A. Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan dan
mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu menjadi nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa datang. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Merujuk UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Untuk mencapai tujuan Kurikulum tahun 2013, peserta didik perlu memiliki
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan bidang studi dan jenjang pendidikan
yang bersangkutan. Kompetensi inti meliputi: Kompetensi Inti sikap spiritual; Kompetensi Inti
sikap sosial; Kompetensi Inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti keterampilan. Kompetensi
dasar merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti yang terdiri atas: Kompetensi Dasar sikap
spiritual; Kompetensi Dasar sikap sosial; Kompetensi Dasar pengetahuan; dan Kompetensi
Dasar keterampilan.
Kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) sikap spiritual matematika meliputi:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Kompetensi inti sikap sosial
matematika meliputi: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Sebagai rincian KI sosial, KD sikap sosial matematika meliputi: a) Menunjukkan sikap logis,
kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah
dalam memecahkan masalah; b) Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan
pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang
terbentuk melalui pengalaman belajar; c) Memiliki sikap terbuka, santun, objektif,
menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-
hari.
Ditinjau dari ruang lingkup ranahnya, KI dan KD sikap sosial matematika di atas
tergolong pada ranah afektif dan dinamakan pula soft skill matematik, dan KI dan KD
pengetahuan dan keterampilan matematika tergolong pada ranah kognitif dan dinamakan
pula sebagai hard skill matematik. Selanjutnya, KD matematika dalam ranah kognitif
tersebut dinamakan pula sebagai kompetensi matematik. Sesuai dengan pedoman
pembelajaran matematika dalam Kurikulum 2013, pembinaan soft skill dan hard skill
matematika dilaksanakan secara bersamaan dan berimbang. Berman (Costa, Ed. 2001)
menyarankan sembilan strategi pembelajaran untuk mengembangkan berpikir terbuka dan
pemahaman yang kritis pada siswa, yaitu: 1) Ciptakan lingkungan yang aman, 2) Ikuti cara
berpikir peserta didik, 3) Dorong peserta didik berpikir secara kolaboratif, 4) Ajarkan cara
bertanya dan bukan cara menjawab, 5) Ajarkan tentang keterkaitan, 6) Anjurkan peserta
didik berpikir dalam multi persepektif, 7) Dorong peserta didik agar sensitif, 8) Bantu peserta
didik menetapkan standar dan bekerja dalam pandangan positif untuk masa depan, dan 9)
Berikan kesempatan/peluang kepada peserta didik untuk berbuat sesuai dengan jalan
pikirannya.
B. Pendidikan Budaya dan Karakter serta Soft Skill Lainnya dalam Pembelajaran
Matematika
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rujukan utama untuk penyelenggaraan
pembelajaran bidang studi apapun, yang selain memuat kemampuan kognitif yang
disesuaikan dengan bidang studi juga memuat pengembangan budaya, dan karakter
bangsa. Beberapa alasan pentingnya pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa dalam pembelajaran adalah (ALPTKI, dalam Ghozi, 2010): a) Karakter sebagai
perekat kultural yang memuat nilai-nilai: kerja leras, kejujuran, disiplin, etika, estetika,
komitmen, rasa kebangsaan dan lain-lain; b) Pendidikan Karakter merupakan proses
berkelanjutan; c) Pendidikan Karakter sebagai landasan legal formal untuk tujuan
pendidikan dalam ketiga ranah; d) Proses pembelajaran sebagai wahana pengembangan
karakter dan IPTEKS; e) Melibatkan beragam aspek pengembangan peserta didik; f)
Sekolah sebagai lingkungan pembudayaan peserta didik
Pada dasarnya nilai dan karakter serta soft skill matematik lainnya tidak dapat
diajarkan tetapi dikembangkan secara aktif dan berkelanjutan (Ghozi, 2010, Sauri, 2010)
melalui empat cara yaitu:a) Memberi pemahaman yang benar tentang pendidikan nilai dan
karakter dan soft skill matematik yang bersangkutan; b) Pembiasaan dilaksanakannya nilai
dan karakter dan soft skill matematik yang bersangkutan;c) Contoh atau teladan terhadap
nilai dan karakter dan soft skill matematik yang ditunjukkan guru; d) Pembelajaran
matematika secara integral, tidak parsial atau terpisah-pisah.
2r
separuh butir skala (r ) dikoreksi dengan rumus rt =
1 r
k) Untuk menentukan validitas butir, tentukan kelompok atas dan kelompok bawah sekitar
25% -30% teratas dan terbawah
l) Hitung rerata kelompok atas (xa) dan rerata kelompok bawah (xb) dan variansi masing-
masing (sa 2 dan sb 2 )
m) Hitung statistik t dengan menggunakan rumus di bawah ini.
Xa Xb
t= 2 2
sa s
b
na nb
Tabel 1
Pemberian Skor Butir Skala Model Likert
Penjelasan:
a) Pastikan tiap sel harus terisi.
b) f adalah frekuensi teste yang memilih jawaban yang bersangkutan
c) p adalah proporsi (frekuensi dibagi banyaknya teste, dalam contoh ini 200)
d) kum.p adalah kumulatif proporsi
e) Tk. tg. P adalah titik tengah kumulatif proporsi
f) Z adalah nilai statistik Z
g) Z ditambah bilangan pada kolom pertama sehingga diperoleh bilangan 1
h) Pembulatan ke bilangan bulat terdekat
Butir skala di atas adalah butir pernyataan atau kegiatan negatif yang direspons oleh
sebanyak 200 orang teste. Untuk pernyataan atau kegiatan positif urutan SS (Ss), S (Sr),
N (Kd), TS (Jr), dan STS (Js) ditukar.
TABEL 22
CONTOH SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR (MODEL A)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda
menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat
Anda. Nyatakan kesetujuan nada terhadap pernyataan berikut.
Nama siswa: .................................................................................................
Kelas : ......................................................................................................
Keterangan: STS: Sangat tidak setuju S : Setuju
TS: Tidak setuju SS: Sangat setuju
Pernyataan Respons
No
Indikator a): Inisiatif belajar STS TS N S SS
1. Saya mengerjakan tugas matematika karena
menyukainya (+)
2. Saya menunggu bantuan teman ketika mengalami
kesulitan belajar matematika (-)
3. Mempelajari ulang materi matematika yang belum
dikuasai, menghamburkan waktu (-)
No. Indikator b): Mendiagnosa kebutuhan belajar STS TS N S SS
4. Saya tahu materi matematika yang perlu dipelajari
ulang (+)
5. Saya cemas mengetahui kekurangan sendiri dalam
matematika (-)
6. Memilih materi matematika yang perlu dipelajari,
merupakan beban (-)
No. Indikator c): Menetapkan tujuan/target belajar STS TS N S SS
7. Penetapan target belajar matematika membantu
cara belajar (+)
8. Membuat jadwal belajar matematika membantu
mencapai target yang telah ditetapkan (+)
9. Belajar matematika tanpa target meringankan
beban pikiran (-)
No. Indikator d): Memilih, menerapkan strategi STS TS N S SS
belajar
10. Saya mencoba menerapkan cara belajar teman
yang pandai matematika (+)
11. Penetapan strategi belajar matematika tertentu
menghambat kreativitas (-)
No. Indikator e): Memonitor, mengatur, dan STS TS N S SS
mengkontrol belajar
12 Pemantauan terhadap hasil belajar matematika
membuat cemas (-)
13. Mengatur cara belajar matematika membantu
mencapai hasil yang baik (+)
14. Pengaturan cara belajar matematika membatasi
kerja kreatif (-)
No. Indikator f): Memandang kesulitan sebagai STS TS N S SS
tantangan
15. Tugas matematika yang sulit menghambat
pencapaian hasil belajar yang baik (-)
16. Saya tertantang mengerjakan soal matematika yang
sulit (+)
No Indikator g): Memanfaatkan dan mencari sumber STS TS N S SS
yang relevan
17. Mempelajari materi matematika yang sama dari
beragam buku menghamburkan waktu (-)
18. Untuk memperoleh pemahaman matematika yang
baik, perlu mempelajari beragam sumber (+)
No. Indikator h): Mengevaluasi proses dan hasil STS TS N S SS
belajar
19. Mengevaluasi sendiri hasil ulangan matematika
adalah baik untuk umpan balik belajar (+)
20. Kegagalan dalam ulangan matematika yang lalu
karena soal terlalu sulit (-)
21. Saya menyadari kesalahan pekerjaan ulangan
matematika yang lalu (+)
No. Indikator i): Self eficacy/ Konsep diri/Kemampuan STS TS N S SS
diri
22. Saya ragu dapat menyelesaikan tugas matematika
yang sulit dengan baik (-)
23. Saya yakin akan berhasil baik dalam ulangan
matematika (+)
24. Saya takut mengemukakan pendapat dalam diskusi
matematika (-)
25. Saya menerima pendapat teman yang berbeda
ketika belajar matematika (+)
26 Saya merasa terganggu belajar dalam kelompok
matematika (-)
27. Kritikan dari teman ketika belajar matematika
menambah semangat belajar (+)
28. Tugas matematika yang berat adalah tantangan
untuk berhasil dalam belajar (+)
TABEL 23
CONTOH SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR (MODEL B)
Petunjuk:
Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda
menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat
Anda. Nyatakan seberapa sering Anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan di
bawah ini
Nama siswa: ...........................................................................................................
Kelas : ......................................................................................................
Keterangan Ss Sering sekali Kd : Kadang-kadang JS : Jarang sekali
Sr Sering Jr : Jarang
Kegiatan/Perasaan Respons
No Indikator a): Inisiatif dan motivasi belajar Ss Sr Kd Jr Js
instrinsik
1. Mengerjakan tugas matematika karena menyukainya
(+)
2. Menunggu bantuan teman ketika mengalami
kesulitan belajar matematika (-)
3. Menghindar mempelajari ulang materi matematika
yang belum dikuasai (-)