Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

“ Dimensi Pengetahuan dan Kognitif ( Dimensi Kognitif, Tabel Taksonomi Bloom)”

DOSEN PENGAMPU

Dr. Hilarius Jago Duda, S.si, M.pd

DISUSUN OLEH:

Florensiana Dara ( 1814051423 )

Iis Ismawati

Maria Marini Nani

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSADA KHATULISTIWA SINTANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Dimensi Pengetahuan dan Kognitif ( Dimensi
Kognitif, Tabel Taksonomi Bloom)”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih kepada pak Dr.Hilarius Jago Duda, S. si. M. Pd dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah membimbing dalam menyususn makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.

Sintang, 25 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat ...........................................................................................2
BAB II ISI..............................................................................................3
2.1 Sejarah taksonomi bloom.................................................................3
2.2 Revisi taksonomi bloom...................................................................4
2.3 Alasan taksonomi bloom diubah .....................................................5
2.4 Dimensi pengetahuan.......................................................................6
2.5 Dimensi Proses Kognitif Dalam Revisi Taksonomi Bloom............13
2.6 Kata Kerja Operasional (KKO) Revisi Taksonomi Bloom..............21
BAB III PENUTUP...............................................................................24
3.1 Kesimpulan .....................................................................................24
3.2 Saran ................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
.2 Latar Belakang
Kemajuan hasil belajar siswa dalam sebuah kegiatan pembelajaran fisika dapat
tergambar melalui kegiatan evaluasi yang mana sebagai dasar pengambilan
keputusan terhadap kesuksesan siswa dalam belajar. Permasalahannya adalah
apakah alat evaluasi yang digunakan oleh seorang guru sudah benar atau tidak
dalam mengukur aspek-aspek yang seharusnya diukur. Evaluasi pendidikan
adalah: (1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan; (2) Usaha untuk memperoleh
informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
Dalam proses pembelajaran fisika, penilaian hasil belajar fisika adalah pekerjaan
bertingkat dari pengukuran dan penilaian yang berkaitan dengan: pengukuran
hasil belajar fisika, penilaian hasil belajar fisika, dan penyimpulan hasil belajar
fisika. Perumusan tujuan pendidikan yang jelas dan mudah diukur akan membantu
guru dalam merencanakan kegiatan/aktivitas pembelajaran. Tujuan pembelajaran
berkaitan erat dengan asesmen yang dibuat. Hal inilah yang menjadi perhatian
dalam revisi taksonomi Bloom.
Revisi Taksonomi Bloom menekankan pada penggunaan taksonomi
pendidikan dalam merencanakan kurikulum, pembelajaran, asesmen dan
kesesuaian diantara ketiganya. Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting
mengaplikasikan ini dalam pembelajaran fisika terutama dalam merumuskan
tujuan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa dalam belajar jika ditinjau
dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan terjadinya revisi taksonomi Bloom.
2. Apa saja alasan Taksonomi Bloom direvisi?
3. Apa saja dimensi kognitif dari revisi taksonomi Bloom
4. Apa saja dimensi afektif dari revisi taksonomi Bloom
5. Apa saja dimensi psikomotorik revisi taksonomi Bloom

1
.2 Tujuan
1. Mengetahui penyebeab terjadinya revisi taksonomi Bloom
2. Mengetahui dimensi kognitif dari revisi taksonomi Bloom
3. Mengetahui dimensi afektif dari revisi taksonomi Bloom
4. Mengetahui dimensi psikomotorik revisi taksonomi Bloom
.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu:
1. sebagai bahan referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa biologi
dalam menyusun makalah Telaah Kurikulum.
2. sebagai calon guru harus memahami tentang pentingnya mengetahui
demensi kognitif dan taksonomi bloom revisi dalam pembuatan soal.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan
oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang
melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam
proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford,
Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The
University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for the
Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the
Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA) program pada
University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination
Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia
meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart,
Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan
berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah
struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah
hingga yang tinggi.

3
2.2 Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl
dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.
Revisi Taksonomi Bloom diajukan secara umum untuk lebih melihat ke
depan (ahead of time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas
pendidikan, termasuk pada bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta
bagaimana guru menyiapkan bahan ajar, seluruhnya mengalami perkembangan
yang signifikan bila dibandingkan dengan empat puluh tahun yang lalu.
(Anderson et al., 2001). Fokus utama revisi taksonomi Bloom dimaksudkan pada
daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum, desain instruksional, penilaian
dan gabungan ketiganya. Dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives
(Anderson et.al., 2001), penyusun melengkapi fokus utama ini dengan bab-bab
terkait tiga kepentingan tersebut.
Dua buah perubahan mendasar dalam Revisi Taksonomi Bloom menurut
Anderson adalah:
(1) Revisi Taksonomi Bloom Memfokuskan Pada Aplikasi
Dalam buku ini, menyajikan 11 bab dari 17 bab yang ada untuk membantu
aplikasi revisi taksonomi Bloom dalam tiga bidang utama yaitu penyusunan
kurikulum, instruksi pengajaran, dan assessment. Komitmen pada aplikasi tiga
bidang tersebut selanjutnya mendukung tujuan Revisi Taksonomi Bloom.Revisi
Taksonomi Bloom ditujukan bagi khalayak yang lebih luas terutama untuk
membantu guru pada tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda
dengan ide dasar penyusunan Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom
dan timnya menujukan penyusunan Taksonomi itu dalam rangka mempermudah
penyusunan assessment bagi tingkat perguruan tinggi secara nasional.
(2) Perubahan Terminologi
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih diberikan pada
keenam kategori kognisi. Revisi Taksonomi Bloom lebih menekankan sub-
kategori sehingga lebih spesifik dan mempermudah penyusunan kurikulum,

4
assessment dan instruksi pengajaran. Pembahasan mengenai sub-kategori ini
diungkapkan dalam bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini dipengaruhi oleh
riset progresif di bidang pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam
Taksonomi Bloom yang lama, kategori ‘knowledge’ menjadi kategori utama
tingkat pertama. Revisi taksonomi Bloom “mengeluarkan” kategori ‘knowledge’
ini dari Taksonomi dan menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya,
‘knowledge’ adalah pencapaian kognisi itu sendiri.
Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda
menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari
urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir
analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam
kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin
memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

2.3 Alasan Taksonomi Bloom Diubah


Ada beberapa alasan mengapa buku teks Taksonomi Bloom perlu harus
direvisi, yaitu :
1. Terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada
buku teks, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah melainkan juga sebagai
karya yang dalam banyak hal telaph mendahului zamannya. Hal tersebut
mempunyai arti banyak gagasan dalam buku teks Taksonomi Bloom yang
dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait dengan
masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat,
kurikulum standar dan asesmen autentik.
2. Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan
pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan. Masyarakat dunia telah banyak berubah sejak tahun 1956
perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara berpikir dari praktik
pendidikan. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ini mendukung keharusan
untuk merevisi teks book Taksonomi Bloom.
3. Taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar
untuk mengklarifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah rumusan tujuan
pendidikan seharusnya berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata
5
kerja umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dan kata
bendanya mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh
siswa. Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya kata
benda. Menurut Tyler rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah
rumusan yang menunujukkan jenis perilaku yang akan diajarkan kepada
siswa dan isi pembelajaran yang membuat siswa menunjukkan perilaku
tersebut. Berdasarkan hal tersebut rumusan tujuan pendidikan harus memuat
dua dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis perilaku siswa
dengan menggunakan kata kerja dan dimensi kedua unuk menunjukkan isi
pembelajaran dengan mengggunakan kata benda.
4. Proporsi yang tidak seimbang dalam penggunaan taksonomi pendidikan
untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan
taksonomi pendidikan untuk asassmen. Pada taksonomi Bloom lebih
memfokuskan penggunaan taksonomi pada asesmen.
5. Pada kerangka berpikir taksonommi karya Benjamin Bloom lebih
menekankan enam kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan eveluasi) daripada sub-kategirinya. Taksonomi Bloom
menjelaskan keenam kategori tersebut secara mendetail, namun kurang
menjabarkan pada sub ktegorinya sehingga sebagian orang akan lupa
dengan sub kategori Taksonomi Bloom.
6. Ketidakseimbangan proporsi sukategori dari Taksonomi Bloom. Kategori
pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori namun empat
kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori.
7. Taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen padahal
dalam dunia pendidikan tidak hanya dosen yang betperan untuk
merencanakan kurikulum, pembelajaran dan penilaian. Oleh sebab itu
dibutuhkan sebuah revisi taksonomi yang dapat lebih luas menjangkau
seluruh dunia pendidikan.
2.4 Dimensi Pengetahuan
Ada empat macam pengetahuan, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis
pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang sifatnya

6
konkret (faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam taksonomi yang
lama, pengetahuan metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan
yang juga harus dipelajari siswa.
a. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah
atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun
faktual, yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) dan
pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details
and element).
1. Pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology):
mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat
verbal maupun non verbal. Setiap disiplin ilmu biasanya mempunyai banyak
sekali terminologi yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Beberapa contoh
pengetahuan tentang terminologi: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan
tentang istilah ilmiah, dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.
2. Pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of
specific details and element): mencakup pengetahuan tentang kejadian,
orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik. Beberapa
contoh pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur, misalnya
pengetahuan tentang nama tempat dan waktu kejadian, pengetahuan tentang
produk suatu negara, dan pengetahuan tentang sumber informasi. Karena
fakta sangat banyak jumlahnya, pendidik perlu memilih dan memilah fakta
mana yang sangat penting dan fakta mana yang kurang penting.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar
dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersamasama.
Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang
implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu
pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.

7
1. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan
tentang kategori, kelas, bagian, atau susunan yang berlaku dalam suatu
bidang ilmu tertentu. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori
merupakan pengetahuan yang sangat penting sebab pengetahaun ini juga
menjadi dasar bagi siswa dalam mengkelasifikasikan informasi dan
pengetahuan. Tanpa kemampuan melakukan kelasifikasi dan kategorisasi
yang baik siswa akan kesulitan dalam belajar. Beberapa contoh pengetahuan
tentang kelasifikasi dan kategori: pengetahuan tentang bagian-bagian
kalimat, pengetahuan tentang masa geologi, dan pengetahuan tentang
pengelompokan tumbuhan.
2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi hasil
observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip
dan generalisasi merupakan abstraksi dari sejumlah fakta, kejadian, dan
saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Prinsip dan generalisasi biasanya
cenderung sulit untuk dipahami siswa apabila siswa belum sepenuhnya
menguasai fenomenafenomena yang merupakan bentuk yang “teramati” dari
suatu prinsip atau generalisasi. Beberapa contoh pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi: pengetahuan tentang hukum Mendel, pengetahuan
tentang seleksi alamiah, dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar.
3. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi dan saling keterkaitan antara keduanya yang
menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur merupakan jenis
pengetahuan yang sangat abstrak dan rumit. Beberapa contoh pengetahuan
tentang teori, model, dan struktur: pengetahuan tentang teori evolusi,
pengetahuan tentang model DNA, dan pengetahuan tentang model atom.
c. Pengetahuan Procedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat
rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-
langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
1. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan
suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang algoritme: mencakup

8
pengetahuan tentang keterampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja
dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritme yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa contoh pengetahuan yang
termasuk hal ini, misalnya: pengetahuan tentang keterampilan menimbang,
pengetahuan mengukur suhu air yang dididihkan dalam beker gelas, dan
pengetahuan tentang memipet.
2. Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan
suatu bidang tertentu: mencakup pengetahuan yang pada umumnya
merupakan hasil konsensus, perjanjian, atau aturan yang berlaku dalam
disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang teknik dan metode lebih
mencerminkan bagaimana ilmuwan dalam bidang tersebut berpikir dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini
misalnya, pengetahuan tentang metode penelitian yang sesuai untuk suatu
permasalahan sosial dan pengetahuan tentang metode ilmiah.
3. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur
tepat untuk digunakan: mencakup pengetahuan tentang kapan suatu
teknik, strategi, atau metode harus digunakan. Siswa dituntut bukan hanya
tahu sejumlah teknik atau metode tetapi juga dapat mempertimbangkan
teknik atau metode tertentu yang sebaiknya digunakan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu. Beberapa
contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan jenis-jenis tulisan, pengetahuan tentang kriteria pemilihan
rumus yang sesuai untuk memecahkan masalah, dan pengetahuan memilih
metode statistika yang sesuai untuk mengolah data.
d. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan
bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan
pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa
mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.
1. Pengetahuan strategik: mencakup pengetahuan tentang strategi umum
untuk belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Pengetahuan jenis

9
ini dapat digunakan bukan hanya dalam suatu bidang tertentu tetapi juga
dalam bidangbidang yang lain. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini
misalnya: pengetahuan bahwa mengulang-ulang informasi merupakan salah
satu cara untuk mengingat, dan pengetahuan tentang strategi perencanaan
untuk mencapai tujuan.
2. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya
pengetahuan tentang konteks dan kondisi yang sesuai: mencakup
pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas tertentu serta pemilihan strategi kognitif yang sesuai
dalam situasi dan kondisi tertentu. Beberapa contoh pengetahaun jenis ini
misalnya: pengetahuan bahwa buku pengetahuan lebih sulit dipahami dari
pada buku populer dan pengetahuan bahwa meringkas dbisa digunakan
untuk meningkatkan pemahaman.
3. Pengetahuan tentang diri sendiri: mencakup pengetahuan tentang
kelemahan dan kemampuan diri sendiri dalam belajar. Salah satu syarat agar
siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri adalah kemampuannya untuk
mengetahui dimana kelebihan dan kekurangan serta bagaimana mengatasi
kekurangan tersebut. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya:
pengetahuan bahwa seseorang yang ahli dalam suatu bidang belum tentu
ahli dalam bidang lain, pengetahuan tentang tujuan yang ingin dicapai dan
pengetahuan etntang kemampuan yang dimiliki dalam mengerjakan suatu
tugas.

10
Jenis-jenis pengetahuan yang ada dalam SK dan KD yang dirumuskan
No Jenis Pengetahuan Contoh
.
1. Pengetahuan Faktual - Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha
a. Pengetahuan tentang Terminologi (Aa) pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ.
melingkupi pengetahuan tentang label dan - simbol hambatan jenis adalah ρ dan satuannya adalah ohm meter (Ωm)
simbol verbal dan nonverbal (misalnya - simbol luas penampang kawat adalah A dan satuannya adalah meter kuadrat (m2)
kata, angka, tanda, dan gambar - George Simon Ohm ahli fisika berkebangsaan Jerman pada tahun 1826
b. Pengetahuan tentang detail-detail dan menyelidiki tentang hubungan kuat arus dan beda potensial dimana V ~ I
elemen-elemen yang spesifik (Ab)
merupakan pengetahuan tentang peristiwa,
lokasi, orang, tanggal, sumber informasi,
dan semacamnya

2. Pengetahuan Konseptual - Beda potensial (V) sebanding dengan kuat arus (I)
Pengetahuan konseptual mencakup V
R=
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori - Hukum Ohm I

(Ba), Pengetahuan tentang prinsip dan - Hukum Mendel 1 = hukum pemisahan gen atau hukum segresi yang menyatakan
generalisasi (Bb) dan Pengetahuan tentang bahwa satu dari dua alel gen akan memisahkan diri pada saat proses pembentukan
teori, model dan struktur (Bc) gamet keturunan.
l
R= ρ
- A
11
No Jenis Pengetahuan Contoh
.
- Perilangan dihibrid berdasarkan hukum assortasi menghasilkan rasio keturunan
9 : 3 : 3 : 1.
3. Pengetahuan Prosedural Contoh pengetahuan prosedural pada materi sel adalah:
Jenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan - langkah-langkah dalam mencari perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan melalui
tentang Pengetahuan tentang keterampilan percobaan
khusus yang berhubungan dengan suatu bidang
tertentu dan pengetahuan tentang algoritme
(Ca), Pengetahuan tentang teknik dan metode
yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu
(Cb), dan Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk
digunakan(Cc),
4. Pengetahuan Metakognitif Pengetahuan Metakognitif. Guru ingin tahu kapan harus menggunakan strategi
mnemonic untuk menghafal nama hukum, rumus, dan bagian lainnya.

12
.5 Dimensi Proses Kognitif Dalam Revisi Taksonomi Bloom
Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang lama,
hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai
membuat (create).Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang baru secara
umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses
kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru
lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi
tidak mutlak disyaratkan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Berikut ini
merupakan perbedaan piramida taksonomi bloom sebelum revisi dan sesudah revisi.

A. Menghafal (Remember) C1
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.
Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas
mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan
bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
1. Mengenali (Recognizing): mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi
yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang identik atau sama dengan informasi
yang baru. Bentuk tes yang meminta siswa menentukan betul atau salah, menjodohkan, dan
pilihan berganda merupakan tes yang sesuai untuk mengukur kemampuan mengenali.
Istilah lain untuk mengenali adalah mengidentifikasi (identifying).
Contoh soal:

13
Alat untuk mengukur tekanan darah adalah ....

A. Higrometer
B. Tensimeter
C. Kalorimeter
D. Mikrometer

2. Mengingat (Recalling): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk melakukan hal tersebut. Tanda di sini
seringkali berupa pertanyaan. Istilah lain untuk mengingat adalah menarik (retrieving).
Contoh soal:

Siapakah penemu bola lampu listrik?

A. James Watt
B. Alexander G. Bell
C. Thomas A. Edison
D. George T. Phillips

B. Memahami (Understand) C2
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,
mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam
pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual
merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif:
menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan
(classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan
(comparing), dan menjelaskan (explaining).
1. Menafsirkan (interpreting): mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi
yang lainnya, misalnya dari dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari
kata-kata ke angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya
meringkas atau membuat parafrase. Informasi yang disajikan dalam tes haruslah “baru”
sehingga dengan mengingat saja siswa tidak akan bisa menjawab soal yang diberikan.
Istilah lain untuk menafsirkan adalah mengklarifikasi (clarifying), memparafrase
(paraphrasing), menerjemahkan (translating), dan menyajikan kembali (representing).
Contoh soal:
Seorang ibu rumah tangga mengelola pengeluaran bulanannya yang berjumlah

14
Rp 1.200.000 sebagai berikut:

No Jenis pengeluaran Jumlah


1 Belanja dapur Rp 600.000
2 Sewa rumah Rp 300.000
3 Ongkos Rp 150.000
4 Listrik + gas Rp 100.000
5 Tabungan + lain-lain Rp 50.000
Buatlah pengeluaran ibu tersebut dalam bentuk diagram lingkaran

2. Memberikan contoh (exemplifying): memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip
yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas
suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh. Istilah
lain untuk memberikan contoh adalah memberikan ilustrasi (illustrating) dan
mencontohkan (instantiating).
Contoh soal
Manakah dari benda-benda berikut yang tidak mengandung bahan organik?

A. Daun yang mati


B. Darah
C. Besi
D. Jamur
E. Ranting pohon
3. Mengkelasifikasikan (classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena)
masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah
mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. Istilah lain untuk
mengkelasifikasikan adalah mengkategorisasikan (categorising).
Contoh soal
Manakah dari benda-benda berikut yang tidak mengandung bahan organik?

a. Daun yang mati


b. Darah
c. Besi
d. Jamur
e. Ranting pohon
4. Meringkas (summarising): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi
atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih

15
inti dari suatu informasi dan meringkasnya. Istilah lain untuk meringkas adalah membuat
generalisasi (generalising) dan mengabstraksi (abstracting).
Contoh soal:
Istilah asing yang digunakan dalam pelajaran biologi bukanlah sekedar kata-kata yang
berfungsi sebagai alat komunikasi yang fungsinya dapat digantikan dengan kata-kata lain.
Istilah-istilah dalam pelajaran biologi merupakan label untuk suatu konsep sehingga sulit
untuk langsung diindonesiakan atau diganti dengan kata lain. Sebagai contoh,
pengindonesiaan kata “chlorophyll” menjadi “klorofil” secara konsep sesungguhnya tidak
akurat. Kata “chlorophyll” (chloro = pigmen warna hijau; phyll = daun) secara konsep
menjadi hilang maknanya apabila diganti menjadi klorofil sebab dalam bahasa Indonesia
tidak dikenal akar kata “kloro” maupun “fil”.
Pernyataan manakah yang merupakan inti paragraf di atas?
A. Dalam pelajaran biologi banyak istilah-istilah asing.
B. Istilah asing dalam pelajaran biologi banyak yang diindonsiakan
C. Istilah asing dalam pelajaran biologi merupakan penunjuk konsep.
D. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal istilah asing
E. Kata klorofil tidak berasal dari bahasa Indonesia.

5. Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta.
Untuk dapat melakukan inferensi siswa harus terlebih dapat menarik abstraksi suatu
konsep/prinsip berdasarkan sejumlah contoh yang ada. Istilah lain untuk menarik inferensi
adalah mengekstrapolasi (extrapolating), menginterpolasi (interpolating), memprediksi
(predicting), dan menarik kesimpulan (concluding).
Contoh soal:

Tanggal Matahari Bulan


No terbit terbit
1 1 Mei 05:34 17:53
2 2 Mei 05:34 18:43
3 3 Mei 05:35 19:33
4 4 Mei 05:35
5 5 Mei 05:36

16
6 6 Mei 05:36 21:53
7 7 Mei 05:35 22:43

Pada pukul berapakah bulan terbit pada tanggal 5 Mei?

A. 10: 23

B. 20: 33

C. 21: 03

D. 21: 33

E. 21: 43

6. Membandingkan (comparing): mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua


objek, ide, ataupun situasi. Membandingkan mencakup juga menemukan kaitan antara
unsur-unsur satu objek atau keadaan dengan unsur yang dimiliki objek atau keadaan lain.
Istilah lain untuk membandingkan adalah mengkontraskan (contrasting), mencocokkan
(matching), dan memetakan (mapping).
Contoh soal
Manakah dari pernyataan berikut yang bisa menggambarkan kejadian gerhana bulan?
A. Ditelannya bulan oleh raksasa
B. Habisnya batu baterai pada senter
C. Tertutupinya batu oleh bayangan pohon besar
D. Terhalangnya bintang oleh awan
E. Teduhnya bumi karena awan

7. Menjelaskan (explaining): mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam


suatu system. Termasuk dalam menjelaskan adalah menggunakan model tersebut untuk
mengetahui apa yang terjadi apabila salah satu bagian sistem tersebut diubah. Istilah lain
untuk menjelaskan adalah mengkonstruksi model (constructing a model).
Contoh soal:
Mengapa batu baterai yang digunakan untuk menyalakan 2 buah lampu dengan rangkaian
paralel lebih cepat “habis” dibandingkan apabila digunakan rangkaian seri?
a. Rangkaian paralel lebih boros daripada rangkaian seri

17
b. Energi yang dipakai pada rangkaian paralel lebih banyak
c. Rangkaian paralel tidak cocok untuk batu baterai
d. Hambatan pada rangkaian seri lebih kecil
e. Rangkaian seri memerlukan kabl yang lebih pendek
C. Mengaplikasikan (Applying) C3
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan
prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan
prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan
(executing) dan mengimplementasikan (implementing).
1. Menjalankan (executing): menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari
sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan
tertentu. Apabila langkah-langkah tersebut benar, maka hasilnya sudah tertentu pula. Istilah
lain untuk menjalankan adalah melakukan (carrying out).
Contoh soal
• Berapa macamkah gamet yang dihasilkan dari hasil persilangan dengan 8 sifat beda?
• Berapa literkah isi sebuah drum dengan tinggi 1 m dan diameter 25 cm?
2. Mengimplementasikan (implementing): memilih dan menggunakan prosedur yang
sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru. Karena diperlukan kemampuan memilih,
siswa dituntut untuk memiliki pemahaman tentang permasalahan yang akan dipecahkannya
dan juga prosedur-prosedur yang mungkin digunakannya. Apabila prosedur yang tersedia
ternyata tidak tepat benar, siswa dituntut untuk bisa memodifikasinya sesuai keadaan yang
dihadapi. Istilah lain untuk mengimplementasikan adalah menggunakan (using).
Contoh soal:

Seorang petani mempunyai sebidang tanah dengan bentuk kurang lebih sebagai
berikut:

30 m

15 m 7m

18
20 m

Berapakah luas tanah tersebut?

D. Menganalisis (Analyzing) C4
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga
macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating),
mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
1. Membedakan (differentiating): membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu
struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya. Oleh karena itu membedakan
(differentiating) berbeda dari membandingkan (comparing). Membedakan menuntut
adanya kemampuan untuk menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan
terkait dengan struktur yang lebih besar. Misalnya, apabila seseorang diminta membedakan
antara apel dan jeruk, faktor warna, bentuk dan ukuran bukanlah ciri yang esensial. Namun
apabila yang diminta adalah membandingkan hal-hal tersebut bisa dijadikan pembeda.
Istilah lain untuk membedakan adalah memilih (selecting), membedakan (distinguishing)
dan memfokuskan (focusing).
Contoh soal:
Beberapa kali di televisi diberitakan ada tumbuhan aneh, misalnya pisang yang tandannya
muncul langsung dari tanah, nanas berbuah 15, ataupun kelapa bercabang tiga. Masyarakat
menanggapi kejadian ini dengan berbagai pendapat, ada yang menyebutnya sebagai
tumbuhan “keramat” namun ada juga yang menganggapnya sebagai keanehan yang
“biasa”.

2. Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali


bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur
yang padu.
Contoh: menganalisis keseimbangan dinamis suatu ekosistem.
3. Menemukan pesan tersirat (attributting): menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan
dari suatu bentuk komunikasi.

19
Contoh: menganalisis mengapa seseorang menulis di surat kabar bahwa hutan di Jawa
Barat masih cukup luas.
E. Mengevaluasi C5
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan
mengritik (critiquing).
1. Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan
kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: Memeriksa
apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.
2. Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya,
berdasarkan kriteria eksternal.
Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan
hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).

F. Mencipta (create) C6
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),
merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
1. Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai
kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh:
merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan
pengamatan di lapangan.
2. Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan
masalah.. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
3. Memproduksi (producing): membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana
untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan
digunakan untuk melakukan percobaan.

20
2.6 Kata Kerja Operasional (Kko) Revisi Taksonomi Bloom

1. Ranah Kognitif
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
(remember) (Understad) Apply) (Analyze) (Evaluate) (Create)
Mengutip Memperkirakan Mengaskan Memecahkan Membandingkan Mengumpulkan
Menebitkan Menceritajan Menentukan Menegaskan Menilai Mengatur
Menjelaskan Merinci Menerapkan Meganalisis Mengarahkan Erancang
Memasagkan Megubah Memodifikasi Menimpulkan Mengukur Membuat
Membaca Memperluas Membangun Menjelajah Meangkum Merearasi
Menamai Menjabarkan Mencegah Mengaitkan Mendukung Memperjelas
Meninjau Mnconthkan Melatih Mentransfer Memilih Mengarang
Mentabulasi Mengemukakan Menyelidiki Mengedit Memproyeksikan Menyususn
Memberi kode Menggali Memproses Menemukan Mengkritik Mengode
Menulis Mengubah Memecahkan Menyeleksi Mengarahkan Mengkombinasikan
Menytakan Menghitung Melakukan Mengoreksi Memutukan Memfasilitasi
Menunjukkan Menguraikan Mensimulasikan Mendeteksi Memisahkan Mengkonstruksi
Mendaftar Mempertahankan Mengurutkan Menelaah Menimbang Merumuskan
Menggambar Mngartikan Membiasakan Mengukur Menghubungkan
Membilang Menerangkan Mengklasifikasi Membangunkan Menciptakan
Mengidentifikas Menafsirkan Menyesuaikan Merasionalkan Menampilkan
i Memprediksi Menjalankan Mendiagnosis
Menghafal Melaporkan Mengoperasikan Memfokuskan
Mencatat Membedakan Meramalkan Memadukan
Meniru

21
2. Ranah Afektif

A1 A2 A3 A4 A5
Menerima Merespon Menghargai Mngorganisaika Karakterisasi
n Menurut Nilai
Mengikuti Menyenangi Mengsumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Menyambut Meykinkan Menata Mengubah
Mematuhi Mendukung Memperjelas Membangun perilaku
Meminati Maporkan Menekankan Membentuk Berakhlak mulia
Memilih Menyumbang pendapat Melayani
Menampilkan Mengimani Memadukan Membuktikan
Menyetujui Mengelola Memecahkan
Mengatakan Merembuk
Menegoisasi

3. Ranah Psikomotorik

P1 P2 P3 P4 P5
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti Membangun Melengapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Melakukan Menyempurnakan Menggabungkan Mengelola
Mengulangi Melaksanakan Mengkalibrasi Beradaptasi
Mematuhi Menerapkan   Mengendalikan Memodifikasi
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan M Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk

22
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjelaskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menskestsa
Membersihkan Memanipulasi Mengemas Mendengarkan
Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur erumuskan

BAB III
PENUTUP
4. Kesimpulan
5. Revisi Taksonomi Bloom diajukan secara umum untuk lebih melihat ke depan (ahead of
time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada
bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru menyiapkan bahan
ajar, seluruhnya mengalami perkembangan yang signifikan bila dibandingkan dengan
empat puluh tahun yang lalu.
6. Alasan Taksonomi Bloom direvisi Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-
pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan.

23
7. Dimensi pertama dari revisi taksonomi Bloom adalah Dimensi proses kognitif yang terdiri
dari 6 (enam) dimensi proses yaitu mengingat (remember), memahami (understand),
mengaplikasikan (applicating), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating) dan
mencipta (create). Kategori yang pertama menekankan retensi sedangka kategori kelima
yang lain lebih menekankan transfer.
8. Dimensi kedua dari revisi taksonomi Bloom adalah Dimensi proses afektif yang terdiri dari
Menerima, Merespon, Menghargai, Mengorganisaikan dan Karakterisasi Menurut Nilai.
9. Dimensi ketiga dari revisi taksonomi Bloom adalah Dimensi proses psikomotorik yang
terdiri Meniru, Manipulasi, Presisi, Artikulasi dan Naturalisasi
.2 Saran
Dimensi Pengetahuan dan Kognitif ( Dimensi Kognitif, Tabel Taksonomi Bloom) merupakan hal
terpenting yang harus dipahami seorang calon guru. Oleh karena itu penting bagi pembaca untuk
memperluas wawasan dengan belajar dari berbagai sumber bacaan terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta..

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, 2010, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Bloom. Pustaka Belajar, Yogyakarta
Fatmawati Sri.2014. Perumusan Tujuan Pembelajaran dan Soal Kognitif Berorientasi pada
Revisi Taksanomi Bloom dalam Pembelajaran Fisika. Volume 1 nomor 2.Palangka Raya.
Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik. 3(2),
18-29.UPI
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy
of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook 1
Cognitive Domain. New York: David McKay.

24
Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 4(2), 61-69.

Krathwohl, D. R. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice,


41(4), 212-218.

Pintrich, P. R. (2002). The role of metacognitive knowledge in learning, teaching, and assessing.
Theory into Practice, 41(4), 219-225.

25

Anda mungkin juga menyukai