Anda di halaman 1dari 23

PEMIKIRAN GAGNE, GESTALT, DAN PAVLOV

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Mata Kuliah : Psikologi Pembelajaran Matematika


Disusun Oleh :
1. Wahidatul Meilina (182140008)
2. Nurcahya Purwo Sumbogo (182140014)
3. Markhamatur Rizki (182140020)
4. Mukhamad Siroj (182140024)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO


. ROBERT M GAGNE

BIOGRAF
I GAGNE
PEMIKIRAN
GAGNE
DALAM
PEMBELAJAR
AN
MATEMATIKA
PSIKOLOGI
PEMBELAJAR
AN MENURUT
GAGNE

NEXT
A. ROBERT M. GAGNE
Adalah seorang ilmuan psikologi yg lahir di Andover Utara,
Massachusetts pada 21 Agustus 1916 dan wafat tanggal 28 April 2002.
Tahun 1937 Gagne memperoleh gelar A.B dari Yale University dan tahun
1940 memperoleh gelar Ph.D dari Brown University dalam bidang psikologi.

Gagne menjadi Direktur Perceptual and Motor Skills Laboratory US


Air Force. Pada waktu inilah dia mulai mengembangkan teori “Condition of
Larning” yang mengarah pada hubungan tujuan pembelajaran dan
kesesuaiannya dengan desain pengajaran. Teori ini dipublikasikan pada
1965.

Kontribusi besar dalam pengembangan pengajaran melalui


tulisan- tulisannya tentang : Instructions system design, the conditions of
learning, dan principles of instructional desingn. The Condition of Learning
, merupakan tulisan yang dibuatnya ketika melaksanakan latihan militer di
BACK
Angkatan Udara Amerika.
B. PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE
Gagne dalam dimyati (2002:10) menyatakan belajar merupakan kegiatan yang
kompleks. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Teori
yang dikemukakan oleh Gagne tergolong dalam psikologi tingkah laku atau psikologi
respon. Menurut Gagne, belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia
mengubah tingkah laku secara permanen, sehingga perubahan yang sama tidak akan
terjadi pada keadaan yang baru. Menurut Gagne tingkah laku manusia sangat bervariasi
dan berbeda dihasilkan dari belajar. Hasil belajar menjadi 5 kategori kapabilitas sebagai
berikut:
a. Informasi Verbal
Kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuan fakata-fakta.
b. Keterampilan Intelektual
Kemampuan untuk dapat membedakan, untuk menguasai konsep, aturan, dan
memecahkan
masalah.
c. Strategi Kognitif
Kemampuan mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara
merekam, mmebuat analisis, dan sisntesis.
d. Sikap
Kecenderungan merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian
berdasarkan stimulus tersebut.
e. Keterampilan Motorik
Dapat dilihat dari kecepatan, ketepatan, dan kelancarangerakan otot-otot serta badan
yang diperlihatkan oleh orang tersebut.

BACK
C. APLIKASI PEMIKIRAN GAGNE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Menurut Gagne guru sangat dominan sekali peranannya dalam membimbing
peserta didik. Menurut Gagne sasaran pemebelajaran adalah kemampuan.
Kemampuan disini adalah hasil belajar berupa perilaku yang bisa dianalisis.
Dalam teorinya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan
belajar (Dahar, 1991:141-143). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian
eksternal yang dapat distruktur oleh siswa. Kedelapan fese yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Fase Motivas. Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar
dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-
siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan
merekatentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat
menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
2. Fase Pengenalan. Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang
esensial dari suatu kajian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya,
siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan
guru, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.
3. Fase Perolehan. Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia
telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam
memori ketika disajikan, informasi itu di ubah kedalam bentuk yang bermakna
yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori siswa.
4. Fase Retensi. Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori
jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui
pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-
lainnya.
NEXT
5. Fase Pemanggilan. Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan
informasi dalam memori jangka-panjang. Jadi bagian penting dalam belajar
adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk
memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
6. Fase Generalisasi. Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat
diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau
transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar.
Transfer dapat ditolong dengan memintapara siswa untuk menggunakan
informasi dalam keadaan baru.
7. Fase Penampilan. Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar
sesuatu melalui penampilan yang tampak.
8. Fase Umpan Balik. Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan
mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang
apa yang diajarkan.

Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne


(Dahar, 1991:143-145) menyarankan adanya kejadian-kejadian instruksi yang
ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok
siswa. Kejadian-kejadian instruksi itu adalah:
1. Mengaktifkan Motivasi. Langkah pertama dalam pembelajaran adalah
memotivasi para siswa untuk belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan
membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan mengemukakan
kegunaannya.
NEXT
2. Memberitahu Tujuan-tujuan Belajar. Kejadian instruksi kedua ini sangat erat
kaitannya dengan kejadian instruksi pertama. Sebagiandari mengaktifkan
motivasi para siswa ialah dengan memberitahu mereka tentang mengapa
mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan mereka pelajari.
Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian para siswa
terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.

3. Mengarahkan Perhatian. Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian.


Bentuk perhatian pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima
stimulus-stimulus. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.
Dengan cara ini siswa memperoleh informasi yang mana yang akan diteruskan
ke memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan cara mengeraskan
suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu kata atau beberapa kata
dalam satu kalimat.

NEXT
4. Merangsang Ingatan. Menurut Gagne bagian yang paling kritis
dalam proses belajar adalah pemberian kode pada informasi yang
berasal darimemori jangka pendek yang disimpan dalam memori
jangka panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa
dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan
dalam memori jangka panjang itu. Cara menolong ini dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaanpada siswa,
yang merupakan suatu cara pengulangan.

5. Menyediakan Bimbingan. Belajar Untuk memperlancar masuknya


infomasi ke memori jangka panjang, diperlukan bimbingan langsung
dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi
verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan
informasi baru itu dengan pengalaman siswa.

6. Meningkatkan Retensi. Retensi atau bertahannya materi yang di


pelajari (jadi tidak terlupakan) dapat diusahakan oleh guru dan siswa
itu sendiri dengan cara sering mengulangi pelajaran itu. Cara lain
adalah dengan memberi banyak contoh, menggunakan tabel-tabel,
menggunakan diagram-diagram dan gambar-gambar.
BACK
B. GESTALT
Teori gestal adalah teori yang dibangun oleh tiga orang yaitu Kurt Koffka, Max
Wertheimer, dan Wolfgang Kohler.

PEMIKIRAN
GESTALT
BIOGRAFI
DALAM
GESTALT
PEMBELAJARA
N MATEMATIKA

PSIKOLOGI
PEMBELAJARA
N MENURUT
GESTALT

NEXT
A. Max Wertheimer

Max Wertheimer adalah pendiri aliran psikologi Gestalt yang lahir di Praha, Jerman
pada tanggal 15 April 1880 dan meninggal di New York pada tanggal 12 Oktober
1943.
Setelah tamat sekolah Gymnasium di Praha. Ia belajar hukum selama dua tahun,
akan tetapi kemudian meninggalkan studi ini dan lebih menyukai filsafat. Ia lalu
belajar di Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg, tempat ia mendapat gelar
Ph.Dnya di bawah bimbingan Oswald Kulpe.
Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt dimana ia bertemu
dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestaltyaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.
Dia menerima tawaran di Frankfurt dan Berlin, tetapi kemudian meninggalkan
Jerman pada tahun 1934 karena situasi politik saat itu. Dia kemudian bergaul
dengan tokoh-tokoh New School for Social Research di New York City. Pada waktu itu
1910, ketika dia membuat penemuannya yang akhirnya menuntun dirinya untuk
mendirikan aliran psikologi Gestalt.

NEXT
B. Kurt Koffka
Kurt Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph.D
dari University of Berlin pada tahun 1909 dan juga menjadi asisten di Frankfurt.
Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Gressen dan mengajar di sana sampai tahun
1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Growt Of The Main : An Introduction To Child
Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psychological
Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca Amerika Serikat. Tahun
1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith College dan
mempublikasikan “Principles Of Gestalt Psychology”.
Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian sistematis dan pengalaman dari
prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan
pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.

NEXT
C. Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia
menerima gelar Ph.D dan pada tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian
menjadi asisten di Institute Psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan
Max Wertheimer. Tahun 1913 mendapat tugas belajar ke Antrhopoid Station,
Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai tahun 1920.
Pada tahun 1917 ia menulis buku paling terkenalnya “Intelegenzprufungen An
Menschenaffen” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun
1925 dengan judul The Mentality of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua
dan direktur laboratorium psikologi di University of Berlin dan tinggal di sana sampai
pensiun.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur
stasiun“Anthrophoid” dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, dimana pernah
melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera.

BACK
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT GESTALT
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar,
terjadi reorganisasi dalam persepsinya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat
memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
Aplikasi teori gestalt dalam proses pembalajaran antara lain:

a. Pengalaman tilikan(insight);bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam


perilaku.Dalam proses pembelajaran,hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsure-unsur dalam suatu obyek
atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);kebermaknaan unsure-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.Makin
jelas makna hubungan suatu unsure akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.Hal ini
sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,khususnya dalam identifikasi
masalah dalam pengembangan alternative pemecahannya.

NEXT
c. Perilaku bertujuan (pusposif behavior);bahwa perilaku trerarah pada
tujuan.Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus respons tetapi ada
keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai.

d. Prinsip ruang hidup(life space);bahwa perilaku individu memilki keterkaitan


dengan lingkungan dimana ia berada.oleh karna itu,materi yang di ajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupanpesrta didik.

e. Transfer dalam belajar;yaitu pemindahan dalam pola-pola perilaku dalam


situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.menerut pandangan gestalt,teransfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi
dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi
lain dalam tata susunan yang tepat.

BACK
APLIKASI PEMIKIRAN GESTALT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Prinsip – prinsip belajar menurut teori Gestalt


a. Belajar berdasarkan keseluruhan (berusaha menghubungkan satu pelajaran dengan
pelajaran yang lain) bahkan pelajaran tak dianggap terpisah tapi merupakan kesatuaan.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan (anak baru dapat mempelajari atau
merencanakan bila telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu.
c. Anak didik sebagai organismekeseluruhan (anak belajar bukan hanya intelektual saja
tapi juga emosional dan jasmaniahnya)
d. Terjadi transfer (kemampuan yang telah dikuasai dapat dipindahkan/dipakai untuk
menguasai kemampuan yang lain, seperti MTK untuk berdagang, dan lain-lain.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman, (belajar itu timbul bila seseorang menemukan
situasi/soal baru dalam hidup, disiu akan menggunakan semua pengalaman ang telah
dimilikinya/analisis reorganisasi pengalamannya.
f. Belajar harus dengan Insight( yakni pengertian tentang sangkut paut dan hubungan –
hubungan tertentu.
g.Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan.
h. Belajar berlangsung terus – menerus memperoleh tv baik formal maupun informal.

BACK
C. IVAN PETROVICH PAVLOV

PEMIKIRAN
BIOGRAFI PAVLOV DALAM
PAVLOV PEMBELAJARA
N MATEMATIKA

PSIKOLOGI
PEMBELAJARA
N MENURUT
PAVLOV

NEXT
BIOGRAFI PAVLOV

Ivan Petrovich Pavlov lahir di Ryazan, Rusia, pada tanggal 26 September 1849, putra
seorang pendeta paroki yang miskin. Dia suka bekerja dengan ayahnya di kebun, dan minat awal pada
tanaman berlangsung seumur hidupnya. Pada usia sembilan atau sepuluh, Pavlov mengalami penurunan
yang mempengaruhi kesehatansehingga pendidikan formalnya tertunda. Ketika ia berusia sebelas
tahun, ia masuk ke kelas dua sekolah gereja di Ryazan. Pada 1864 ia pergi ke Theological Seminary dari
Ryazan, sebuah sekolah pelatihan bagi para pendeta. Di sana ia belajar agama, bahasa klasik, dan
filsafat, dan ia mengembangkan minat dalam sains.
Pada 1870 Pavlov diterima di Universitas St Petersburg (Leningrad) di Rusia. Ia belajar fisiologi hewan
sebagai kuliah mayor dan kimia untuk kuliah minor nya. Di universitas itu ia belajar kimia organik dan
kimia anorganik. Dengan cara ini dia belajar tentang apa yang membentuk kedua
hal anorganik pada tanaman dan hewan. Dia juga belajar teknik-teknik investigasi ilmiah. Penyelidikan
ilmiah dimulai dengan mengajukan pertanyaan; ilmuwan kemudian mengumpulkan informasi tentang
pertanyaan itu dan menciptakan sebuah pernyataan yang mungkin menjelaskan jawaban; akhirnya,
ilmuwan tes jawaban mungkin melalui observasi.
Setelah lulus dari Universitas St Petersburg, Pavlov memasuki Akademi Militer Medis pada 1881. Dia
bekerja di sana sebagai asisten laboratorium selama dua tahun.Pada 1877, saat masih di akademi, ia
menerbitkan karya pertamanya. Ini adalah tentang peraturan peredaran darah dengan refleks (tidak
sadar atau tak sadar ada tindakan dari tubuh). Dua tahun kemudian ia menyelesaikan kuliahnya di
akademi. Dia berhasil bersaing dalam ujian yang diberikan kepada seluruh sekolah. Dengan
memenangkan kompetisi ini, Pavlov diberi beasiswa untuk melanjutkan studi pascasarjana di akademi.

BACK
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT PAVLOV

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan


teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya
hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-
ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada
atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang
dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan
behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia
bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran
mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat
sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di
inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang
(anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia.
Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda
dengan binatang.

NEXT
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:

a. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui


kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan

b. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral


dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah
stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa
makanan.

c. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara


otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur

d. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan
bunyi bel dengan makanan NEXT
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-
refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning
process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan
rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan
demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar
(unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan
refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air
liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.
Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.

NEXT
b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun

Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu


proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-
syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut
teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yangcontinue (terus-
menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng
terjadi secara otomatis.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan
ekperimental, refleksiologis objektif Pavlov tetap merupakan model
yang luar biasa dan tidak tertandingi.
BACK
APLIKASI PEMIKIRAN PAVLOV DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Saat pembelajaran matematika berlangsung, ketika guru memberikan hadiah


kepada siswa (unconditioning stimulus), siswa secara otomatis akan senang/
bersemangat (unconditioning respons) . Ketika guru memberikan tugas
matematika kepada siswa, sebagian besar siswa kurang bersemangat.
Akan tetapi, saat itu guru menjanjikan akan memberi hadiah (Unconditioning
Stimulus) kepada siswa yang berhasil mengerjakan matematika dengan baik
(Conditioning Stimulus), sehingga siswa bersemangat mengerjakan tugas
tersebut (Unconditioning Respon). Setelah lama mengajar, guru itu tidak lagi
memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil mengerjakan matematika
dengan baik, akan tetapi, siswa tetap bersemangat (Conditioning respons)
mengerjakan dengan harapan akan mendapat hadiah. Jika guru tidak lagi
memberi hadiah, lama-kelamaan siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan
matematika.

BACK
HAL TERSULIT DALAM PRESENTASI
ADALAH MEMBERIKAN PENJELASAN
YANG MUDAH DIPAHAMI

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai