomi
Tujuan Pembelajaran” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan kerjasama
yang baik dari semua pihak, makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
Untuk itu, kami mengucapakan terima kasih kepada dosen Pengampu mata kuliah
Landasan Pendidikan dan Pembelajaran juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Makalah ini ditulis
dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari buku panduan serta
informasi dari media massa.
Mengingat pengetahuan dan kemampuan kami yang terbatas makalah ini
masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga pengalaman membuat
makalah ini dapat menjadi dorongan bagi kami untuk karya yang lebih sempurna.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Taksonomi .................................................................................. 3
2.2 Tujuan Pembelajaran Menurut Taksonomi .................................................. 4
2.3 Revisi Taksonomi Bloom ........................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 13
3.2 Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Soyomukti (2015: 21) pendidikan adalah proses untuk
memberikan manusa berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri.
Berbagai teori dan konsep pendidikan memberikan arti yang berbeda tentang
konsep tersebut. Mereka mendiskusikan apa dan bagaimana tindakan yang paling
efektif mengubah manusia agar terberdayakan, tercerahkan, tersadarkan dan
menjadikan manusia sebagaimana mestinya manusia
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan (dalam Rahayu, 2012) pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai
"Taksonomi Bloom". Taksonomi bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang
diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui
secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif
atau psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip
yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan

1
kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian taksonomi ?
b. Apa tujuan pembelajaran menurut taksonomi (bloom) ?
c. Bagaimana revisi taksonomi bloom ?
1.3 Tujuan
a. Menjelakan pengertian kasonomi
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran menurut taksonomi (bloom)
c. Mejelaskan revisi taksonomi bloom

2
BAB II
PMBAHASAN
2.1 Pengertian Taksonomi
Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri
tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan
instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan,
atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah
(domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang
berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor
(berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka) (Gunawan
dan Palupi, 2001 : 17)
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
Jadi taksonomi (bloom) adalah pengklasifikasian tujuan pendidikan dengan
menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk system
klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada
diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Menurut Bloom (dalam Komara, 2014:
2) perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1. Kognitif
Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran, atau
pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi
2. Afektif
Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi yang
berbeda dengan penalaran yang terdiri atas kategori penerimaan, partisipasi,
penilaian/penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup

3
3. Psikomotorik
Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani
terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Orang dapat mengamati
tingkah laku orang telah belajar setelah membandingkan sebelum belajar
2.2 Tujuan Pembelajaran Menurut Taksonomi
Bloom (dalam Davies, 1987: 97) merumuskan tujuan-tujuan pendidikan
pada 3 tingkatan yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Berikut merupakan penjelasan masing-masing ranah
1. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari
yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi).
Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang
paling kompleks), ialah:
a. Pengetahuan (Knowledge ) / C-1
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali
hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali metode dan proses, atau
mengingat kembali pola, struktur atau setting. Pengetahuan dapat dibedakan
menjadi tiga, yakni: (1) pengetahuan tentang hal-hal pokok; (2) pengetahuan
tentang cara memperlakukan hal-hal pokok; dan (3) pengetahuan tentang hal yang
umum dan abstraksi. Pengetahuan tentang hal-hal pokok yaitu mengingat kembali
hal-hal yang spesifik, penekanannya pada simbol-simbol dari acuan yang konkret.
Pengetahuan tentang hal-hal pokok dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan
tentang terminologi; dan (2) pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus.
Pengetahuan tentang terminologi yaitu pengetahuan tentang acuan simbol yang
diterima banyak orang, misalnya kata-kata umum beserta makna-maknanya yang
lazim. Pengetahuan tentang fakta yang spesifik yaitu pengetahuan tentang tanggal,
peristiwa, orang, tempat.
Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok yaitu pengetahuan
tentang cara-cara untuk mengorganisasi, mempelajari, menilai, dan mengkritik.
Pengetahuan tentang cara memperlakukan hal-hal pokok dibagi menjadi lima

4
yakni: (1) pengetahuan tentang konvensi; (2) pengetahuan tentang kecenderungan
atau urutan; (3) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (4) pengetahuan
tentang tolok ukur; dan (5) pengetahuan tentang metodologi. Pengetahuan tentang
konvensi yaitu pengetahuan tentang cara-cara yang khas untuk mempresentasikan
ide dan fenomena misalnya cara untuk mempresentasikan puisi, drama, dan
makalah ilmiah. Pengetahuan tentang kecenderungan atau urutan yaitu pengetahuan
tentang proses, arah, dan gerakan suatu fenomena dalam kaitannya dengan waktu
misalnya pengetahuan tentang perkembangan kebudayaan Indonesia.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori yaitu pengetahuan tentang
kelas, divisi, dan susunan yang dianggap fundamental bagi suatu bidang, tujuan,
argumen, atau masalah. Pengetahuan tentang tolak ukur (kriteria) yaitu
pengetahuan tentang kriteria-kriteria untuk menguji atau menilai fakta, prinsip,
pendapat, dan perilaku. Pengetahuan tentang metodologi yaitu pengetahuan tentang
metode-metode penelitian, teknik-teknik, dan prosedur-prosedur yang digunakan
dalam suatu bidang dan untuk menyelidiki suatu masalah dan fenomena.
Pengetahuan tentang hal yang umum (universalitas) dan abstraksi dalam
suatu bidang yaitu pengetahuan tentang skema-skema dan pola-pola pokok untuk
mengorganisasi fenomena dan ide. Pengetahuan tentang hal yang umum dan
abstraksi dibagi menjadi dua yakni: (1) pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi; dan (2) pengetahuan tentang teori dan struktur. Pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi yaitu pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang
merupakan rangkuman atas hasil pengamatan terhadap suatu fenomena.
Pengetahuan tentang teori dan struktur yaitu pengetahuan tentang
sekumpulan prinsip dan generalisasi beserta interelasi yang membentuk suatu
pandangan yang jelas, utuh, dan sistematis mengenai sebuah fenomena, masalah,
atau bidang yang kompleks.
b. Pemahaman (Comprehension) / C-2
Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk
pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan bahan atau ide yang sedang
dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan bahan lain.

5
Pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) penerjemahan (translasi) yaitu
kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pada
pernyataan asli yang dikenal sebelumnya; (2) penafsiran (interpretasi) yaitu
penjelasan atau rangkuman atas suatu komunikasi, misalnya menafsirkan berbagai
data sosial yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik,
tabel, diagram; dan (3) ekstrapolasi yaitu meluaskan kecenderungan melampaui
datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat, pengaruh sesuai dengan
kondisi suatu fenomena pada awalnya, misalnya membuat pernyataan-pernyataan
yang eksplisit untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam suatu karya sastra.
c. Penerapan (Application) / C-3
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai situasi. Sebagai contoh:
agar teh dalam gelas cepat mendingin, maka tutup gelas harus dibuka (bidang
fisika), orang perlu menyirami tanaman agar tidak layu (bidang biologi); dan jari
yang terlukai harus diberi obat merah (bidang kesehatan).
d. Analisis (Analysis) / C-4
Analisis diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi
(peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide
(pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas dan/atau hubungan antar ide-ide
lebih eksplisit. Analisis merupakan memecahkan suatu isi komunikasi menjadi
elemen-elemen sehingga hierarki ide-idenya menjadi jelas. Kategori analisis
dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) analisis elemen yaitu analisis elemen-elemen
dari suatu komunikasi; (2) analisis hubungan yaitu analisis koneksi dan interaksi
antara elemen-elemen dan bagian-bagian dari suatu komunikasi; dan (3) analisis
prinsip pengorganisasian yaitu analisis susunan dan struktur yang membentuk suatu
komunikasi.
e. Sintesis (Synthesis) / C-5
Sintesis adalah memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan. Sintesis bersangkutan dengan penyusunan
bagianbagian atau unsur-unsur sehingga membentuk suatu keseluruhan atau
kesatuan yang sebelumnya tidak tampak jelas. Kategori sintesis dibedakan menjadi

6
tiga yakni: (1) penciptaan komunikasi yang unik, yaitu penciptaan komunikasi yang
di dalamnya penulis atau pembicara berusaha mengemukakan ide, perasaan, dan
pengalaman kepada orang lain; (2) penciptaan rencana yaitu penciptaan rencana
kerja atau proposal operasi; dan (3) penciptaan rangkaian hubungan abstrak yaitu
membuat rangkaian hubungan abstrak untuk mengklasifikasikan data tertentu.
f. Evaluasi (Evaluation) / C-6
Evaluasi adalah menentukan nilai materi dan metode untuk tujuan tertentu.
Evaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif atau kualitatif tentang
nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolok ukur
tertentu. Kategori evaluasi dibedakan menjadi dua, yakni: (1) evaluasi berdasarkan
bukti internal yaitu evaluasi terhadap ketetapan komunikasi berdasarkan logika,
konsistensi, dan kriteria-kriteria internal lain misalnya, menunjukkan kesalahan-
kesalahan logika dalam suatu argumen; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal
yaitu evaluasi terhadap materi berdasarkan kriteria yang ditetapkan atau diingat,
misalnya membandingkan teori-teori, generalisasigeneralisasi, dan fakta-fakta
pokok tentang kebudayaan tertentu.
2. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-
ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam
mengikuti mata pelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai pelajaran di terimanya dan sebagainya. Beberapa tingkatan dalam ranah
afektif adalah sebagai berikut:
 Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan
untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan
yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan
sesuatu, seperti memandang gambar yang dibuat dipapan tulis atau

7
mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. Namun perhatian
itu masih pasif.
 Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam
memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan, seperti
membacakan dengan suara nyaring bacaan yang ditunjukan atau menunjukan
minat dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.
 Penilaian: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap:
menerima, menolak atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam timgkah laku
yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Kemampuan itu dinyatakan dalam
suatu perkataan atau tindakan, seperti mengungkapakan pendapat positif tentang
pameran lukisan modern (apresiasi seni) atau mendatangi ceramah disekolah,
yang diberikan oleh astronot Indonesia yang pertama. Perkataan atau tindakan
itu tidak hanya sekali saja, tetapi diulang kembali bila kesempatanya timbul
dengan demikian, nampaklah adanya suatu sikap tertentu.
 Organisasi :mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima
ditempatkan pada suatu skala nilai: mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam
mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk
keseimbangan yang wajar kebebasan dan tangung jawab dalam suatu Negara
demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar,
minat dan cita-cita hidup.
 Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk mengahayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa , sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupanya sendiri. Orang
telah memiliki suatu perangkat nilai yang jelas hubunganya satu sama lain, yang
menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten selama kurun waktu cukup
lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang,
seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar/bekerja tugas

8
membina kerukunan keluarga, tugas beribadah, tugas menjaga kesehatan dirinya
sendiri dan lain sebagainya.
3. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar
ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil
belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
psikomotorik ini dikembangkan oleh simpson yang terdiri dari beberapa tingkatan
antara lain:
 Presepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat
antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara cir-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu reaksi yang menunjukan keasadaran akan hadirnya rangsangan
(stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada, seperti dalam
menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
 Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan
akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam
mempersiapkan diri untuk menggerakan kendaraan yang ditumpangi, setelah
menunggu beberapa lam didepan lampu lintas yang berwarna merah.
 Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini
dinyatakan dalam mengerakan anggota tubuh, menurut contoh yang
diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru urutan gerakan tarian
atau dalam meniru suara bayi.

9
 Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih secukupnya, tsnps
memperhatikan contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
mengerakan anggota/ bagian tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti
dalam mengerakan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinasi.
 Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, adanya kemampuan ini dinyatakan dinyatakan dalam suatu
rangkaian perbuatan yang berurutan dan mengabungkan beberapa sub
keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam
mmbongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangkan kemvbali.
 Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola geraik-gerik dengan kondisi setempat atau
dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran,
misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan
gay bermain dari lawanya atau dengan kondisi lapangan.
 Kreatvitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik
yang baru, seeluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya sosok
orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif , akan mampu
mencapai tingakt kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan
dalam pertunjukan tarian dilapisan es dengan diiringi musik instrumental.
2.4 Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl
dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada
tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom (Suyono dan Hariyanto, 2015:
20). Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih
sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak

10
pada level 5 dan 6. Perubahanperubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
Remembering (mengingat): mengenali, mendaftar, memberikan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyebutkan, menemukan, menempatkan
 Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).
understanding (memahami): menafsirkan, meringkaskan, menyimpulkan,
membuat parafrase, menggolongkan, membandingkan, menjelaskan,
memberi contoh
 Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
applying (menerapkan): mengimplementasikan, melaksanakan,
menggunakan, menerapkan
 Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
analyzing (menganalisis): membandingkan, mengorganisasikan,
mendekonstruksi, memberi atribut, menyusun kerangka, menemukan,
membuat struktur, memadukan
 Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan
perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta)
creating (mencipta): merancang, membangun, merencanakan, menghasilkan,
menemukan, membuat, menggunakan alat
 Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan
evaluating (menilai).
evaluating (menilai): melakukan cek, membuat hipotesis, mengkritik,
melakukan eksperimen, mempertimbangkan, menguji, mendeteksi,
memantau
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam
level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6

11
Perubahan istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan
sebagai berikut:

Eval. Create

Evaluat
Syntesis e

Analysis Analyze

Aplication Apply

Comprehension Understand

Knowledge Remember

Noun to Verb Form

Gambar 2.1 Revisi Akhir Taksonomi Bloom (Suyono dan Hariyanto, 2012 : 21)
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan
Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order
Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika
adalah sebagai berikut:
- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih
dahulu
- Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
- Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
- Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri
tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan
instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan,
atau sasaran belajar. Taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang
dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi.
Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum
tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya. Taksonomi Bloom ranah kognitif
merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan
pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum. Tingkatan taksonomi Bloom yakni: (1)
pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan
(application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi
(evaluation). Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi tersebut telah digunakan
hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan,
penyusunan tes dan kurikulum.
Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata
benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi).
Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan
pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata
kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson,
taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3)
mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi (evaluate);
dan (6) mencipta (create).
3.2 Saran
1. Bagi siswa
Bagi siswa khususnya, diharapkan untuk dapat memahami
pengklasifikasian pembelajaran secara kognitif, afektif, dan psikomotirik agar
siswa mampu merealisasikan kedalam proses belajar mengajar.

13
2. Bagi guru
Guru dihendaknya dapat mengetahui minat belajar siswa dalam belajar
sedini mungkin, sebagai langkah awal membina dan meningkatkan prestasi belajar
siswa.
3. Bagi peneliti
Untuk dapat mengembangkan permasalahan yang ada mengenai taksonomi
dalam pendidikan dengan lebih banyak bahan sebagai rujukan, sehingga informasi-
informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya pendidik dalam
meningkatkan taraf pandidikan.

14
Daftar Pustaka

Davies, Ivor K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV. Rajawali


Komara, Endang. 2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: Pt Refika
Aditama
Rijal, Takrim Ar. 2015. Online diakses di : http://takrimarrijal.blogspot.
co.id/2015/03/makalah-evaluasi-pembelajaran-taksonomi.html?m=1
(diakses tanggal 09 September 2017)
Soyomukti, Nurani. 2015. Teori-teori Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Suyono & Hariyanto. 2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA

15

Anda mungkin juga menyukai