Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“TAKSONOMI BLOOM LAMA DAN REVISI”

Oleh:
Kelompok 5

1. Mila Astari (17029065)


2. Resa Sirait (17029041)
3. Yuli Anggraini (17029053)

Dosen Pembimbing:
Dra. Armiati, M.Pd.

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syuku Penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika.

Dengan membuat tugas ini diharapkan kami mampu untuk lebih mengenal
tentang Taksonomi Bloom dan Revisi. Penulismenyampaikan rasa terima kasih
kepada Ibu Dra. Armiati, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika yang telah memperkenankan kami menyelesaikan tugas
ini.

Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,


dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa
yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama
sekali bagi penulis sendiri.

Padang, 3 September 2019

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Sejarah Singkat Taksonomi Bloom .............................................................. 3

B. Taksonomi Bloom Lama .............................................................................. 4

C. Taksonomi Bloom Setelah Revisi ................................................................ 7

1. Dimensi Proses ............................................................................................. 8

2. Dimensi Isi ................................................................................................. 14

D. Contoh Soal Taksonomi Bloom Lama (Kognitif, Afektif, Psikomotor) .. 18

E. Contoh Soal Taksonomi Bloom Setelah Revisi ............................................. 26

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 29

A. Kesimpulan ................................................................................................ 29

B. Saran ........................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ vi

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan belajar merupakan proses pendidikan di sekolah. Ini berarti


bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana pencapaian taksonomi pendidikan yang dialami siswa yang mencakup
aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik. Dalam suatu lembaga pendidikan
keberhasilan proses belajar mengajar dapat di lihat juga dari prestasi belajar yang
dicapai oleh peserta didik. Salah satu tolak ukur yang digunakan adalah prestasi
belajar yang mengacu pada pencapaian taksonomi pendidikan yang mencangkup
aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik. Salah satu upaya yang menjadikan
seseorang berprestasi adalah melakukan kegiatan yang berkelanjutan. Artinya,
setelah seseorang menyadari potensi dirinya disuatu bidang maka ia akan terus
menerus berusaha untuk mengembangkannya menjadi kemampuan utama.

Keberhasilan pembelajaran disekolah akan terwujud dari keberhasilan


belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari
dalam individu maupun dari luar individu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Faktor dari
dalam individu, meliputi faktor fisik dan psikis, diantaranya adalah minat siswa.

Minat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara tetap
dalam melakukan proses belajar. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan
terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut
dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang memiliki minat terhadap

iv
kegiatan tertentu cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan
tersebut. Tentunya dalam melaksanakan kegiatan dan usaha pencapaian tujuan
perlu adanya pendorong untuk menumbuhkan minat yang dilakukan oleh guru,
semangat pendidik dalam mengajar siswa berhubungan erat dengan minat siswa
yang belajar. Apabila guru mempunyai semangat untuk memperhatikan dan
memengenang kegiatan mengajar akan sangat mempengaruhi minat siswa
terhadap materi yang diajarkan. Seorang guru tidak dapat membangkitkan minat
siswa, jika guru tersebut tidak memiliki minat dalam memberikan materi
pelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah Taksonomi Bloom?
2. Bagaimanakah Taksonomi bloom lama?
3. Bagaimanakah taksonomi Bloom setelah revisi?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah singkat Taksonomi Bloom
2. Mengetahui bagaimana Taksonomi Bloom lama
3. Mengetahui Taksonomi Bloom setelah revisi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Taksonomi Bloom

Kata “taksonomi” diambil dari bahasa yunani “tassein” yang berarti untuk
mengelompokan dan “nomos” yang berati aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasrkan hieraki (tingkatan) tertentu. Dimana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah
besifat lebih spesifik.

Taksonomi pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-


kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
Bloom". Jadi taksonomi (bloom) adalah pengklasifikasian tujuan pendidikan
dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk
system klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil
perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran.

Sejarah Taksonomi Bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam


Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.

3
B. Taksonomi Bloom Lama

Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)


ranah, yaitu:

1. Ranah Kognitif
Ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di
dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis),
memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation)
Aspek-aspek ranah kognitif :
a. Pengetahuan: mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah,
dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk
ingatan yang mengingat (recall) atau mengenal kembali
(recognition).
b. Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data
yang disajikan dlam bentuk tertentu kedalam bentuk lain, seperti
rumus matematika kedalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan
tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu seperti
dalam grafik.
c. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah
atau metode bekerja pada suatu khasus atau problem yang kongkrit
dan baru. Adanya kemampuan dinyataka dalam aplikasi suatu
metode kerja pada pemecahan problem baru.
d. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau

4
komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan atau relasi
antara semua bagian itu.
e. Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan
atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga
terciptakan suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam membuat suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran
atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema
dasarsebagai pedoman dalam memberikan ceramah dan lain
sebagainya .
f. Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung
jawaban pendapat itu, berdasarkan criteria tertentu.

2. Ranah Afektif
Ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup:
penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi
(characterization)

Beberapa tingkatan dalam ranah afektif adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan


kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku
pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
b. Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai
dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau mengabaikan; sikap itu
dinyatakan dalam timgkah laku yang sesuai dan konsisten dengan
sikap batin.

5
d. Organisasi :mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system
nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai
yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai: mana
yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, yang mana tidak begitu
penting.
e. Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk mengahayati
nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupanya sendiri.

3. Ranah Psikomotor
Ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan
fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan
(habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination).
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.

Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh simpson yang terdiri dari


beberapa tingkatan antara lain:

a. Presepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi


yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan
antara cir-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
b. Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
d. Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih
secukupnya, tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.

6
e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, adanya kemampuan ini dinyatakan dinyatakan dalam
suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan mengabungkan
beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik
yang teratur.
f. Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola geraik-gerik dengan kondisi setempat
atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah
mencapai kemahiran
g. Kreatvitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola
gerak-gerik yang baru, seeluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif
sendiri. Hanya sosok orang yang berketrampilan tinggi dan berani
berpikir

C. Taksonomi Bloom Setelah Revisi

Pada 1990-an, Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom karena


mencerminkan berbagai bentuk pemikiran yang merupakan proses aktif yang
membutuhkan kata kerja yang lebih akurat. Pada awalnya Bloom mengklasifikan
tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan
evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi, maka Anderson dan Kratwohl
merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis.

Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami


(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan
berkreasi (create). Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual
(factual knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge),
pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi
(metacognitive knowledge).

7
1. Dimensi Proses

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan


Krathwohl (2001:66-88) yakni:

a. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan


dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan
dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang
bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem
solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling).

1) Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa


lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya
tanggal lahir, alamat rumah, dan usia.
2) Memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang
merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.
1) Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi
yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
2) Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan
perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan,
atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif

8
menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang
diperbandingkan.
c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau


mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).

1) Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam


menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana
siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu
menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan.
Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan
dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan
melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.
2) Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau
masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini
maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan
terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat
untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan
erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan
menciptakan.
3) Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur
baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur
sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini
dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya
permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga

9
siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut
dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan.
d. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan


memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap- tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa
memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa
untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih
penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi
dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan
siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan
kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

1) Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut


(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi
atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan
kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang
menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada
informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan
diciptakan.
2) Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana
unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.
Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan
yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi
yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa
adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan

10
dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan
membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah
diberikan.
e. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian


berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria
atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat
berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh
siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan
dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif
memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa
dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan
kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat
mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan
perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang
dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi


(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang
tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika
dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan
sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah
pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan
standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa
melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal,
kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (Create)

11
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-
unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara
total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Kategori Taksonomi Anderson dan Kratwohl

Kategori dan Nama-Nama Definisi dan Contoh


Proses Lain
Kognitif
1. Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan dalam
memori jangka panjang yang sesuai
dengan pengetahuan tersebut
(misalnya, mengenali tanggal
terjadinya peristiwa penting dalam
sejarah Indonesia)
1.2 Mengingat Mengambil Mengambil pengetahuan yang relevan
kembali dari memori
jangka panjang (misalnya mengingat
kembali tanggal peristiwa-peristiwa
penting dalam sejarah Indonesia)

12
2. Memahami – Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa
yang diucapkan, ditulis,
dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi Mengubah satu bentuk gambaran
kan (misalnya angka) jadi bentuk lain
Memparafrasek (misalnya kata-kata), (misalnya
an memparafrasekan puisi menjadi
Mempresentasi karangan bebas
Menerjemahkan
2.2 Mengilustra Menemukan contoh atau ilustrasi
Mencontohkan sikan tentang konsep atau prinsip (misalnya
Memberi memberi contoh tentang aliran-aliran
contoh seni lukis)
2.3 Mengategorikan Menentukan sesuatu dalam satu
Mengklasi , kategori (misalnya mengklasifikasikan
fika- sikan Mengelompokka hewan-hewan bertulang belakang)
n
2.4 Merangkum Mengabstraksi Mengabstraksikan tema umum atau
Menggeneralisas poin-poin pokok
i (misalnya menulis ringkasan pendek
tentang peristiwa- peristiwa yang
ditayangkan di televisi)
2.5 Menyarikan, Membuat kesimpulan yang logis dari
Menyimpulkan Mengesktrapola informasi yang diterima (misalnya
si, dalam belajar bahasa Inggris,
Menginterpolasi menyimpulkan tata bahasa berdasarkan
, contohnya
Memprediksi
2.6 Mengontraskan, Menentukan hubungan antara dua ide,
Membandingkan Memetakan, dua objek, dan semacamnya (misalnya,
Mencocokkan membandingkan peristiwa- peristiwa

13
sejarah dengan keadaan sekarang)

2.7 Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab – akibat dalam


sebuah sistem (misalnya, menjelaskan
sebab-sebab terjadinya peristiwa-
peristiwa penting pada abad ke 18 di
Indonesia
3. Mengaplikasikan – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan gaya gravitasi dalam
kehidupan sehari-hari
3.2 Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas
Mengimple yang tidak
men- familier (misalnya, menggunakan
tasikan Hukum Newton kedua pada konteks
yang tepat)
4. Menganalisis – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan-
hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut
dengan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membedakan Menyendirikan, Membedakan bagian materi pelajaran
Memilah, yang relevan dan
tidak relevan, (membedakan antara
bilangan prima dan

2. Dimensi Isi
a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan


oleh para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis
menata disiplin ilmu mereka. Pengetahuan faktual berisikan elemen-

14
elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan mempelajari
suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu
tersebut.

Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu: (1)


pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan tentang detail-detail
dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi
melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal
(kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak label
dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada makna-
makna tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu
disiplin ilmu. Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara
lain pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka
Romawi, pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan
pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta.

b. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara”


melakukan sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang
keterampilan, algoritma, teknik, dan metode, yang semuanya disebut
dengan prosedur (Alexander, dkk., 1991; Anderson, 1983; deJong dan
Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan
prosedural berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan
prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang
keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma; (2) pengetahuan tentang
teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3) pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma, pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma)
adalah pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan
faktual. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu,

15
pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan
masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau hasil
pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus
menggunakan prosedur yang tepat, pengetahuan ini dapat kita contohkan
antara lain pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan jenis esai apa
yang harus ditulis (misalnya: eksposisi, persuasi), pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan metode apa dalam menyelesaikan persamaan-
persamaan aljabar.

c. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam


taksonomi revisi. Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori
dimensi pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru
tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendiri
dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford,
dkk.,1999; Sternberg, 1985; Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri
belajar dan penelitian tentang pembelajaran yang berkembang adalah
menekankan pada metode untuk membuat siswa semakin menyadari dan
bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.
Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang
meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan
diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi
belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini
mencakup pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat digunakan
siswa untuk menghafal materi pelajaran, mencari makna teks, atau
memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca
dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-

16
istilah untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi
menggunakan berbagai teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan
memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi pengorganisasian adalah
membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan konsep, dan
membuat catatan. Pengetahuan tentang tugas- tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional. Menurut Flavell (1979)
pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan bahwa berbagai tugas
kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi
kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan berpikir, juga memerlukan
pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu kapan dan mengapa
menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk., 1983).
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang
beragam strategi dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan
komponen yang penting dalam metakognitif. Pengetahuan diri mencakup
pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam
kaitannya dengan kognisi dan belajar.

17
D. Contoh Soal Taksonomi Bloom Lama (Kognitif, Afektif, Psikomotor)

1. Pilihlah satu topik matematika di SD/SMP/SMA. Kemudian, untuk topik


tersebut rancanglah masing-masing satu soal berbentuk esai dengan level
C1 sampai C6 (menurut Bloom), dan satu soal untuk level C6 (menurut
Krathwol (revisi Bloom)). Untuk tiap soal yang dirancang, beri
penjelelasan mengapa soal tersebut tergolong pada level kognitif yang
ditetapkan.

Jawab :

Soal-soal matematika berdasarkan taksonomi Bloom dengan topik


“Trigonometri” pada kelas X SMA.

a. Pengetahuan (C1)
SOAL : Dari gambar berikut ini, tunjukkanlah perbandingan
trigonometri berdasarkan sudut 𝜃!

𝜃
B 𝜃 A

ALASAN : Soal tersebut merupakan jenis soal C1 karena pertanyaan yang


diajukan tidak menuntut siswa berpikir lama, siswa yang sudah belajar
mengenai trigonometri dapat dengan mudah menjawab soal ini.

Contoh jawaban yang diharapkan dari siswa:

𝐵𝐶
sin 𝜃 =
𝐴𝐶

18
b. Pemahaman (C2)
SOAL : Tentukanlah nilai sinus, cosinus, dan tangen pada sudut P dan
R pada segitiga siku-siku di bawah ini. Nyatakanlah jawaban anda
dalam bentuk paling sederhana.

Q 8 R

ALASAN mengapa soal ini merupakan jenis soal C2, sebab dalam soal
siswa dituntut untuk menemukan nilai dari sinus, cosines dan tangent
berupa angka yang sederhana. Soal ini sangat berkaitan dengan soal yang
pertama, jika pada soal 1 siswa dituntut untuk mengetahui apa itu
perbandingan trrigonometri, pada soal ini siswa dituntun untuk
menyatakan nilai dari perbandingan trigonometri tersebut, artinya soal ini
merupakan indikator apakah siswa paham betul dengan prinsip
perbandingan trigonometri yang telah ia tahu sebelumnya atau hanya
c. Aplikasi (C3)
berupa hafalan saja.
SOAL : Perhatikan gambar berikut ini! Tentukanlah nilai a!

15 cm
𝑎

30°

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C3 sebab untuk menyelesaikan


soal ini siswa tinggal menerapkan prinsip perbandingan sinus. Jadi,
permasalahan ini dapat mengindikasikan tingkat kognitif siswa pada
tahap aplikasi, dimana sebelumnya siswa telah mengetahui dan
memahami konsep trigonometri, kemudian siswa mampu
mengaplikasikannya pada saat memecahkan soal matematika seperti di
atas.

19
d. Analisis (C4)
SOAL : Pada gambar di bawah, TM ⊥ 𝐴𝐵, panjang MB = 5 cm,
AT=13 cm, dan besar ∠𝐶𝐵𝑇 = 135°. Hitunglah panjang AB!

13 cm

135°
A M 5 cm B C

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C4 sebab untuk menyelesaikan


soal ini siswa tidak dapat menerapkan prinsip perbandingan sinus secara
langsung, tetapi perlu menganalisis atau “menerjemahkan” soalnya
terlebih dahulu. Soal ini terlihat sederhana, namun siswa perlu
melakukan langkah yang sistematis, berkesinambungan, dan terintegrasi.
Untuk mencari AB pada soal ini, siswa harus tahu panjang AM, untuk
mencari AM siswa harus tahu besar sudut A atau T, dan begitu
seterusnya.
e. Sintesis (C5)

Soal : Berkas sinar yang berasal dari sebuah lensa berdiameter 10 cm


mengumpul ke arah fokus dengan jarak 12 cm dari lensa. Berapakah
sudut yang terbentuk oleh cahaya dari lensa dengan sumbu horizontal?

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C5 sebab untuk menyelesaikan


soal ini siswa perlu mengetahui berbagai konsep yang telah ia pelajari
seperti sifat optic (lensa) pada pelajaran fisika dan tentu saja pelajaran
trigonometri. Jadi kemampuan yang dituntut dari soal ini adalah me-
sintesis / meramu suatu konsep dengan konsep lain agar dapat
memecahkan masalah matematika.

20
f. Evaluasi (C6)
Soal : Periksalah kebenaran dari pernyataan berikut. Berikan alasanmu!.
(i) Sec x dan sin x selalu memiliki nilai tanda yang sama di keempat
kuadran.
(ii) Untuk 30° < 𝑥 < 90° , dan 120° < 𝑦 < 150° , maka nilai dari
2 sin 𝑥 < cos 2𝑦

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C6 (sebelum revisi) sebab


untuk menyelesaikan soal ini siswa harus benar-benar menguasai semua
tingkatan kognitif pada soal sebelumnya. Siswa harus mampu menilai
kebenaran dari pernyataan soal ini, dengan begitu memungkinkan bagi
siswa untuk melakukan kreasi teerhadap konsep ini dan menemukan
sebuah ide baru tentang karakteristik dari perbandingan trigonometri
yang
g. dimaksud soal.setelah revisi)
Creating (C6
Soal : Rancanglah sebuah bangun bertingkat sedemikian rupa sehingga
ketika seseorang yang tingginya 150 cm-180 cm berada di depan
gedung dapat melihat balon udara yang ditaruh 3m dari pinggir atap
gedung dengan sudut elevasi maksimal 65°.

ALASAN : Soal ini merupakan jenis soal C6 (setelah revisi) soal ini
menuntut agar siswa dapat berkreasi, mendesign, atau menciptakan suatu
hal dengan menerapkan prinsip trigonometri yang telah ia pelajari. Siswa
dapat berkreatifitas agar mudah merancang gedung tersebut, siswa dapat
menentukan berapa jarak orang tersebut dari gedung dan kemudian
tentukan tinggi gedung, begitupun sebaliknya.Jadi hasil dari pekerjaan
siswa adalah suatu produk berupa design gedung.

2. Jelaskan bagaimana cara mengukur tiap aspek ranah afektif dalam


pembelajaran matematika (sesuaikan dengan topik yang telah dipilih pada
Tugas nomor 1).
Jawab :

Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur ranah efektif dari
siswa adalah dengan melakukan observasi. Penggunaan metode observasi

21
berdasarkan asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau
perbuatan yang ditampilkan oleh siswa. Terdapat 5 tipe karakteristik afektif
yang penting yaitu :

1) Sikap
Indikator sikap dalam pembelajaran tentang trigonometri :
a. Siswa memiliki buku tentang trigonometri (matematika)
b. Siswa mengerjakan latihan/soal-soal tentang trigonometri
c. Siswa membaca materi tentang trigonometri sebelum pembelajaran
dimulai
2) Minat
Indikator minat dalam pembelajaran tentang trigonometri :
a. Siswa memiliki catatan tentang materi trigonometri
b. Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tentang trigonometri
dengan antusias
c. Siswa menyiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan dalam
pembelajaran tentang trigonometri
d. Siswa menandai/menggaris bawahi hal-hal penting terkait materi
trigonometri pada buku
3) Konsep Diri
Indikator konsep diri dalam pembelajaran tentang trigonometri :
a. Siswa berlaku jujur dalam mengikuti ulangan atau ujian tentang
trigonometri
b. Siswa mengajukan pertanyaan mengenai bagian yang kurang
dipahami pada materi trigonometri
4) Nilai
Indikator nilai dalam pembelajaran tentang trigonometri :
a. Siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha menguasai
materi trigonometri agar mendapat nilai yang memuaskan ketika
ulangan

22
b. Siswa membetulkan/melengkapi jawaban dari temannya yang
ditampilkan di depan kelas
c. Siswa dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
5) Moral
Indikator moral dalam pembelajaran tentang trigonometri :
a. Siswa membantu temannya yang kesulitan dalam memahami atau
mengerjakan soal-soal trigonometri
b. Siswa tidak meribut atau mengganggu siswa lain ketika guru
menjelaskan tentang trigonometri
c. Siswa mendengarkan dan menghargai jawaban siswa lain dari soal
yang diberikan oleh guru

Cakupan yang diukur dalam ranah afektif adalah adalah sebagai berikut :

a. Menerima

 siswa mengikuti pembelajaran trigonometri dengan serius dan


penuh konsentrasi serta menghindarkan hal-hal yang akan
mengganggu proses pembelajaran

b. Menanggapi

 siswa mengajukan pertanyaan mengenai hal yang kurang dipahami


tentang trigonometri
 siswa mengerjakan soal-soal trigonometri yang diberikan guru

c. Menghargai

 siswa mengoreksi/melengkapi jawaban dari soal tentang


trigonometri yang dibuat temannya di depan kelas
 siswa mampu mengemukakan alasan apakah jawaban dari soal
trigonometri yang diberikan benar atau salah

d. Mengelola

23
 siswa dapat menentukan nilai dari perbandingan sisi-sisi pada
suatu segitiga

e. Menghayati

 siswa membuat catatan tentang trigonometri dan mengerjakan


tugas-tugas / latihan yang diberikan

3. Jelaskan bagaimana cara mengukur tiap aspek ranah psikomotor dalam


pembelajaran matematika (sesuaikan dengan topik yang telah dipilih pada
Tugas nomor 1).
Jawab :
Aspek ranah psikomotorik terbagi menjadi 4 yaitu :

a. Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai


dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti
makna atauhakikat dari keterampilan. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah
mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, menyesuaikan, dan
sebagainya. Cara mengukur aspek ini sesuai topik ialah siswa
dapatmenggambarkan ulang segitiga dan menunjukkan yang mana
perbandingan sinus, cosinus dan tangenseperti yang dijelaskan
oleh guru.

b. Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu


tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang
diperlukan. Kata kerja yang sering digunakan dalam mengukur
aspek ini adalah menempatkan, membuat,memanipulasi,
merancang, dan sebagainya. Cara mengukur aspek ini pada
topictrigonometri ialah siswa dapat merancang sendiri soal-soal

24
yang berkaitan dengan topik perbandingan trigonometri dan dapat
mengerjakannya dengan baik.

c. Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan dimana


hal-halyangdiajarkan (sebagai contoh) telah menjadi suatu
kebiasaandan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan.
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek ini diantaranya adalah memutar,
memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.Cara
mengukur aspek ini sesuai topik ialah siswa telah dapat memahami
penerapan perbandingan trigonomtridengan memberikan contoh
yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

d. Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat


melakukan suatuketerampilan yang lebih komplek terutama
yang berhubungan dengan gerakan interpretatif. Cara
mengukur aspek ini adalah siswa mampu menjelaskan kembali
materi yang telah dijelaskan guru didepan kelas dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh teman-temannya.

25
E. Contoh Soal Taksonomi Bloom Setelah Revisi
1. Kategori C1- Mengingat (Remembering)
Contoh Soal.
Sebutkan rumus luas permukaan bola?
Alasan.
Untuk menjawab soal disamping, siswa berpikir untuk mengingat
rumus luas permukaan bola dalam ingatannya, lalu kemudian
menuliskan bahwa rumus luas permukaan bola adalah .

2. Memahami (understanding)
Contoh Soal.
Jelaskan apa perbedaan dari luas permukaan bola dan volume bola?
Alasan.
Untuk menjawab soal diatas, siswa sudah harus memahami pengertian
dan konsep luas permukaan bola dan volume bola. Siswa akan
berpikir tentang informasi- informasi penting mengenai luas dan
volume bola, memilah informasi itu untuk membedakan luas dan
volume bola. Contoh lain: jelaskan apakah setiap kubus itu balok?
3. C3-Mengaplikasikan (Applying)
Contoh Soal.
Sebuah aula berbentuk balok dengan ukuran panjang 9 meter, lebar 7
meter, dan tinggi 4 meter. Dinding bagian dalamnya dicat dengan
biaya Rp.50.000,- per meter persegi. Seluruh biaya pengecatan aula
adalah ...
Alasan.
Untuk menyelesaikan soal disamping, siswa perlu memilih rumus
yang akan digunakan sesuai prosedur. Sebab dalam materi balok ada
rumus luas permukaan balok dan rumus volume balok, dan kemudian
menghubungkannya dengan biaya pengecatan.
4. C4- Menganalisis (Analyzing)
Contoh Soal.

26
Diberikan sebuah persegi ABCD, busur lingkaran berpusat di A dan C
digambarkan dari titik B ke D. Garis diagonal AC memotong kedua
busur di titik X dan Y. Jika XY = 12 - 6√2 cm. Maka luas persegi
ABCD adalah…

Alasan.
Untuk menjawab soal di samping, siswa harus menghitung volume
masing masing benda (bak dan bola) untuk kemudian mengevaluasi,
yakni mempertimbangkan, memeriksa kecara kuantitas volume air dan
bola yang dihubungkan dengan volume bak. Menganalisis unsur XY
dalam kaitannya dengan konsep lingkaran dan persegi.

5. C5-Mengevaluasi (Evaluating)
Contoh Soal.
Sebuah bola besi dimasukkan ke dalam kotak berbentuk kubus dengan

panjang rusuk 10 cm. Jika volume air 900 cm3, Serta panjang jari-jari
bola 3 cm, apakah air dalam bak itu akan tumpuh?
Alasan.
Soal diatas menuntut kemampuan memeriksa/checking yaitu
kemampuan mendeteksi inkonsistensi atau kekeliruan dalam proses
atau produk, menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki
konsistensi internal, atau mendeteksi efektivitas prosedur seperti yang
sedang dilaksanakan. Juga kemampuan untuk mengkritisi yaitu
mendeteksi ketidaksesuaian antara produk atau operasi dan

27
beberapa kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk
memiliki konsistensi eksternal, atau menilai kesesuaian prosedur
untuk masalah yang diberikan.
6. C6-Mengkreasi (Creating)
Contoh soal.
Perhatikan gambar berikut ini.

Jika t1 = 3t2, dan r1= 4a. Rumuskan volume kerucut terpancung


seperti gambar diatas!

Alasan.

Untuk menjawab soal diatas, siswa harus memikirkan sesuatu yang


baru yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah,
mengorganisasikan unsur dalam pola baru, dan mengaitkannya dengan
konsep yang telah dipelajari sebelumnya (kesebangunan) untuk
menentukan unsur yang belum diketahui (r2), yang akan digunakan
dalam merumuskan volume kerucut terpancung.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Taksononomi


ialah yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari- hari yang di maksud
pendidikan sehari-hari ialah pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Ada tiga
macam tingkah laku yang kita kenal secara umum yaitu :

1. Kognitif
2. Afektif
3. Prikomotor.

Dari ketiga inilah muncul pengertian taksonomi yang kemudian


dirumuskan oleh Benjamin S.Bloom yang kita kenal sekarang dengan sebutan
taksonomi Bloom. Dalam hal ini Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi
beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali
kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Belajar yang dilaksanakan oleh siswa diharapkan dapat mengembangkan


prestasi belajar siswa tersebut, Karena prestasi merupakan tolak ukur pencapaian
aspek-aspek yang bersifat kongnitif, afektif dan psikomotorik.

B. Saran

Bagi siswa khususnya, diharapkan untuk dapat memahami


pengklasifikasian pembelajaran secara kognitif, afektif, dan psikomotirik agar
siswa mampu merealisasikan kedalam proses belajar mengajar.Guru dihendaknya
dapat mengetahui minat belajar siswa dalam belajar sedini mungkin, sebagai
langkah awal membina dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

29
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Formatif 2(2): 122-131 Issn: 2088-351x / Roida E.F.S. /Pengaruh Minat
Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terrhadap Prestasi Belajar

Majid Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung : Rosda

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Taksonomi_Bloom

Http://Firdausanisaa.Blogspot.Com/2013/12/Taksonomi-Bloom-Ranah-Afektif-
Kognitif.Html

vi

Anda mungkin juga menyukai