Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Evaluasi Pembelajaran Matematika


“Taksonomi Bloom dan Revisinya”

Kelompok 1
INTAN RIZKIAH 20205015
SRI WAHYUNI 20205030
WINDA SAFITRI 20205038
FAUZIAH PUTRI 20205041

Dosen Pengampu
Dr. Ali Asmar, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu Ya Allah. Berkat Rahmat,


Hidayah-Mu serta bimbingan-Nya, akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan untuk baginda Rasulullah
SAW.
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika dan dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari
bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah
yang berjudul “Taksonomi Bloom dan Revisinya” ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ali Asmar, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Matematika.
2. Rekan-Rekan Mahasiswa yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis berharap atas makalah yang disusun ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Demikianlah makalah ini
penulis susun, kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
melengkapi makalah ini.

Padang, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Taksonomi Bloom ..............................................................3
B. Taksonomi Bloom Sebelum di Revisi .............................................4
C. Taksonomi Bloom Setelah di Revisi ...............................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................31
B. Saran...................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki (bertingkat) yang
mengidentifikasikan keterampilan berpikir mulai dari jenjang yang rendah
hingga yang tinggi. Berawal dari pemikiran dan penelitian seorang psikolog
pendidikan dari Amerika Serikat Benjamin S. Bloom pada tahun 1950, bahwa
evaluasi hasil belajar disekolah sebagian besar butir soal yang diajukan hanya
berupa soal tentang hapalan, sedangkan menurutnya hapalan merupakan
tingkat terendah dalam kemampuan berfikir. Agar proses pembelajaran
menghasilkan siswa berkompeten, maka disusunlah suatu Taksonomi Bloom
yang dipublikasikannya pada tahun 1956 dengan judul “Taxonomy Of
Educational Objectives: The Classification of Educational Goals”.
Benjamin. S. Bloom membuat suatu klasifikasi berdasarkan urutan
keterampilan berpikir dalam suatu proses yang semakin lama semakin tinggi
tingkatannya. Mula-mula taksonomi bloom terdiri atas dua bagian yaitu ranah
kognitif dan ranah afektif (cognitive domain and affective domain). Pada
tahun 1966 Simpson menambahkan ranah psikomotor melengkapi apa yang
tekah dibuat oleh bloom. Dengan demikian menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Selanjutnya dalam Taksonomi
Bloom (Arikunto, 2009), tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain,
yaitu:
1. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
2. Ranah Afektif (Affective Domain)
3. Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain)
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang digunakan
adalah :
1. Bagaimana sejarah taksonomi Bloom?
2. Bagaimana taksonomi Bloom sebelum revisi ?
3. Bagaimana taksonomi Bloom setelah revisi ?
C. Tujuan Penulisan

iii
Tujuan dari makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui sejarah taksonomi Bloom.
2. Untuk mengetahui taksonomi Bloom sebelum revisi.
3. Untuk mengetahui taksonomi Bloom setelah revisi.

BAB II
PEMBAHASAN

iv
A. Sejarah Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian
digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang
pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika. Bloom dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir.
Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan
Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. Taksonomi Bloom Sebelum Revisi


Taksonomi merupakan cara pengkategorian. Guru mengharapkan
anak didiknya berhasil mempelajari sesuatu. Keberhasilan itu tentu harus

v
dapat diukur. Taksonomi Bloom bermaksud mempermudah guru membuat
klasifikasi apa saja yang harus dipelajari anak didiknya dalam waktu tertentu.
Sejauh apa guru menginginkan siswanya mempelajari hal-hal tersebut
merupakan tujuan pembelajaran. Taksonomi Bloom mempermudah guru
mendefinisikan learning objectives. Tujuan belajar dilengkapi dengan kata
kerja dan kata benda. Kata kerja mendefinisikan kedalaman penguasaan
kognisi yang diinginkan sedangkan kata benda menunjukkan pengetahuan
apa yang diharapkan (Anderson et al., 2001; Sausa, 2006). Jadi Taksonomi
Bloom adalah pengkatagorian konitif.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif.  Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
a. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan (Knowledge) disebut C1
Pengetahuan terkait dengan perilaku yang dapat digambarkan
pada situasi ujian, yang menekankan pada ingatan atau daya ingat
dari ide-ide, materi, atau fakta dan telah dikenali. Perilaku yang
diharapkan dari seorang siswa pada situasi tertentu dapat mengingat,
mirip dengan apa yang diharapkan selama mengikuti pembelajaran.
Selama situasi belajar siswa diharapkan dapat menyimpan informasi
tertentu dan perilaku yang diharapkan nantinya adalah mengingat
informasi tersebut. Menekankan kembali pada kemampuan
mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Seperti pengetahuan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dsb. Tingkatan pada jenjang ini
merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi
tingkatan lainnya. Ciri-ciri pengetahuan:
1) Jenjang belajar terendah
2) Kemampuan mengingat fakta
3) Kemampuan menghafal rumus, definisi, prinsip, prosedur.

vi
4) Dapat mendeskripsi
Kemampuan internal dan kata kerja yang dipakai pada tingkatan ini
adalah:
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)
Mengetahui……… Mengutip
Misalnya : Menyebutkan
 Istilah Menjelaskan
 Fakta Menggambar
 Aturan Membilang
 Urutan Mengidentifikasi
 Metode Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis

b. Pemahaman (Comprehension) disebut C2


Pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami
materi tertentu yang dipelajari. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan
mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu
menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya

vii
Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan
mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan,
menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan
gagasan utama: terjemahan, pemaknaan dan ekstrapolasi. Ciri-ciri
pemahaman:
1) Mampu menerjemahkan
2) Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal
3) Pemahaman ekstrapolasi
4) Mampu membuat ekstimasi
Kemampuan internal dan kata kerja yang dipakai pada tingkatan
ini adalah:
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)
Menterjemahkan Memperkirakan
Menafsirkan Menjelaskan
Memperkirakan Mengkategorikan
Menentukan…….. Mencirikan
Misalnya : Merinci
 Metode Mengasosiasikan
 Prosedur Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Memahami…….. Mengubah
Misalnya : Mempertahankan
 Konsep Menguraikan
 Kaidah Menjalin
 Prinsip Membedakan
Mendiskusikan
 Kaitan antara
Menggali
 Fakta
Mencontohkan
 Isi pokok
Menerangkan
Mengemukakan
Mengartikan
Mempolakan
/Menginteprestasikan
Memperluas
Misalnya :
Menyimpulkan
 Tabel
Meramalkan
 Grafik Merangkum
 Bagan Menjabarkan

c. Penerapan (Application) disebut C3

viii
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi
pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan
pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata. Peserta
didik mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka sesuai dengan
abstrak matematika yang digunakan secara tepat. Ciri-ciri aplikasi:
1) Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru.
2) Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi
baru.
3) Dapat menyusun problema-problema sehingga dapat
menetapkan generalisasi.
4) Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari prinsip dan
generalisasi.
5) Dapat mengenali fenomena baru prinsip dan generalisasi.
6) Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan
prinsip dan generalisasi
7) Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan prinsip dan
generalisasi
8) Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan generalisasi
Kemampuan internal dan kata kerja yang dipakai pada tingkatan
ini adalah:
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)
Memecahkan masalah Menugaskan
Membuat bagan & grafik Mengurutkan
Menggunakan…………. Menentukan
Misalnya : Menerapkan
 Metode/prosedur Menyesuaikan
 Konsep Mengkalkulasi
 Kaidah Memodifikasi
 Prinsip Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan

ix
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan
d. Analisis (Analysis) disebut C4
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya menjadi lebih jelas. Ciri-ciri analisis:
1) Dapat memisahkan-misahkan suatu integritas menjadi unsur-
unsur, menghubungkan antar unsur dan mengorganisasikan
prinsip-prinsip.
2) Dapat mengklasifikasikan prinsip
3) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu
4) Meramalkan kualitas atau kondisi
5) Mengetengahkan pola tata hubungan atau sebab akibat
6) Mengenal pola dan prinsip organisasi materi yang dihadapi
7) Mermalkan dasar sudut pandangan atau kernahgka acuan dari
materi

x
Kemampuan internal dan kata kerja yang dipakai pada tingkatan
ini adalah:
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)
Mengenali kesalahan Menganalisis
Membedakan……….. Mengaudit
Misalnya: Memecahkan
 Fakta dari interprestasi Menegaskan
 Data dari kesimpulan Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
e. Sintesis (Syntesis) disebut C5
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan
mampu menjelaskan dan mampu mengenali data atau informasi yang
harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Dalam
matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan
pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika
untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain
dan berbeda dari yang sebelumnya.Ciri-ciri sintesis antara lain:

xi
1) Menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi
keseluruhan
2) Dapat menemukan hubungan yang unik
3) Dapat merencanakan langkah yang konkret
4) Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesa, hasil penelitian
Kemampuan internal dan kata kerja yang dipakai pada tingkatan
ini adalah:
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)
Menghasilkan…………… Mengabstraksi
Misalnya : Mengatur
 Klasifikasi Menganimasi
 Karangan Mengumpulkan
 Kerangka teoritis Mengkategorikan
Mengkode
Menyusun………….. Mengombinasikan
Misalnya : Menyusun
 Rencana Mengarang
 Skema Membangun
Menanggulangi
 Program kerja
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi

xii
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)

f. Penilaian/Penghargaan/Evaluasi (Evaluation) disebut C6


Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang
cocok atau standar yangg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya. Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat
suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.
Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan
baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru
yang unik dalam analisis atau sisntesis. Ciri-ciri tingkatan evaluasi,
antara lain:
1) Dapat menggunakan kriteria internal dan eksternal
2) Evaluasi tentang ketetapan suatu karya atau dokumen
3) Evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi
4) Menentukan nilai/ sudut pandang yang dipakai dalam
mengambil keputusan
5) Membandingkan karya yang relevan
6) Mengevaluasi suatu karya dengan kriteria eksternal
7) Membandingkan sejumlah karya dengan sejumlah kriteria
eksternal
Kemampuan internal dan kata kerja yang dipakai pada tingkatan
ini adalah:
Kemampuan Internal Kata Kerja Operasional (KKO)
Menilai berdasarkan norma Membandingkan
internal…. Menyimpulkan
Misalnya : Menilai
 Hasil karya seni Mengarahkan
 Mutu karangan Mengkritik
 Mutu ceramah Menimbang
 Program Memutuskan
Memisahkan
Menilai berdasarkan norma Memprediksi
eksternal.. Memperjelas
Misalnya : Menugaskan
Menafsirkan

xiii
 Hasil karya seni Mempertahankan
 Mutu karangan Memerinci
 Mutu pekerjaan Mengukur
 Mutu ceramah Merangkum
Membuktikan
Mempertimbangkan……… Memvalidasi
Misalnya : Mengetes
 Baik-buruknya Mendukung
 Pro-kontanya Memilih
Memproyeksikan
 Untung ruginya
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Krathwohl dkk. (Kemp, 1985) menyusun ranah afektif dalam 5
jenjang, yaitu:
a. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Kemauan untuk memperhatikan suatu kejadian atau kegiatan.
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Ciri-ciri
tingkatan ini antara lain :
1) Aktif menerima dan sensitif dalam menghadapi gejala-gejala

xiv
2) Siswa sadar tetapi sikapnya pasif terhadap stimulus
3) Siswa bersedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi
sikapnya mulai aktif
4) Siswa mulai selektif artinya sudah aktif melihat dan memilih.
Contoh kata kerja
Receiving atau
attending
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati

b. Responding (Menanggapi)
Mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. mau bereaksi
terhadap suatu kejadian dengan berperan serta. Memberikan reaksi
terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Ciri-ciri
tingkatan ini antara lain:
1) Bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi reaksi
2) Compliance (manut) mengikuti sugesti dan patuh
3) Bersedia menanggapi dan merespon
4) Puas dalam menanggapi.
Contoh kata kerja
Responding (Menanggapi)
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan

xv
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak

c. Valuing (Menilai atau Menghargai)


Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada
internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke
dalam tingkah laku. Mau menerima atau menolak suatu kejadian
melalui pengungkapan sikap positif atau negatif.

Ciri-ciri tingkatan ini antara lain :


1) Sudah mulai menyusun/memberikan persepsi tentang objek/
femnomena
2) Menerima nilai/percaya
3) Memilih nilai/ seleksi nilai
4) Memilih ikatan batin (memiliki keyakinan terhadap nilai)
Contoh kata kerja
Valuing (Menilai)
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang

d. Organization (Mengatur atau Mengorganisasikan)


Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. bila

xvi
siswa berhadapan dengan situasi yang menyangkut lebih dari satu
nilai, dengan senang hati mengatur nilai-nilai tersebut,
menentukan hubungan antara berbagai nilai tersebut, dan
menerima bahwa ada nilai yang lebih tinggi daripada yang lain
dari segi pentingnya bagi siswa perseorangan. Ciri-ciri tingkatan ini
antara lain :
1) Pemilikan sistem nilai
2) Aktif mengkonsepsi nilai dalam dirinya
3) Mengorganisasikan sistem nilai (menjaga agar nilai menjadi
aktif dan labil.
Contoh kata kerja
Organization (Mengatur)
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
e. Characterization by Evalue or Calue Complex
(Karakterisasi dengan Suatu Nilai atau Komplek Nilai)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. siswa secara
konsisten mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah
laku ini sebagai bagian dari sifatnya. Ciri-ciri tingkatan ini antara
lain :
1) Menyusun berbagai macam sistem nilai menjadi nilai yang
mapan di dalam dirinya
2) Predisposisi nilai ( terapan dan pemilikan sistem nilai)
3) Karakteristik pribadi, atau internalisasi nilai- nilai sudah
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya).
Contoh kata kerja

xvii
Characterization (karakterisasi)
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan

3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini membahas
keterampilan yang membutuhkan penggunaan dan koordinasi otot
tubuh, seperti dalam kegiatan jasmani dalam melaksanakan,
mengolah, dan membangun.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur
melalui:
a. pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik
selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
b. sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
c. beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya.
Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat
yang sederhana hingga tingkat yang rumit. Untuk menilai penguasaan

xviii
pembelajaran pada ranah psikomotor dapat dilakukan dengan tes
perbuatan, tes keterampilan, portofolio, dan praktek.
a. Persepsi : Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
membantu gerakan.
b. Kesiapan : Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan.
c. Respon Terpimpin : Tahap awal dalam mempelajari keterampilan
yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-
coba.
d. Mekanisme : Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e. Respon tampak yang kompleks : Gerakan motoris yang terampil
yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f. Penyesuaian : Keterampilan yang sudah berkembang sehingga
dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan : Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan
situasi, kondisi atau permasalahan tertentu.
C. Taksonomi Bloom Setelah Revisi
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson
Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi
Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Tingkatan-tingkatan dalam
Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir setengah abad sebagai
dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan
kurikulum di seluruh dunia. Kerangka pikir ini memudahkan guru memahami,
menata, dan mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan. Berdasarkan hal
tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan mempunyai
pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Namun pada tahun 2001 terbit
sebuah buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W.
Anderson dan David R. Krathwohl.
1. Alasan Revisi Taksonomi Bloom

xix
Revisi taksonomi bloom diajukan secara umum untuk lebih melihat ke
depan (ahead of time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas
pendidikan, termasuk pada bagaimana anak-anak berkembang dan belajar
serta bagaimana guru menyiapkan bahan ajar, seluruhnya mengalami
perkembangan yang signifikan bila dibandingkan dengan empat puluh tahun
yang lalu. (Anderson et al., 2001). Fokus utama Revisi dimaksudkan pada
daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum, desain instruksional,
penilaian dan gabungan ketiganya.
2. Dua buah perubahan mendasar dalam revisi taksonomi Bloom
(Anderson, 2001)
1) Revisi taksonomi Bloom memfokuskan pada aplikasi. RTB ditujukan
bagi khalayak yang lebih luas terutama untuk membantu guru pada
tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda dengan ide
dasar penyusunan Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan
timnya menujukan penyusunan Taksonomi itu dalam rangka
mempermudah penyusunan assessment bagi tingkat perguruan tinggi
secara nasional.
2) Perubahan terminologi. Dalam Taksonomi Bloom yang lama,
penekanan lebih diberikan pada keenam kategori kognisi. Revisi
Taksonomi Bloom lebih menekankan sub-kategori sehingga lebih
spesifik dan mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan
instruksi pengajaran. Dalam Taksonomi Bloom yang lama, kategori
‘knowledge’ menjadi kategori utama tingkat pertama. Revisi
Taksonomi Bloom “mengeluarkan” kategori ‘knowledge’ ini dari
Taksonomi dan menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya,
‘knowledge’ adalah pencapaian kognisi itu sendiri. Terminologi
‘knowledge’ dibagi lagi menjadi sub-kategori yang disesuaikan dengan
perkembangan di bidang neuroscience dan penelitian bidang
psikoedukasi sebagai berikut:
1. Factual Knowledge
2. Conceptual Knowledge
3. Procedural Knowledge

xx
4. Metacognitive Knowledge
sub-sub kategori ini membantu pengguna untuk mengklasifikasikan
learning objectives atau menyusun assessment dengan lebih sederhana

Beberapa perubahan taksonomi dari kata benda (dalam taksonomi Bloom)


menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi) antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Kategori pengetahuan dalam taksonomi Bloom berubah menjadi
mengingat. Bentuk kata kerja mengingat mendeskripsikan tindakan yang
tersirat dalam kategori pengetahuan aslinya; tindakan pertama yang
dilakukan oleh siswa dalam belajar pengetahuan adalah mengingatnya.
2. Kategori pemahaman menjadi memahami. Pemahaman terbatas pada
hanya memahami tentang apa yang sedang dikomunikasikan tanpa
menghubungkannya dengan materi lain. Perubahan dari pemahaman
menjadi memahami karena dalam pemilihan nama-nama kategori,
mempertimbangkan keluasan pemakaian istilah tersebut oleh banyak guru.
3. Kategori aplikasi menjadi mengaplikasikan. Dalam kategori ini hanya
terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja.
4. Kategori analisis menjadi menganalisis. Dalam kategori ini hanya terjadi
perubahan dari kata benda menjadi kata kerja.
5. Kategori sintesis menjadi mencipta. Mencipta melibatkan proses menyusun
elemen-elemen menjadi sebuah kesatuan yang koheren dan fungsional yang
akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Sintesis hanya terbatas pada memadukan elemen-elemen dan
bagian-bagian untuk membentuk satu kesatuan dengan melibatkan proses
mengolah potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-elemen dan mengatur
serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah pola atau
struktur yang sebelumnya tidak jelas.
6. Kategori evaluasi menjadi mengevaluasi. Dalam kategori ini hanya terjadi
perubahan dari kata benda menjadi kata kerja.

xxi
7. Perubahan pengetahuan dalam taksonomi Bloom menjadi dimensi
tersendiri yaitu dimensi pengetahuan dalam taksonomi revisi. Pengetahuan
tetap dipertahankan dalam taksonomi revisi namun berubah menjadi
dimensi tersendiri karena diasumsikan bahwa setiap kategori-kategori dalam
taksonomi membutuhkan pengetahuan sebagai apa yang harus dipelajari
oleh siswa.
8. Taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan
dimensi kognitif proses. Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori
yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Dimensi pengetahuan berisikan empat kategori
yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

9. Urutan sintesis dan evaluasi ditukar. Taksonomi revisi mengubah urutan


dua kategori proses kognitif dengan menempatkan mencipta sebagai
kategori yang paling kompleks. Kategori-kategori pada taksonomi Bloom
disusun menjadi sebuah hierarki kumulatif yang berarti penguasaan kategori

xxii
yang lebih kompleks mensyaratkan penguasaan semua kategori di
bawahnya yang kurang kompleks.

Taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif


dan dimensi pengetahuan.
1. Dimensi Proses Kognitif
Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson
dan Krathwohl (2001:66-88) menjadi: mengingat (remember),
memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).
a. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang
baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan
memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan
mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal
yang konkret, misalnya tentang fakta dan simbol sedangkan
memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti kegiatan pembelajaran dan
membaca buku. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).
Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha
mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori
pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh

xxiii
yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu
persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.
c. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan
atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan
atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan
menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif
siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di
mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu
menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika
siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam
menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan
modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau
masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka
siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu
kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
masalah.
Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari
siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur
baku/standar yang sudah diketahui, siswa mampu melaksanakan
prosedur ini dengan mudah, hingga siswa dituntut untuk mengenal
dengan baik permasalahan baru yang asing bagi siswa dan memilih
prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
d. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari

xxiv
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis
berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul
apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan
kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur
permasalahan atau konsep dan mencoba mengenali bagaimana unsur-
unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Hal pertama yang
harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling
penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan
dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah
diberikan.
e. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria
yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh
siswa. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal
yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau hasil.
Mengecek mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana
berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu
produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal.
Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan
penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu
hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
f. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang
koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk
baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau

xxv
pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan
erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya.
Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya
adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan
menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal
sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif pemecahan
masalah yang diperlukan. Memproduksi mengarah pada perencanaan
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi
berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognitif.
Berikut ini adalah penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah kognitif
yang telah direvisi.
REVISI RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
No Katego Penjelasan Kata kerja kunci
ri
1. Mengi Kemampuan Mendefinisikan, menyusun
ngat menyebutka daftar,
n menjelaskan, mengingat,
kembali mengenali,
informasi/ menemukan kembali,
pengetahuan menyatakan,
yang mengulang, mengurutkan,
tersimpan menamai,
dalam menempatkan,
ingatan. menyebutkan

2. Memah Kemampuan Menerangkan, menjelaskan,


ami memahami menterjemahkan,

xxvi
REVISI RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
No Katego Penjelasan Kata kerja kunci
ri
instruksi dan menguraikan, mengartikan,
menegaskan menyatakan kembali,
pengertian/ menafsirkan,
makna ide menginterpretasikan,
atau mendiskusikan, menyeleksi,
konsep yang mendeteksi, melaporkan,
telah menduga,
diajarkan mengelompokkan, memberi
baik dalam contoh, merangkum
bentuk lisan, menganalogikan,
tertulis, mengubah, memperkirakan.
maupun
grafik/diagra
m
3. Menera Kemampuan Memilih, menerapkan,
pkan melakukan melaksanakan, mengubah,
sesuatu dan menggunakan,
mengaplikas mendemonstrasikan,
ikan konsep memodifikasi,
dalam situasi menginterpretasikan,
tetentu. menunjukkan,
membuktikan,
menggambarkan,
mengoperasikan,
menjalankan,
memprogramkan,
mempraktekkan, memulai.
4. Menga Kemampuan Mengkaji ulang,
nalisis memisahkan membedakan,
konsep membandingkan,

xxvii
REVISI RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
No Katego Penjelasan Kata kerja kunci
ri
kedalam mengkontraskan,
beberapa memisahkan,
komponen menghubungkan,
dan menunjukan hubungan
menghubung antara variabel, memecah
kan satu menjadi
sama lain beberapa bagian,
untuk menyisihkan, menduga,
memperoleh mempertimbangkan
pemahaman mempertentangkan, menata
atas konsep ulang, mencirikan,
tersebut mengubah struktur,
secara utuh. melakukan pengetesan,
mengintegrasikan,
mengorganisir,
mengkerangkakan.
5. Menge Kemampuan Mengkaji ulang,
valuasi menetapkan mempertahankan,
/ derajat menyeleksi,
menilai sesuatu mempertahankan,
berdasarkan mengevaluasi, mendukung,
norma, menilai, menjustifikasi,
kriteria atau mengecek, mengkritik,
patokan memprediksi,
tertentu membenarkan,
menyalahkan.
6. Mencip Kemampuan Merakit, merancang,
ta memadukan menemukan,
unsurunsur menciptakan, memperoleh,
menjadi mengembangkan,

xxviii
REVISI RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
No Katego Penjelasan Kata kerja kunci
ri
sesuatu memformulasikan,
bentuk baru membangun, membentuk,
yang utuh melengkapi, membuat,
dan koheren, menyempurnakan,
atau melakukan inovasi,
membuat mendisain, menghasilkan
sesuatu yang karya.
orisinil.
2. Dimensi Proses
Dimensi Proses meliputi :
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang
digunakan oleh para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara
sistematis menata disiplin ilmu mereka. Pengetahuan faktual berisikan
elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan
mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam
disiplin ilmu tersebut.
Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu:
1) Pengetahuan tentang terminologi
Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang
label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda,
gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan
simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada makna-
makna tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar
dalam suatu disiplin ilmu. Contoh-contoh penggunaan
pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan tentang alfabet,
pengetahuan tentang angka-angka Romawi, pengetahuan tentang
kosakata dan pengetahuan tentang simbol-simbol.
2) Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang
spesifik.

xxix
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang
spesifik merupakan pengetahuan tentang fakta, prinsip, rumus, dan
semacamnya. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta yang
dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan
berdiri sendiri.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang
kategori, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori
pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan
konseptual meliputi skema, model, dan teori yang mempresentasikan
pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu kajian ditata dan
distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan
secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi
bersama. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu:
1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas,
kategori, divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin
ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki serangkaian kategori yang
digunakan untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen baru.
Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan antara
elemen-elemen.
2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori.
Prinsip dan generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam
sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji masalah-
masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi
merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik,
mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail fakta
dan peristiwa, dan menggambarkan proses dan interelasi di antara
klasifikasi dan kategori.
3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur

xxx
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori,
model yang digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu untuk
mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena.
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara”
melakukan sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang
keterampilan, algoritma, teknik, dan metode, yang semuanya disebut
dengan prosedur. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga
subjenis yaitu:
1) Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma, pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2
(algoritma) adalah pengetahuan prosedural; jawabannya 4
merupakan pengetahuan faktual.
2) Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu
Pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan
masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau hasil
pemikirannya.
3) Pengetahuan tentang kriteria prosedur yang tepat.
Pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain pengetahuan
tentang kriteria untuk menentukan metode apa dalam
menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar.
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam
taksonomi revisi. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga
subjenis yaitu:
1) Pengetahuan strategis
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi
belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis

xxxi
pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang berbagai strategi
yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran
atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas
atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi
belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pengulangan, elaborasi, dan organisasi. Strategi pengulangan
berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi
menggunakan berbagai teknik, yakni: merangkum, memparafrase,
dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran,
membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan.
2) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional. Selain mengetahui
strategi belajar dan berpikir, juga memerlukan pengetahuan
kontekstual dan kondisional yaitu siswa harus tahu kapan dan
mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat.
3) Pengetahuan diri
Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan,
kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan
kegiatan belajar.

xxxii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Urgensi perlu tidaknya kita mengikuti revisi taksonomi Bloom saat ini,
lebih terletak pada nyaman atau tidaknya penggunaan revisi taksonomi
Bloom ini dibandingkan dengan Taksonomi Bloom yang lama. Pada
prinsipnya, revisi taksonomi Bloom dan Taksonomi Bloom yang lama
membantu pembagian kognisi, dan diharapkan mempermudah pengguna
dalam penyusunan atribut pendidikan. Meskipun demikian, pembagian sub-
sub kategori pada dimensi proses kognitif dan dimensi knowledge tidak dapat
dipungkiri sebagai ide yang sangat kreatif dan memperjelas proses desain
atribut pendidikan. Jika pun revisi taksonomi Bloom ini diterima secara luas
oleh dunia pendidikan, jiwa Taksonomi Bloom tidak berubah. Jadi,
persoalannya bukan pada perlu tidaknya revisi taksonomi Bloom diikuti,

xxxiii
tetapi lebih pada pemilihan pengguna berdasarkan kenyamanan dan
kemudahan.
B. Saran
“Tak ada manusia yang sempurna” begitu juga dengan pemakalah,
kerena itu penulis sangat menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga makalah yang penulis sajikan ini dapat menambah ilmu dan
wawasan kita tentang “taksonomi Bloom dan revisinya”.
Atas partisipasi dosen pembimbing dan teman – teman semua, penulis
mengharapkan kritikan, dorongan, masukan, dan saran dari pembaca atau
peserta diskusi, dan penulis ucapkan Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. 2, Cet. 2.
Jakarta: Bumi Aksara
Orin W. Anderson and David R. Krathwohl.2001. A Taxonomy for Learning
Teaching and Assessing.
Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Ed. 1, Cet. 2.
Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, A. Muri. 2005. Dasar-dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang:
Universitas Negeri Padang

xxxiv

Anda mungkin juga menyukai