Anda di halaman 1dari 17

TAKSONOMI BLOOM

DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN IPA

Disusun Oleh :

Nama : Raju Anggara

Nim : 20591144

Dosen Pembimbing :

Dadan Supardan, M.Biotech

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP TAHUN 2022


2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Pembelajaran IPA dengan judul “TAKSONOMI
BLOOM DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN IPA”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk iu kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Curup, 29 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Taksonomi Bloom..............................................................................3
1. Pengertian Taksonomi...................................................................3
2. Klasifikasi Taksonomi Bloom.......................................................4
B. Pembelajaran Ipa...............................................................................9
1. Hakekat IPA.................................................................................9
2. Pembelajaran IPA.........................................................................10
C. Hubungan Taksonomi Boom dengan pembelajaran IPA................ 11

BAB III PENUTUP.....................................................................................12

A. Kesimpulan......................................................................................13
B. Saran ...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan
2 berekperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Hisbullah, 2018).

Dalampembelajaran IPA tidak hanya mempelajari sebuah fakta, konsep, atau prinsip
tetapi juga menerapkan sebuah proses penemuan. Wisudawati & Sulistyowati (2014:40)
menyatakan bahwa mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memahami alam dan mampu
memecahkan masalah yang mereka jumpai di sekitar. Sehingga hasil belajar yang didapatkan
bisa dijadikan cerminan dalam kemampuan pengetahuan serta pemahaman konsep siswa.

Untuk mengetahui pengetahuan peserta didik sejauh mana pencapaian materi


pembelajaran IPA kususnya pada semester ganjil perlu diadakan suatu penilaian. Penilaian
adalah sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pembelajaran yang telah
dicapai oleh peserta didik. Penilaian sangat penting dilakukan oleh guru. Pengetahuan yang
hendak diukur dapat dilakukan dengan berpedoman pada taksonomi Bloom, (dalam Malawi
& Endang Sri Maruti, 2016: 11-12) yang menggolongkan tiga jenis ilmu pengetahuan yakni,
1. Daerah kognitif yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintensis dan evaluasi. 2. Daerah afektif yang meliputi aspek-aspek penerimaan, respon,
penilaian, organisasi, dan karakterisasi. 3. Daerah pisikomotor yang meliputi aspek-aspek
peniruan, penggunaan, ketelitian, penyambungan, dan naturalisasi (Wayan Nurkancana:
1986:21). Jadi dari ketiga ranah penilaian ini sangat penting digunakan untuk menegtahui
sejauh mana kemampuan peserta didik pada proses pembelajaran yang dilakukan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Bloom ?

2. Apa itu pembelajaran IPA ?

3. Apa hubungan Taksonomi Bloom dengan pembelajaran IPA ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Taksonomi Bloom.

2. Mengetahui tentang pembelajaran IPA.

3. Mengetahui hubungan Taksonomi Bloom dengan pembelajaran IPA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Taksonomi Bloom

1.Pengertian Taksonomi

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk
mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai
klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Di mana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat
lebih spesifik. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada
kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S.


Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan beserta dengan kawan-kawannya. Pada
tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain”,
dan pada tahu 1964 terbitlah karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective
Domain”, dan karyaya yang berjudul “Handbook on Formative and Summatie Evaluation
of Student Learning” pada tahun 1971 serta karyanya yang lain “Developing Talent in
Young People” (1985). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan
pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor
dan setiap ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hierarkinya.1

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga
domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro,
yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan
pengamalan.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan


pendidikan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
1
Young People” (1985)

3
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.

Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki yang mengidentifikasikan skills mulai


dari tingkat terendah hingga tertinggi. Setiap tingkatan dalam Taksonomi Bloom memiliki
korelasinya masing-masing. Maka, untuk mencapai tingkatan yang paling tinggi, tentu
tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya harus dikuasai terlebih dahulu. Konsep
Taksonomi Bloom, membagi domainnya menjadi 3 ranah, yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah
afektif, dan (3) ranah psikomotorik. (Utari, 2012)2

Dalam pembuatan dan pelaksanaan evaluasi, untuk memperoleh rumusan tujuan


instruksional yang operasional, tujuan tersebut harus diklasifikasikan dalam bentuk yang
lebih rinci. Klasifikasi tujuan yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan
(1956),3 yang dikenal dengan Taksonomi Bloom, lebih banyak dipergunakan.

Daerah kognitif mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kemampuan


berpikir, yang berkenaan dengan pengenalan pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan
keterampilan intelektual (akal). Daerah kognitif merupakan pusat dan mempunyai peran yang
sangat penting dalam pengembangan kurikulum dan pengembangan evaluasi berupa tes.

Daerah kognitif dari enam tahap tersusun mulai dari kemampuan berpikir yang paling
simple (rendah, sederhana) menuju pada kemampuan berpikir yang paling kompleks (tinggi)
yang merupakan suatu kontinus. Keenam tahap berpikir tersebut seringkali disebut jenjang
kognitif. Agar lebih jelas tentang rincian dari jenjang kognitif tersebut, akan dibahas satu
persatu.

2. Klasifikasi Taksonomi Bloom

 Ranah Kognitif

Ranah kognitif dimaknai sebagai bentuk ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Setiap upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Dalam
ranah kognitif dapat dipilih ke dalam 6 tingkatan proses berpikir, mulai dari jenjang terendah
sampai jenjang yang paling tinggi, yaitu :

2
Utari, (2012)
3
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan (1956)

4
a. Pengetahuan (Knowledge)
b. Pemahaman (Comprehension)
c. Penerapan (Application)
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Syntesis)
f. Penilaian/Evaluasi (Evaluation)

Keenam tingkatan berpikir ranah kognitif ini bersifat kontinum saling tumpang tindih,
dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada di bawahnya.

Dalam taksonomi tujuan pendidikan, ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan


berpikir siswa, dimana muatan yang terkandung di dalam ranah ini termasuk kemampuan
siswa untuk memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi materi ajar yang dipelajari.

a) C.1 / Pengetahuan (Knowledge)


Jenjang kognitif paling sederhana (simple) disebut jenjang pengetahuan
(knowledge) atau ingatan (recall) atau komputasi (computation). Pada jenjang kognitif
ini siswa dituntut untuk mampu mengenali atau mengingat kembali (memory)
pegetahuan yang telah disimpan dalam skemata struktur kognitifnya.
Hal-hal yang termasuk ke dalam jenjang kognitif ini adalah berupa
pengetahuan tentang fakta dasar, terminology (peristilahan), atau manipulasi yang
sifatnya sudah rutin.

b) C.2 / Pemahaman (Comprehension)

Tahap pemahaman sifatnya lebih kompleks daripada tahap pengetahuan.


Untuk dapat mencapai tahap pemahaman terhadap suatu konsep pembelajaran IPA,
siswa harus mempunyai pengetahuan (knowledge) terhadap konsep tersebut. Jadi
tahap pemahaman inklusif terhadap tahap pengetahuan.

C.3 / Aplikasi (Application)

Aplikasi atau penerapan adalah proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
pemahaman. Dalam jenjang kognitif aplikasi seorang siswa diharapkan telah memiliki
kemampuan untuk memilih, menggunakan, dan menerapkan dengan tepat suatu teori

5
atau cara pada situasi baru. Tahap aplikasi ini melibatkan sejumlah respon. Respon
tersebut ditransfer ke dalam situasi baru yang berarti konteksnya berlainan.

c) C.4 / Analisis (analysis)


Jenjang kognitif berikutnya yang setingkat lebih tinggi dari aplikasi adalah
analisis, yaitu suatu kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah
(soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil serta mampu untuk memahami
hubungan di antara bagian-bagian tersebut.
Kemampuan siswa untuk dapat memecahkan masalah non-rutin termasuk ke dalam
tahap ini, yaitu kemampuan untuk mentransfer pengetahuan IPA yang telah dipelajari
terhadap konteks baru. Pemecahan masalah bisa berupa menguraikan masalah
menjadi bagian-bagian dan meneliti, mengkaji, serta menyusun kembali bagian
tersebut menjadi suatu kesatuan sehingga merupakan penyelesaian akhir.

d) C.5 / Sintesis (Synthesis)


Suatu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses analisis
adalah sintesis. Sintesis adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logic sehingga menjelma menjadi suatu pola struktur atau bentuk
baru.

e) C.6 / Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah jenjang kognitif yang tertinggi di antara kemampuan kognitif


siswa. Evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memberikan
pertimbangan (judgement) terhadap suatu situasi, ide, metode berdasarkan suatu
patokan atau kriteria. Setelah pertimbangan dilaksanakan dengan matang maka
kesimpu;lan diambil berupa suatu keputusan.

 Ranah afektif

Ranah afektif adalah adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Indikator
pada ranah afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan
serangkaian kegiatan pembelajaran.

6
Dalam pembelajaran IPA, indikator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA
yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indikator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja
operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah : berlaku jujur,
peduli, tanggungjawab dan lain-lain. Selain itu, indikator Afektif juga perlu memunculkan
keterampilan sosial misalnya : bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi
pendengar yang baik, berkomunikasi dan lain sebagainya. Beberapa hal yang berkaitan
dengan ranah afektif antara lain :

a. Penerimaan (Receiving)

b. Tanggapan (Responding)

c. Penilaian (Valuing)

d. Pengelolaan (Organization)

e. Penghayatan (Characterization)

A. A.1 / Penerimaan (Receiving)


Penerimaan merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan
secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata
kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah
memilih, mengikuti, meminati, memberi, dan sebagainya.
Contoh :Siswa mendengarkan dengan seksama penjelasan guru tentang pertumbuhan
pohon.

B. A.2 / Tanggapan (Responding)


Berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Contoh kata kerja operasional
yang biasa digunakan untuk mengukur aspek tanggapan adalah mengajukan,
melaporkan, menampilkan, mendukung, dan sebagainya.
Contoh : Siswa menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu.

C. A.3 / Penilaian (Valuing)


Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu.
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penilaian
adalah meyakini, mengusulkan, menekankan, meyakinkan, dan sebagainya.

7
Contoh : Siswa bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran.

D. A.4 / Pengelolaan (Organization)


Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek pengelolaan adalah
mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk pendapat, dan sebagainya.
Contoh : siswa mampu mengelola ilmu yang diberikan oleh guru

E. A.5 / Penghayatan (Characterization)


Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh kata kerja operasional
yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan adalah mendengarkan,
memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya.
Contoh :Siswa bersedia mengubah pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak
mendukung pendapatnya.

 Ranah Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan
tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan
percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik,
misalnya merangkai, mengukur, membuat dan lain sebagainya.
Taksonomi pembelajaran terhadap ranah psikomotorik secara garis besar
dibedakan kedalam 4 tahap, yaitu:
a. Meniru
b. Memanipulasi
c. Pengalamiahan
d. Artikulasi

A. P.1 / Meniru
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikat dari keterampilan itu.
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah
mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, mnyesuaikan, dan sebagainya.
8
B. P.2 / Memanipulasi
Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan seperti yang
diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Kata kerja yang sering
digunakan dalam mengukur aspek ini adalah menempatkan, membuat, memanipulasi,
merancang, dan sebagainya.

C. P.3 / Pengalamiahan
Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal-hal yang diajarkan
(sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang
ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan
untuk mengukur aspek ini diantaranya adalah memutar, memindahkan, menarik,
mendorong, dan sebagainya.

D. P.4 / Artikulasi
Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih komplek terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur
aspek ini adalah menggunakan, mensketsa, menimbang, menjeniskan, dan
sebagainya.

B. Pembelajaran IPA
1. Hakikat IPA
Kata “sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang
berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan
alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Secara harfiah science dapat
disebut ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam. Ruang lingkup sains pada kurikulum pendidikan di Indonesia adalah
sains SD, sains biologi, sains fisika, sains kimia, serta sains bumi dan antariksa (Patta
Bundu, 2006: 9).4 Sedangkan Chiappetta, E dan Koballa, T (2010: 105-115)5
mendefinisikan IPA sebagai a way of thinking, a way of investigating, a body of
knowledge, dan science and its interaction with technology and society.

4
(Patta Bundu, 2006: 9)
5
Chiappetta, E dan Koballa, T (2010: 105-115)

9
1) IPA sebagai a way of thinking atau cara berfikir meliputi keyakinan, rasa ingin
tahu, imajinasi, pemilkiran, hubungan sebab-akibat, self-examination, keragu-raguan,
obyektif, dan berpikiran terbuka IPA.
2) IPA sebagai a way of investigating atau cara untuk menyelidiki menggunakan
berbagai pendekatan untuk 12 mengkontruksi pengetahuan seperti scientific method,
inquiry and science process skill dengan melakukan kegiatan mengamati, hipotesis,
eksperimen, dll.
3) IPA sebagai body of knowledge atau tubuh pengetahuan dihasilkan dari berbagai
bidang ilmiah yang merupakan produk dari penemuan manusia. Fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori, dan model adalah bentuk dari isi IPA. Produkproduk ini
memiliki makna sendiri-sendiri yang tidak dapat dipahami secara terpisah dari proses
penyelidikan.
4) Science and its interaction with technology and society memiliki arti bahwa IPA,
teknologi, dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain. Banyak karya ilmiah
yang dilakukan oleh ilmuan yang dipengaruhi oleh masyarakat dan ketersediaan
teknologi.
IPA terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan. Patta Bundu (2006: 11)
menyebutkan 3 komponen utama IPA yaitu: (1) proses ilmiah, misalnya mengamati,
mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen, (2) produk
ilmiah, misalnya prinsip, konsep, hukum, dan teori, (3) sikap ilmiah, misalnya ingin
tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur. Komponen-komponen ini saling berhubungan.

2. Pembelajaran IPA
Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah. Mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa
atau murid. 6
Setiap pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran IPA
di telah dirumuskan dalam kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

6
Syaiful Sagala (2010: 61)

10
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5). 7

C. Hubungan Taksonomi Bloom pada Pembelajaran IPA


Pada Taksonomi Bloom itu terdapat 3 ranah yang sangat penting dalam proses
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada setiap ranah dalam Taksonomi
Bloom ini terdapat beberapa tingkatan dan tahap yang harus di lakukan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian Taksonomi Bloom sangat
penting dengan pembelajaran IPA karena Pembelajaran yang terencana, terarah dan
berkesinambungan dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara
optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. dapat dijadikan pedoman
dan penilaian dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar tidak hanya penguasaan kumpulan berbagai
pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan metode penemuan.
Oleh karena itu, pendidikan IPA tidak terlepas dari pengembangan sikap-sikap yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu pengetahuan.
Pengetahuan yang hendak diukur dapat dilakukan dengan berpedoman pada
taksonomi Bloom, (dalam Malawi & Endang Sri Maruti, 2016: 11-12) 8 yang menggolongkan
tiga jenis ilmu pengetahuan yakni, 1. Daerah kognitif yang meliputi aspek-aspek
pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, sintensis dan evaluasi. 2. Daerah afektif yang
meliputi aspek-aspek penerimaan, respon, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. 3. Daerah
pisikomotor yang meliputi aspek-aspek peniruan, penggunaan, ketelitian, penyambungan, dan
naturalisasi (Wayan Nurkancana: 1986:21). Jadi dari ketiga ranah penilaian ini sangat penting
digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik pada proses
pembelajaran yang dilakukan.9

7
(BNSP, 2006: 5)
8
Malawi & Endang Sri Maruti, 2016: 11-12
9
(Wayan Nurkancana: 1986:21)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Taksonomi Bloom ialah suatu pengklsifikasian tujuan dari pembelajaran yang
mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada ranah kognitif itu sendiri
terdapat 6 tingkatan proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling
tinggi, yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian/ evaluasi.
Pada ranah afektif ada beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu Penerimaan (Receiving),
Tanggapan (Responding), Penilaian (Valuing), Pengelolaan (Organization), Penghayatan
(Characterization). Pada ranah psikomotorik terdapat beberapa tahapan yaitu : Meniru,
Memanipulasi, Pengalamiahan, Artikulasi.
Sedangkan untuk hubungan antara Taksonomi Bloom dengan pembelajaran ipa itu
adalah sebagai pedoman atau landasan bagi seorang guru dalam menentukan penilaian yang
akan dilakukan kepada siswa agar dapat terarah dengan tepat.

B. Saran
Sebagai seorang guru kita harus bisa lebih memahami mengenai apa itu Taksonomi
Bloom dalam pembelajaran serta hubungan antara kedua nya. Sehingga dalam proses
evaluasi/ penilaian nanti guru bisa mempunyai pedoman atau landasan dalam melakukan
penilaian dan proses pembelajaran bisa lebih terarah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA

SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

https://repo.undiksha.ac.id/8688/3/1711031248-BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf

Ihwan Mahmudi, Muh. Zidni Athoillah, Eko Bowo Wicaksono, & Amir Reza

Kusuma. (2022). Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom. Jurnal Multidisiplin

Madani , 2 (9), 3507–3514.

KNPK, 1–13.

Utari R. 2012. Taksonomi Bloom: Apa dan bagaimana menggunakannya? Pusdiklat

13

Anda mungkin juga menyukai