Dosen Pengampu:
Kelompok 3:
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemudahan-Nya terhadap penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Pembelajaran PKn MI/SD yang berjudul “Taksonomi Bloom”.
Keberhasilan penulisan makalah ini, tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung, yang telah menyelenggarakan pendidikan hingga mampu
menghasilkan lulusan yang profesional dan inovatif.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, yang
telah memimpin dan menyelenggarakan pendidikan.
3. Dr. Adi Wijayanto, S.Or., S.Kom., M.Pd., AIFO., selaku Kepala Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan
jurusan.
4. Diana Lutfiana Ulfa, S.Pd.I., M.Pd., selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu proses pembelajaran, khususnya
dalam mata kuliah Pembelajaran PKn MI/SD.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
PENUTUP .............................................................................................................................. 12
Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal di Indonesia ditetapkan secara berjenjang, yang dimulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU Sisdiknas, 2003).
Masing-masing jenjang pendidikan tersebut didasarkan pada tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan pendidikan yang ingin dicapai, dan kemampuan apa yang ingin
dikembangkan. Proses pendidikan yang bermutu dan berkualitas tersebut akan tercapai
manakala terjadi hubungan yang sinergis antara seluruh komponen yang terlibat dalam
proses pendidikan. Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut
ciri-ciri tertentu.
Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan
instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau
sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain),
yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada
kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem
nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik
atau penggunaan otot kerangka). Saat ini dikenal berbagai macam taksonomi tujuan
instruksional yang diberi nama menurut penciptanya, misalnya: Bloom; Merill dan
Gagne (kognitif); Krathwohl, Martin & Briggs, dan Gagne (afektif); dan Dave,
Simpson dan Gagne (psikomotor).
Satu hal yang penting dalam taksonomi dengan adanya hierarki yang dimulai
dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata
lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan
pada jenjang di bawahnya. Penting pula diingat bahwa tidak terdapat batas yang jelas
antara ranah yang satu dengan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Taksonomi Bloom?
2. Bagaimana dimensi pengetahuan dalam Taksonomi Bloom?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari Taksonomi Bloom.
2. Untuk mengetahui dimensi dalam Taksonomi Bloom.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
penalaran, penghayatan dan pengamalan. 1 Dalam memahami bagaimana teori
Benjamin S. Bloom terkait domain pendidikan yang harus diperkuat dalam
pengembangan potensi peserta didik, dapat dipahami bahwa masing-masing domain
tersebut memiliki kerangka pengembangan yang tersusun hirarkissistemik.2
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S.
Bloom, bersama dengan tim pengembangnya. Pada tahun 1956, terciptalah karya
“Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain”, dan kemudian pada
tahun 1964 membuat karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective
Domain”, dan selanjutnya Bloom membuat buku yang berjudul “Handbook on
Formative and Summatie Evaluation of Student Learning” pada tahun 1971 serta
karyanya yang lain “Developing Talent in Young People” (1985).
Dalam kaitannya dengan aspek kognitif peserta didik, Nana Sudjana
mengemukakan bahwa aspek kognitif terbangun atas beberapa aspek yang dalam
hal ini adalah:
a. Pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah kemampuan peserta
didik untuk mengenal, mengingat, dan semacamnya suatu konsep atau fakta
yang dipelajarinya.
b. Pemahaman. Yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan peserta
didik dalam memahami suatu konsep atau fakta tanpa harus menghubungkan
dengan hal-hal lain dari konsep atau fakta tersebut.
c. Penerapan. Yang dimaksud dengan penerapan adalah kemampuan peserta didik
dalam menerapkan seperangkat konsep atau fakta yang dipahaminya dalam
situasi yang nyata dan konkret.
d. Analisis. Yang dimaksud dengan analisis adalah kemampuan peserta didik
dalam menguraikan suatu konsep atau fakta dengan mengacu pada suatu analisis
secara komprehensif dan holistis.
e. Sintesis. Yang dimaksud dengan sintesis adalah kemampuan peserta didik dalam
menyatukan berbagai komponen dari suatu konsep atau fakta ke dalam suatu
relasi sintesis yang saling menguatkan satu sama lain. Evaluasi. Yang dimaksud
1
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), h. 32.
2
Siti Riadil Jannah, Pengembangan Potensi Peserta Didik: Perspektif Domain Pendidikan Banjamin S. Bloom, Vol.
3 No. 1, Jurnal Pengembangan Potensi, 2022, Hlm. 22
3
dengan evaluasi adalah kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi suatu
konsep atau fakta berdasarkan barometer atau kriteria tertentu.3
Dalam kaitannya dengan aspek psikomotor peserta didik, Djemari Mardapi
mengemukakan bahwa aspek psikomotor terbangun atas beberapa aspek yang
dalam hal ini adalah:
a. Gerakan refleks. Yang dimaksud dengan gerak refleks adalah kemampuan
peserta didik dalam melakukan gerakan yang tidak direncanakan sebelumnya
sebagai respon atas suatu stimulus yang datang tanpa diduga sebelumnya.
b. Gerakan dasar. Yang dimaksud dengan gerakan dasar adalah kemampuan
peserta didik dalam melakukan gerakan yang mengarah pada keterampilan
komplek yang khusus.
c. Kemampuan perseptual. Yang dimaksud dengan kemampuan perseptual adalah
kemampuan peserta didik dalam mengkombinasikan antara kemampuan
kognitif dan gerak.
d. Gerakan fisik. Yang dimaksud dengan gerakan fisik adalah kemampuan peserta
didik dalam mengembangkan gerakan terampil.
e. Gerakan terampil. Yang dimaksud dengan gerakan terampil adalah kemampuan
peserta didik dalam membuat gerakan yang harus didahului dengan latihan
terlebih dahulu seperti gerakan yang berkaitan dengan olah raga dan
semacamnya.
f. Komunikasi nondiskursif. Yang dimaksud dengan komunikasi nondiskursif
adalah kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan menggunakan
gerakan sebagai alat untuk berkomunikasi.4
Dalam kaitannya dengan aspek afektif peserta didik, Isa Anshori
menggambarkan bahwa ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan terbangun
secara hierarkis yang dalam hal ini adalah:
a. Penerimaan. Yang dimaksud dengan penerimaan adalah kepekaan peserta didik
dalam menerima berbagai stimulus dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses
tersebut, peserta didik aktif untuk memahami dan menyeleksi berbagai stimulus
yang datang. Jawaban. Yang dimaksud dengan jawaban adalah reaksi yang
3
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 22
4
Djemari Mardapi, Penyusunan Tes Hasil Belajar, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2004), h. 143
4
ditunjukkan peserta didik terkait dengan berbagai stimulus yang datang, apakah
diterima atau ditolak.
5
Isa Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, (Sukoharjo: Muhammadiyah University Press, 2009), h. 39
5
pengetahuan dan proses-proses kognitif yang spesifik) dan penggunaan sub-
subkategori itu dalam menganalisis sketsa pembelajaran-vinyetnya
6
prosedural, memahami pengetahuan yang bersifat konseptual atau metakognitif, atau
menganalisis pengetahuan metakognitif atau faktual.6
Dimensi pengetahuan berisikan 4 kategori : Faktual, Konseptual, Prosedural,
dan Metakognitif. Kategori-kategori ini dianggap merupakan kontinum dari yang
konkret (faktual) sampai yang abstrak (metakognitif). Kategori Konseptual dan
Prosedural mempunyai tingkat keabstrakan yang berurutan, misalnya pengetahuan
prosedural lebih konkret ketimbang pengetahuan konseptual yang abstrak.7 Perubahan
pengetahuan dalam taksonomi Bloom menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi
pengetahuan dalam taksonomi revisi. Pengetahuan tetap dipertahankan dalam
taksonomi revisi namun berubah menjadi dimensi tersendiri karena diasumsikan bahwa
setiap kategori-kategori dalam taksonomi membutuhkan pengetahuan sebagai apa yang
harus dipelajari oleh siswa.8 Dalam dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori
pengetahuan. Tiga jenis pertama dalam taksonomi revisi ini mencakup semua jenis
pengetahuan yang terdapat dalam taksonomi Bloom, namun mengganti sebagian nama
jenisnya dan mengubah sebagian subjenisnya ke dalam kategori-kategori yang lebih
umum. Sementara kategori keempat, yaitu pengetahuan metakognitif dan subjenisnya
semuanya baru.
1. Pengetahuan Faktual
Meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para pakar dalam
menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu mereka.
Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa
jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah
dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis
yaitu: pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang detail-detail
dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi melingkupi
pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda,
gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal
maupun nonverbal, yang merujuk pada makna-makna tertentu. Label dan
6
Ina Magdalena dkk, Jurnal Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan, Volume 2, Nomor 1, Juni 2020,
Jurnal Edukasi dan Sains, hal. 136
7
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Pustaka Belajar 2010, hal.
06
8
Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi, Jurnal Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif : Kerangka
Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. Vol. 2 No. 2, Jurnal Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran, Hal. 105
7
simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin ilmu. Contoh-contoh
penggunaan pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan tentang alfabet,
pengetahuan tentang angka-angka Romawi, pengetahuan tentang kosakata
dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta.
8
dengan kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut disebut
dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh
semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip
dan generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu
dan digunakan untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut.
Prinsip dan generalisasi merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik,
mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa,
dan menggambarkan proses dan interelasi di antara klasifikasi dan kategori.
Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi antara lain
pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam kebudayaan-kebudayaan
suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-hukum geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan
tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam
disiplin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan
memprediksi fenomena. Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
antara lain pengetahuan tentang interelasi antara prinsip-prinsip dalam
penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika, pengetahuan tentang
struktur inti pemerintahan kota setempat.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan
sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan,
algoritma, teknik, dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur
(Alexander, dkk., 1991; Anderson, 1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996;
Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan prosedural berkaitan dengan
pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga
subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu;
dan (3) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus
menggunakan prosedur yang tepat.
Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma,
pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah
pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual.
9
Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu, pengetahuan ini
adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan
hasil penyelesaian masalah atau hasil pemikirannya. Pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat,
pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain pengetahuan tentang kriteria
untuk menentukan jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya: eksposisi,
persuasi), pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan metode apa dalam
menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi
revisi. Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi
pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran
penting pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendiri dan kontrol
mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford, dkk.,1999;
Sternberg, 1985; Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri belajar dan
penelitian tentang pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada
metode untuk membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas
pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi
menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang
tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional;
dan (3) pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi
belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini
mencakup pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa
untuk menghafal materi pelajaran, mencari makna teks, atau memahami apa
yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan
bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-
istilah untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan
berbagai teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok
dalam teks. Strategi pengorganisasian adalah membuat garis besar materi
pelajaran, membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan
tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan
10
kondisional. Menurut Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup
pengetahuan bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem
kognitif dan strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan
berpikir, juga memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu
kapan dan mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris,
dkk., 1983).
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
2. Taksonomi bloom memiliki satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua
dimensi. Dimensi pengetahuan berisikan 4 kategori : Faktual, Konseptual, Prosedural,
dan Metakognitif. Kategori-kategori ini dianggap merupakan kontinum dari yang
konkret (faktual) sampai yang abstrak (metakognitif). Perubahan pengetahuan dalam
taksonomi Bloom menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi pengetahuan dalam
taksonomi revisi. Pengetahuan tetap dipertahankan dalam taksonomi revisi namun
berubah menjadi dimensi tersendiri karena diasumsikan bahwa setiap kategori-kategori
dalam taksonomi membutuhkan pengetahuan sebagai apa yang harus dipelajari oleh
siswa. Dalam dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori pengetahuan. Tiga jenis
pertama dalam taksonomi revisi ini mencakup semua jenis pengetahuan yang terdapat
dalam taksonomi Bloom, namun mengganti sebagian nama jenisnya dan mengubah
sebagian subjenisnya ke dalam kategori-kategori yang lebih umum. Sementara kategori
keempat, yaitu pengetahuan metakognitif dan subjenisnya semuanya baru.
12
DAFTAR PUSTAKA
13