Anda di halaman 1dari 7

ASESMEN SOFT-SKILL DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Utari Sumarmo, STKIP Siliwangi Bandung, UPI Bandung 2015


Alamat Website: utari-sumarmo@dosen.stkipsiliwangi.ac,id
Alamat e-mail: utari.sumarmo@gmail.com

A. Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan dan
mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu menjadi nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa datang. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Merujuk UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Untuk mencapai tujuan Kurikulum tahun 2013, peserta didik perlu memiliki
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan bidang studi dan jenjang pendidikan
yang bersangkutan. Kompetensi inti meliputi: Kompetensi Inti sikap spiritual; Kompetensi Inti
sikap sosial; Kompetensi Inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti keterampilan. Kompetensi
dasar merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti yang terdiri atas: Kompetensi Dasar sikap
spiritual; Kompetensi Dasar sikap sosial; Kompetensi Dasar pengetahuan; dan Kompetensi
Dasar keterampilan.
Kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) sikap spiritual matematika meliputi:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Kompetensi inti sikap sosial
matematika meliputi: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Sebagai rincian KI sosial, KD sikap sosial matematika meliputi: a) Menunjukkan sikap logis,
kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah
dalam memecahkan masalah; b) Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan
pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang
terbentuk melalui pengalaman belajar; c) Memiliki sikap terbuka, santun, objektif,
menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-
hari.
Ditinjau dari ruang lingkup ranahnya, KI dan KD sikap sosial matematika di atas
tergolong pada ranah afektif dan dinamakan pula soft skill matematik, dan KI dan KD
pengetahuan dan keterampilan matematika tergolong pada ranah kognitif dan dinamakan
pula sebagai hard skill matematik. Selanjutnya, KD matematika dalam ranah kognitif
tersebut dinamakan pula sebagai kompetensi matematik. Sesuai dengan pedoman
pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2013, pembinaan soft skill dan hard skill
matematika dilaksanakan secara bersamaan dan berimbang. Berman (Costa, Ed. 2001)
menyarankan sembilan strategi pembelajaran untuk mengembangkan berpikir terbuka dan
pemahaman yang kritis pada siswa, yaitu: 1) Ciptakan lingkungan yang aman, 2) Ikuti cara
berpikir peserta didik, 3) Dorong peserta didik berpikir secara kolaboratif, 4) Ajarkan cara
bertanya dan bukan cara menjawab, 5) Ajarkan tentang keterkaitan, 6) Anjurkan peserta
didik berpikir dalam multi persepektif, 7) Dorong peserta didik agar sensitif, 8) Bantu peserta
didik menetapkan standar dan bekerja dalam pandangan positif untuk masa depan, dan 9)
Berikan kesempatan/peluang kepada peserta didik untuk berbuat sesuai dengan jalan
pikirannya.
B. Pendidikan Budaya dan Karakter serta Soft Skill Lainnya dalam Pembelajaran
Matematika
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rujukan utama untuk penyelenggaraan
pembelajaran bidang studi apapun, yang selain memuat kemampuan kognitif yang
disesuaikan dengan bidang studi juga memuat pengembangan budaya, dan karakter
bangsa. Beberapa alasan pentingnya pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa dalam pembelajaran adalah (ALPTKI, dalam Ghozi, 2010): a) Karakter sebagai
perekat kultural yang memuat nilai-nilai: kerja leras, kejujuran, disiplin, etika, estetika,
komitmen, rasa kebangsaan dan lain-lain; b) Pendidikan Karakter merupakan proses
berkelanjutan; c) Pendidikan Karakter sebagai landasan legal formal untuk tujuan
pendidikan dalam ketiga ranah; d) Proses pembelajaran sebagai wahana pengembangan
karakter dan IPTEKS; e) Melibatkan beragam aspek pengembangan peserta didik; f)
Sekolah sebagai lingkungan pembudayaan peserta didik
Pada dasarnya nilai dan karakter serta soft skill matematik lainnya tidak dapat
diajarkan tetapi dikembangkan secara aktif dan berkelanjutan (Ghozi, 2010, Sauri, 2010)
melalui empat cara yaitu:a) Memberi pemahaman yang benar tentang pendidikan nilai dan
karakter dan soft skill matematik yang bersangkutan; b) Pembiasaan dilaksanakannya nilai
dan karakter dan soft skill matematik yang bersangkutan;c) Contoh atau teladan terhadap
nilai dan karakter dan soft skill matematik yang ditunjukkan guru; d) Pembelajaran
matematika secara integral, tidak parsial atau terpisah-pisah.

C. Soft Skill Matematik dan Asesmennya


Kurikulum Matematika tahun 2013 pada jenjang sekolah menengah memuat
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sikap spiritual dan sosial matematika dan
tergolong kompetensi dalam ranah afektif yang dinamakan pula sebagai soft skill matematik.
Soft skill antara lain dapat diases melalui observasi, wawancara, atau penilaian diri oleh
peserta didik yang bersangkutan. Penilaian diri antara lain dapat diukur melalui suatu skala
misalnya skala Likert dengan dua macam pilihan respons yaitu: 1) Derajat kesetujuan
terhadap pernyataan positif atau negatif berkenaan dengan indikator soft skill yang
bersangkutan; 2) Derajat frekuensi terlaksananya kegiatan positif atau negatif atau
munculnya perasaan dan pendapat positif atau negatif yang berkenaan dengan indikator
soft skill yang bersangkutan. Berikut ini disajikan pedoman menyusun pernyataan, kegiatan,
perasaan dan pendapat suatu skala (Edward dalam Sumarmo, 2006): a) Setiap pilihan
jawaban mempunyai peluang untuk dipilih; b) Hindarkan pernyataan, kegiatan atau
perasaan yang faktual, masa lalu, atau bermakna ganda; c) pernyataan, kegiatan atau
perasaan sesuai dengan obyek yang akan diukur; d) hindarkan pernyataan, yang disetujui
atau tidak disetujui oleh semua orang; kegiatan atau perasaan yang terjadi setiap saat atau
tidak pernah terjadi; e) pernyataan, kegiatan atau perasaan harus singkat, sederhana, jelas,
langsung; tunggal dan hanya memuat satu pemikiran yang lengkap; f) istilah semua, setiap,
selalu, tak satupun, tidak pernah; g) gunakan kata hanya secara hati-hati; h) hindarkan
pernyataan, kegiatan atau perasaan negatif ganda; i) hindarkan istilah yang sukar dipahami.
Langkah-langkah memvalidasi butir-butir skala nilai, karakter, disposisi atau skala
aspek afektif lainnya serupa dengan langkah-langkah menyusun suatu tes yaitu sebagai
berikut.
a) Rumuskan definisi operasional disposisi yang akan diukur
b) Nyatakan definisi operasional dalam bentuk indikator
c) Susun kisi-kisi skala yang memuat indikator skala, sifatnya (negatif atau positif) dan
butir skal yang bersangkutan. Susun butir skala dengan menggunakan pedoman
penyusunan pernyataan atau kegiatan skala seperti telah diuraikan sebelumnya.
d) Susun kembali butir-butir pernyataan atau kegiatan dalam bentuk skala. Banyaknya
butir positif dan butir negatif seimbang dan susunannya sebaiknya tidak berpola
e) Estimasi validitas isi skala melalui kesesuaian butir-butir skala dengan kisi-kisi skala
f) Uji-cobakan skala kepada subyek yang relevan (dalam banyaknya dan jenjang sekolah
)
g) Berdasarkan hasil uji coba, tabulasikan frekuensi tiap pilihan respons. Seleksi awal
dilakukan dengan pedoman: tiap sel pilihan respons harus terisi dan bila tidak butir
skala yang bersangkutan langsung dibuang.
h) Butir skala yang lulus seleksi awal, kemudian ditetapkan skor tiap butir skala dengan: 1)
Aturan yang ditetapkan secara apriori yaitu: Memberikan skor 1, 2, 3, 4, dan 5 pilihan
jawaban sangat tidak setuju (STS) atau jarang sekali (Js), tidak setuju (TS) atau jarang
(Jr), netral (N) atau kadang-kadang (Kd), setuju (S) atau sering (Sr), dan sangat setuju
(SS) atau sering sekali (Ss) untuk pernyataan atau kegiatan/ perasaan/pendapat yang
positif. Memberikan dengan urutan terbalik untuk pernyataan atau
kegiatan/perasaan/
pendapat yang positif; 2) Menggunakan pedoman pemberian skor butir skala seperti
Tabel 1.
i) Setelah diperoleh skor tiap sel untuk tiap butir skala, tentukan skor tiap subyek
j) Estimasi reliabilitas skala dengan menggunakan reliabilitas teknik paruhan r (korelasi
skor subyek pada nomor ganjil dan skor subyek pada nomor genap). Kemudian korelasi Xa  b
2 2
sa sb

na nb

2r
separuh butir skala (r ) dikoreksi dengan rumus rt =
1 r
k) Untuk menentukan validitas butir, tentukan kelompok atas dan kelompok bawah sekitar
25% -30% teratas dan terbawah
l) Hitung rerata kelompok atas (xa) dan rerata kelompok bawah (xb) dan variansi masing-
masing (sa 2 dan sb 2 )
m) Hitung statistik t dengan menggunakan rumus di bawah ini.
Xa  Xb
t= 2 2
sa s
 b
na nb

n) Validitas butir skala diestimasi dengan membandingkan t hitung dan t tabel


o) Butir-butir skala yang valid kemudian disusun sehingga butir positif dan negatif secara
acak dan tidak berpola.
p) Skala sudah siap untuk digunakan

Tabel 1
Pemberian Skor Butir Skala Model Likert

No. Jenis Ukuran Pilihan jawaban


SS (Ss) S (Sr) N (Kd) TS (Jr) STS (Js)
1. f 26 86 42 26 20
2. P 0,130 0,430 0,210 0,130 0,100
3. Kum. P 0,130 0,560 0,770 0,900 1,000
4. Tk tg kp 0,065 0,345 0,665 0,835 0,950
5. Z -1,514 -0,300 0,426 0,974 1,645
6. Z +2,115 1 2,115 1,940 3,488 4,159
7. Pembulatan 1 2 2 3 4
Disarikan dari Edward (Sumarmo, 2006)

Penjelasan:
a) Pastikan tiap sel harus terisi.
b) f adalah frekuensi teste yang memilih jawaban yang bersangkutan
c) p adalah proporsi (frekuensi dibagi banyaknya teste, dalam contoh ini 200)
d) kum.p adalah kumulatif proporsi
e) Tk. tg. P adalah titik tengah kumulatif proporsi
f) Z adalah nilai statistik Z
g) Z ditambah bilangan pada kolom pertama sehingga diperoleh bilangan 1
h) Pembulatan ke bilangan bulat terdekat
Butir skala di atas adalah butir pernyataan atau kegiatan negatif yang direspons oleh
sebanyak 200 orang teste. Untuk pernyataan atau kegiatan positif urutan SS (Ss), S (Sr),
N (Kd), TS (Jr), dan STS (Js) ditukar.

D.11. Skala Kemandirian Belajar (self regulated learning)


Berdasarkan pendapat para pakar (Butler, 2002, Corno dan Randi, 1999, Hargis, http:/
www.smartkidzone.co/, Kerlin, 1992, Paris dan Winograd, 1998, Schunk dan Zimmerman,
1998, Wongsri, Cantwell, dan Archer, 2002) Sumarmo (2011) merangkumkan beberapa
indikator kemandirian belajar (self regulated learning) di antaranya adalah memiliki:a)
Inisiatif dan motivasi belajar instrinsik; b) Kebiasaan mendiagnosa kebutuhan belajar; c)
Menetapkan tujuan/target belajar; d) Memonitor, mengatur, dan mengkontrol belajar; e)
Memandang kesulitan sebagai tantangan; f) Memanfaatkan dan mencari sumber yang
relevan; g) Memilih, menerapkan strategi belajar; h) Mengevaluasi proses dan hasil belajar;
i) Self eficacy/ Konsep diri/Kemampuan diri.
Berikut ini disajikan contoh butir skala disposisi kemandirian belajar (self regulated
learning) matematik dalam bentuk skala Likert dengan pilihan respons dalam derajat
kesetujuan dan derajat seringnya kegiatan/ perasaan/pendapat muncul seperti pada Tabel
22 dan Tabel 23.

TABEL 22
CONTOH SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR (MODEL A)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda
menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat
Anda. Nyatakan kesetujuan nada terhadap pernyataan berikut.
Nama siswa: .................................................................................................
Kelas : ......................................................................................................
Keterangan: STS: Sangat tidak setuju S : Setuju
TS: Tidak setuju SS: Sangat setuju

Pernyataan Respons
No
Indikator a): Inisiatif belajar STS TS N S SS
1. Saya mengerjakan tugas matematika karena
menyukainya (+)
2. Saya menunggu bantuan teman ketika mengalami
kesulitan belajar matematika (-)
3. Mempelajari ulang materi matematika yang belum
dikuasai, menghamburkan waktu (-)
No. Indikator b): Mendiagnosa kebutuhan belajar STS TS N S SS
4. Saya tahu materi matematika yang perlu dipelajari
ulang (+)
5. Saya cemas mengetahui kekurangan sendiri dalam
matematika (-)
6. Memilih materi matematika yang perlu dipelajari,
merupakan beban (-)
No. Indikator c): Menetapkan tujuan/target belajar STS TS N S SS
7. Penetapan target belajar matematika membantu
cara belajar (+)
8. Membuat jadwal belajar matematika membantu
mencapai target yang telah ditetapkan (+)
9. Belajar matematika tanpa target meringankan
beban pikiran (-)
No. Indikator d): Memilih, menerapkan strategi STS TS N S SS
belajar
10. Saya mencoba menerapkan cara belajar teman
yang pandai matematika (+)
11. Penetapan strategi belajar matematika tertentu
menghambat kreativitas (-)
No. Indikator e): Memonitor, mengatur, dan STS TS N S SS
mengkontrol belajar
12 Pemantauan terhadap hasil belajar matematika
membuat cemas (-)
13. Mengatur cara belajar matematika membantu
mencapai hasil yang baik (+)
14. Pengaturan cara belajar matematika membatasi
kerja kreatif (-)
No. Indikator f): Memandang kesulitan sebagai STS TS N S SS
tantangan
15. Tugas matematika yang sulit menghambat
pencapaian hasil belajar yang baik (-)
16. Saya tertantang mengerjakan soal matematika yang
sulit (+)
No Indikator g): Memanfaatkan dan mencari sumber STS TS N S SS
yang relevan
17. Mempelajari materi matematika yang sama dari
beragam buku menghamburkan waktu (-)
18. Untuk memperoleh pemahaman matematika yang
baik, perlu mempelajari beragam sumber (+)
No. Indikator h): Mengevaluasi proses dan hasil STS TS N S SS
belajar
19. Mengevaluasi sendiri hasil ulangan matematika
adalah baik untuk umpan balik belajar (+)
20. Kegagalan dalam ulangan matematika yang lalu
karena soal terlalu sulit (-)
21. Saya menyadari kesalahan pekerjaan ulangan
matematika yang lalu (+)
No. Indikator i): Self eficacy/ Konsep diri/Kemampuan STS TS N S SS
diri
22. Saya ragu dapat menyelesaikan tugas matematika
yang sulit dengan baik (-)
23. Saya yakin akan berhasil baik dalam ulangan
matematika (+)
24. Saya takut mengemukakan pendapat dalam diskusi
matematika (-)
25. Saya menerima pendapat teman yang berbeda
ketika belajar matematika (+)
26 Saya merasa terganggu belajar dalam kelompok
matematika (-)
27. Kritikan dari teman ketika belajar matematika
menambah semangat belajar (+)
28. Tugas matematika yang berat adalah tantangan
untuk berhasil dalam belajar (+)

TABEL 23
CONTOH SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR (MODEL B)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda
menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat
Anda. Nyatakan seberapa sering Anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan di
bawah ini
Nama siswa: ...........................................................................................................
Kelas : ......................................................................................................
Keterangan Ss Sering sekali Kd : Kadang-kadang JS : Jarang sekali
Sr Sering Jr : Jarang

Kegiatan/Perasaan Respons
No Indikator a): Inisiatif dan motivasi belajar Ss Sr Kd Jr Js
instrinsik
1. Mengerjakan tugas matematika karena menyukainya
(+)
2. Menunggu bantuan teman ketika mengalami
kesulitan belajar matematika (-)
3. Menghindar mempelajari ulang materi matematika
yang belum dikuasai (-)

No. Indikator b): Mendiagnosa kebutuhan belajar Ss Sr Kd Jr Js


4. Mengetahui materi matematika yang perlu dipelajari
ulang (+)
5. Merasa cemas mengetahui kekurangan sendiri
dalam matematika (-)
6. Merasa terbebani memilih materi matematika yang
perlu dipelajari (-)
No. Indikator c): Menetapkan tujuan/target belajar Ss Sr Kd Jr Js
7. Menetapkan target belajar matematika untuk
membantu cara belajar (+)
8. Membuat jadwal belajar matematika untuk
membantu mencapai target yang telah ditetapkan (+)
9. Merasa ringan belajar matematika tanpa target (-)
No. Indikator d): Memilih, menerapkan strategi belajar Ss Sr Kd Jr Js
10. Mencoba menerapkan cara belajar teman yang
pandai matematika (+)
11. Menilai penetapan strategi belajar matematika
tertentu akan menghambat kreativitas (-)
No. Indikator e): Memonitor, mengatur, dan Ss Sr Kd Jr Js
mengkontrol belajar
12 Merasa cemas hasil belajar matematika dipantau
(-)
13. Mengatur cara belajar matematika untuk membantu
mencapai hasil yang baik (+)
14. Menilai pengaturan cara belajar matematika
membatasi kerja kreatif (-)
No. Indikator f): Memandang kesulitan sebagai Ss Sr Kd Jr Js
tantangan
15. Menilai tugas matematika yang sulit menghambat
pencapaian hasil belajar yang baik (-)
16. Merasa tertantang mengerjakan soal matematika
yang sulit (+)
No Indikator g): Memanfaatkan dan mencari sumber Ss Sr Kd Jr Js
yang relevan
17. Menilai mempelajari materi matematika yang sama
dari beragam buku merepotkan (-)
18. Mempelajari beragam sumber untuk memperoleh
pemahaman matematika yang baik (+)
No. Indikator h): Mengevaluasi proses dan hasil Ss Sr Kd Jr Js
belajar
19. Mengevaluasi sendiri hasil ulangan matematika
sebagai umpan balik belajar (+)
20. Menganggap kegagalan dalam ulangan matematika
yang lalu karena soal terlalu sulit (-)
21. Menyadari kesalahan pekerjaan ulangan matematika
yang lalu (+)

No. Indikator i): Self eficacy/ Konsep diri/Kemampuan Ss Sr Kd Jr Js


diri
22. Merasa ragu dapat menyelesaikan tugas matematika
yang sulit dengan baik (-)
23. Merasa yakin akan berhasil baik dalam ulangan
matematika (+)
24. Merasa takut mengemukakan pendapat dalam
diskusi matematika (-)
25. Menerima pendapat teman yang berbeda ketika
belajar matematika (+)
26 Merasa terganggu belajar dalam kelompok
matematika (-)
27. Berpendapat kritikan dari teman ketika belajar
matematika menambah semangat belajar (+)
28. Berpandangan tugas matematika yang berat adalah
tantangan untuk berhasil dalam belajar (+)
Catatan: 1) Pilihan respons Netral dapat ditiadakan sesuai dengan keinginan peneliti
2) Butir pernyataan/kegitan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang
3) Susun skala kembali dengan butir-butir pernyataan/kegitan/perasaan secara
acak untuk indikator dan pernyataan negatif atau positif

Anda mungkin juga menyukai