Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TAKSONOMI BLOOM

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. (Cand) Raden Sumiadi, M. Pd

Disusun Oleh: Kelompok 6

1. Husnul Hatimah (21862063159)


2. Julhadi (21862063210)
3. Dian Sri Rahmayani (21862063373)
4. Abdul Karim Afandi (21862063188)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dimana masih
memberikan kita rahmat dan karunianya serta nikmatnya seperti nikmat iman dan
islam. Serta nikmat kekuatan sehingga kami selaku penyusun makalah ini dapat
menyelsaikan makalah ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam


Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih atas rekan-rekan yang ikut berpartisipasi dalam menyusun makalah
ini, yang berjudul Taksonomi Bloom, semoga makalah yang kami paparkan dapat
bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan Taksonomi
Bloom.

Tidak lupa pula kami ucapkan permohonan maaf atas segala kekurangan
karna dari makalah yang telah kami susun, kami sadar bahwa didalam penyusunan
makalah ini tentu banyak kekurangan ataupun kekeliruan didalam penyusunan
ataupun tulisan maka saran dan keritikan dari rekan rekan pembaca yang bersifat
membangun sangat kami butuhkan. Hanya ini yang dapat kami sampaikan kurang
dan lebihnya kami mohon maaf kami ucapkan terimakasih.

Tanjung, 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN .........................................................................................i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3


A. Sejarah Taksonomi ................................................................................ 3
B. Kekuatan dan Kelemahan Taksonomi Bloom ....................................... 5
C. Pengertian dan Tujuan Ranah Kognitif .................................................6
D. Pembaharuan Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ............................... 10
E. Langkah-Langkah Menerapkan Taksonomi Bloom .............................13
F. Pegertian dan Fungsi Ranah Apektif ....................................................14
G. Pengertian dan Tujuan Ranah Psikomotorik ........................................18

BAB III PENUTUP ........................................................................................24


A. Kesimpulan ...........................................................................................24
B. Saran .....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Taksonomi Bloom dan revisisnya yang dilakukan oleh Anderson dan
krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai rujukan pada standar
kompetensi lulusan hal ini tercantum dalam peraturan mentri Pendidikan dan
kebudayaan nomor 21 tahun 2016 tentang standar isi Pendidikan dasar dan
menengah. Dimensi pengetahuan (factual, konseptual, procedural, serta
metakognitif) yang penguasaannya dimulai sejak tingkat Pendidikan dasar
hingga tingkat pendidikan menengah. Yakni memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan factual, konseptual, procedural,
dan metakognitif dalam tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniorayang
dikutip dari lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan nomor
20 tahun 2016 tentang standar kompetensi Pendidikan dasar dan menengah.
Taksonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu “Tassein” yang berarti
mengklasifikasi dan “Nomos” yang berarti aturan jadi taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan, Taksonomi bloom ialah
klarifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri tertentu. Taksonomi
dalam bidang Pendidikan digunakan untuk klasifikasi tujuan insturksional
atau struktur tujuan pembelajaran, penampilan saran yg digolongkan dalam
klasifikasi umum. Pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan
Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang
dinamakan Taxonomy Bloom. Konsep berfikir yang rendah harus dipenuhi
dengan wawasan sehinggga mampu mencapai tingkat yang paling tinggi.
Jadi bisa disimpulkan bahwa taksonomi bloom adalah
mengklarifikasi aturan pengelolaaan benda yang sesui dengan urutan dan
mengelompokkan benda sesui dengan ciri tertentu, taksonomi bloom

1
melakukan reivisi untuk meningkatakan pengetahuan mulai dari pengetahuan
dasar hingga menengah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi taksinomi bloom dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik ?
2. Mengapa taksonomi bloom 1956 melakukan pembaharuan ?
3. Bagaimana menggunakan taksonomi bloom ?

C. Tujuan
1. Memahami fungsi-fungsi taksonomi.
2. Mengatahuai alasan mengapa taksonomi bloom diperbaharui.
3. Mengetahui bagaimana cara menerapkan taksonomi bloom.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Taksonomi Bloom
1. Sejarah Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu “Tassein” yang


berarti mengklasifikasi dan “Nomos” yang berarti aturan jadi taksonomi
berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan.istilah ini
digunakan oleh Benjamin Samuel bloom, seorang psikolog bidang
Pendidikan yang melakukan penlitian dan pengembangan mengenai
kemampuan befikir dalam proses pembelajaran. Bloom lahir pada tanggal
21 februari, 1913 di Lansford, Pennsylvania.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an dan


pada tahun 1956, Benjamin Samuel Bloom dan kawan-kawannya
memperkenalkan konsep baru dalam dunia pendidikan, yaitu tentang
kerangka konsep berpikir yang berupa struktur tingkatan kompetensi.
Kecerdasan manusia secara operasional dapat digambarkan melalui tiga
dimensi, yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif. 1 Pembagian intelektual
dalam kerangka berpikir ini, penting bagi peserta didik untuk menguasai
ketiganya dalam takaran tertentu. Semakin komprehensif dan stabil
ketiganya maka akan semakin berdampak bagus pada perkembangan
peserta didik.

Taksonomi bloom ialah klarifikasi atau pengelompokan benda


menurut ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang Pendidikan digunakan
untuk klasifikasi tujuan insturksional atau struktur tujuan pembelajaran,
penampilan saran yg digolongkan dalam klasifikasi umum. Ranah
kongnitif berkaitan dengan beorientasi kepada kemampuan berfikir, ranah
efektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sisitem nilai, dan sikap hati,
1
Kusmiati, dalam Ina Magdalena, Desain Evaluasi Pembelajaran, (Jawa Barat, CV Jejak:
2021) hal 10.

3
dan ranah psikomotor berkaitan dengan motoric atau penggunaan otot
kerangka.

Intruksional taksonomi bertujuan untuk memulai tujuan pada


jenjang terendah hingga ke jenjang paling tinggi karena tidak
memungkinkan mencapai tujuan paling tinggi tanpa memlalui tujuan
terendah. Ketika mulai memasuki Pendidikan Abad ke-21 dengan
mengutamakan pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan pada
murid, ranah kognitif Bloom Revisi Anderson & Krathwohl, 2001 sangat
baik digunakan dalam pengajaran dan pembelajaran. Dalam pengajaran
dan pembelajaran, murid haruskan untuk mencari informasi dengan
panduan yang diberikan oleh guru. Ranah Kognitif ini menekankan bahwa
untuk mengajar supaya lebih efektif, guru hendaklah mengetahui sejauh
manakah pengetahuan yang ada pada muridnya dan kemudian memulai
pengajarannya dari informasi tersebut menekankan pentingnya murid
mengasosiasikan pengetahuan, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam
pengetahuan yang ada. Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif
murid melalui proses ketrampilan berfikir sebelum murid pergi lebih jauh.
Belajar menghadirkan pengetahuan dan proses kognitif murid untuk
menyelesaikan masalah.2

Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam


kemampuan berpikir (thinking behaviors).karena dimungkinkan oleh
kemampuan otak anak yang kurang kuat dalam mengingat pelajaran yang
sudah dipelajari, dan Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus
dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang
kompeten di bidangnya. Oleh karen hal itu bloom menciptakan beberapa
tujuan agar peserta didik mampu meperoleh hasil yang maksimal dalam
pembelajarannya.3

2
Ayub Putu dkk. Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom (Jakarta, FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana: 2020) hal 12.
3
Kusmiati, dalam Ina Magdalena, Desain Evaluasi Pembelajaran, (Jawa Barat, CV Jejak:
2021) hal 13.

4
Pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang
dinamakan Taxonomy Bloom. Konsep berfikir yang rendah harus
dipenuhi dengan wawasan sehinggga mampu mencapai tingkat yang
paling tinggi, tujuan Pendidikan bloom diagi menjadi tiga yaitu, ranah
kognitf,efektif, psikomotor.

Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek


intelektual,yang segalanya berkaitan dengan kemampuan otak untuk
berfikir serta mengolah segala materi dan wawasan yang terdapat dalam
otak dan pemikiran mereka seperti pengetahuan, dan keterampilan
berpikir. Ranah afektif berkaitan dengan emosi yang melibatkan perasaan,
minat, motivasi, dan sikap serta tindakan. Sedangkan ranah Psikomotorik
terdapat perilaku yang menekankan fungsi manipulative atau
memanipulasi dan keterampilan motoric meliputi kemampuan fisik, seperti
olahraga dan mengoperasikan sampai mengolah mesin hingga jadi mesin
yang sempurna. Para trainer atau pemula biasanya mengkaitkan ketiga
ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif
menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik
pada Skill.4

B. Kekuatan dan Kelemahan Taksonomi Bloom


Jika dalam Taksonomi Bloom versi terbaru ada beberapa kekuatan.
ialah Taksonomi Bloom versi baru membedakan antara “tahu tentang sesuatu
(knowing waht)”, isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang
bagaimana melakukannya (Knowing how)”, sebagaimana prosedur yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Dalam taksonomi bloom versi lama tidak terdapat proses penciptaan .


Proses ini adalah komponen tertinggi dalam Taksonomi Bloom versi baru ini
melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai perkara secara bersamaan untuk
menghasilkan pengetahuan baru. Sesuai dengan taksonomi ini, setiap tingkat
4
Ramlan Efendi dalam Santika Diah P. Prosiding (Jakarta, NEM: 2021) hal 252.

5
dari pengetahuan dapat berhubungan dengan setiap tingkat dari proses kognitif
sehingga seorang pelajar dapat mengingat pengetahuan yang bersifat faktual
atau prosedural, memahami pengetahuan yang bersifat konseptual atau
metakognitif, serta menganalisis pengetahuan metakognitif atau faktual.5

Jelas disini bahwa Taksonomi Bloom versi baru terwujud karna keinginan
untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang terdapat dalam Taksonomi
Bloom versi lama. Tidak ada kelemahan yang dapat dilihat dari Taksonomi
Bloom versi baru ini untuk dikiritik berbanding dengan Taksonomi Bloom
Versi lama karena kewujudannya juga adalah ingin memperbaiki kelemahan.
Taksonomi Bloom sekarang sudah sesuai dengan transformasi dalam
pendidikan ini dan zaman ini.

C. Ranah Kognitif dan Tujuan Ranah Kognitif


Ranah kognitif mengurutkan atau menyusun keahlian berpikir sesuai
dengan tujuan serta kemauan yang diharapkan. Proses berpikir
menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu
mengaplikasikan teori kedalam perbuatan memperaktikan teori kedalam suatu
media belajar.

Ranah Kognitif yang berkaitan dengan knowledge, berisi perilaku


yang menekankan aspek intelektual,yang segalanya berkaitan dengan
kemampuan otak untuk berfikir serta mengolah segala materi dan wawassan
yang terdapat dalam pemikiran yang berisi pengetahuan, keterampilan berpikir
keratif hingga menciptan sesuatu yang baik. Dan menyimpan hal-hal baru
yang diterimanya yang bersifat tidak mudah hilang atau permanen.6

1. Domain Kognitif

Domain pengetahuan/ kognitif dalam Taksonomi Bloom berkaitan


dengan ingatan, berpikir dan proses-proses penalaran. Berikut revisi

5
I Made Lestiawati, Kurikulum Paud, (Jakarta, Insa Cendikia Mandiri: 2021) hal 15.
6
Ika Sriyanti, Evaluassi Pembelajaran Matematika, (Jawa Timur,Uais Inspirasi
Indonesia: 2019) hal 66.

6
taksonomi Bloom pada domain kognitif yang disampaikan oleh Anderson
et al. (2001).

Revisi Taksonomi Bloom Domain Kognitif


Taksonomi Bloom Lama Taksonomi Bloom Baru

C1 (Pengetahuan) (Mengingat)
C2 (Pemahaman) (Memahami)
C3 (Aplikasi) (Menerapkan)
C4 (Analisis) (Menganalisis)
C5 (Sintesis) (Mengevaluasi/Menilai)
C6 (Evaluasi) (Mencipta) 7

Berikut kata kerja opersional domain kognitif versi baru yang dapat digunakan
dalam merumuskan indikator hasil belajar. 

Sumber: http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-kognitif.html8

2. Tujuan Ranah Kognitif Taksonomi

7
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, jurnal pendidikan, Vol. 21. No. 2.
(2021) Hal 151-172.
8
http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-kognitif.html

7
Sumber: https://ainamulyana.blogspot.com/2016/03/taksonomi-bloom-harus-
dijadikan-acuan.html 9

3. Level Taksonomi Bloom dalam Ranah Kognitif

Berikut 6 level yang terdapat dalam ranah kognitif yang sesui


dengan susunanya:

a. Knowledge (pengetahuan)
b. Comprehension (pemahaman atau persepsi)
c. Application (penerapan)
d. Analysis (penguraian atau penjabaran)
e. Synthesis (pemanduan)
f. Evaluation (penilaian)

Tiga level pertama yang di kategorikan sebagai level bawah


merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya
merupakan tiga level atas atau Higher Order Thinking Skill. Namun urutan
pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru
lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat
berikutnya. Skema ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kognitifnya
semakin sulit kemampuan berpikirnya.10

Tiga level bawah (lower order thinking skills)


9
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/03/taksonomi-bloom-harus-dijadikan-
acuan.html
10
TIM Oleco Academy, Yang Beresmi Di Tengah Pandemi, (Engineering Career Center:
2021) hal 46.

8
a) Pengetahuan (knowledge)
Merupakan kemampuan menyebutkan misalnya menjelaskan
kembali dam menyatakan kebijakan seperti mendefinisikan,
menyatakan, mengidentifikasikan, menggambarkan, dan memlih.
b) Pemahaman (comprehension)
Kemampuan memahami masalah, dan menyatakan kembali
dengan kata-kata sendiri semisalnya Menuliskan kembali atau
merangkum materi pelajaran.serta Menerangkan hingga menjelaskan
lalu menguraikan kedalam contoh dan menyatakan kembali.
c) Penerapan (application)
Kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi
yang baru misalnya menggnakan pedoman dan aturan. Hingga mampu
menerapkan, mengubah, melengkapi, menemukan, membuktikan,
menggunakan, mendemontrasikan, memodifikasi, mengoperasikan,
menyiapkan, dan menghasilkan.

Tiga level atas (higher order thinking skill

a) Penguraian atau penjabaran (analisis)


Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen
sehingga memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak
perubahan komponen – komponen tersebut terhadap konsep secara
utuh.
b) Peanduan (shyntesis/sintesa)
Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-
komponen untuk menciptakan arti atau pemahaman erhadap struktur
baru. Misalnya mengadakn sebuah acara sekolah dengan meminta
pendapat dan materi dari beberapa guru dan siswa.
c) Penilaian (evaluation/evaluasi)
Kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan
norma, acuan atau kriteria serta ketetapan yang sudah diputusakan
misalnya memberi nilai rapor pada siswa yang telah mengikuti ujian

9
dan melaksanakan sekolah yang sesui dengan aturan yang ada pada
sekolah.
Itulah beberapa taksonomi bloom dalam ranah kognitif yang berlaku
pada tahun 1950. Yang pada akhirnya berubah seiring berjalannya waktu
dan perkembangan zaman taksonomi bloom ranah kognitif yang diubah
pada tahun 2001 oleh kreatwolh. Sama dengan sebelum revisi, tiga level
pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan
tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill.11

D. Pembaharuan Taksonomi Bloom Ranah Kogntif


Level baru taksonomi bloom ranah kognitif hasil revesi kreathwohl,
terdiri dari 6 level adalah:

(1). Remembering ( mengingat) (2). Understanding ( memahami) (3).


Applying ( mener apkan) (4). Analyzing ( menganalisis, mengurai) (5).Evaluating
(menilai) dan (6). Creating ( mencipta).

Sumber: http://bind.fkip.unila.ac.id/taksonomi-bloom-apa-dan-bagaimana-menggunakannya 12

Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan
level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. knowledge diubah
menjadi remembering (mengingat), comprehension menjadi understanding
(memahami), application diubah menjadi applying (menerapkan), analysis

11
Ella Yulaewati, Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi: Teori dan Aplikasi
(Jakarta:Pakar Raya: 2004) hlm 59.
12
http://bind.fkip.unila.ac.id/taksonomi-bloom-apa-dan-bagaimana-menggunakannya.

10
menjadi analyzing (menganalisis), synthesis menjadi creating (mencipta),
evaluation menjadi evaluating (menilai).13

Perubahan ini dapat diartikan sebagai pemikiran yang lebih efektif.


a) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya
terlebih dahulu dikarnakan dengan mengingat kita akan lebih mudah
memahami dan memudahkan kita juga untuk mempelajarinya.
b) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu,
metode memahami juga sangat penting di lakukan, kita tentu akan mudah
mempelajari dan menerapkan apa yang memang harus kita kerjakan dan kita
lakukan, memahami sesuatu ibaratkan kita memiliki sebuah perahu layar
yang akan siap kita gunakan untuk mengarungi sebuah lautan dan
menggapai tujuan menuju pulau yang akan kita tuju.
c) Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu, penerapan
juga salah satu aspek yang yang mendukung proses menganalisa, didalam
proses menganalisa kita akan menemukan banyak skali permasalahan-
permasalahan yang kmudian kita jadikan sbagai hasil analisa dan akan
menjadi regulasi untuk pembaharuan terhadap taksonomi blom itu sendiri.
d) Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu, analisa
sebagai salah satu alternatif yamng di gunakan untuk mengetahui apa saja
permasalahan ataupun proses-proses yang tidak sesuai dengan regulasi yang
ada, kemudian itu yang akan menjadi bahan evaluasi, (penambahan ataupun
pengurangan dalam prihal yang du evaluasi).
e) Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.14

13
Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan Klassik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta,
IRCiSoD :2017) hal 88.
14
Gunawann,dkk. Taksonomi Bloon Revisi Ranah Kognitif (Jakarta :2012) hal 3.

11
Sumber: http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-kognitif.html15

Penyelesaian masalah terjadi ketika murid memikirkan cara untuk


mencapai tujuan yang belum pernah dicapainya, yakni mencoba untuk
mengubah suatu keadaan menjadi keadaan yang diinginkan. Dalam hubungan
ini, Taksonomi Bloom revisi akan menjadikan proses belajar lebih berarti.
Taksonomi Bloom revisi menjadikan pembelajaran tidak hanya dalam
penerimaan fakta dari guru kepada murid di dalam kelas saja tetapi juga
mendorong murid-murid agar mengingat kembali pengetahuan yang ada
berdasarkan soalan-soalan yang diajukan oleh guru terkait dengan pengalaman
terdahulu.

Hubungan ini dapat diperlihatkan dengan mengambil contoh saat murid


disuruh membaca perangkap pantun dari buku teks. Murid tersebut akan
membaca untuk memahami dan menghayati rangkap-rangkap pantun tersebut.
Hal ini merupakan dimensi-dimensi Taksonomi Blom revisi baru yang dijalani
oleh murid dalam pelajaran. Selanjutnya, ketika murid diminta untuk
menyampaikan pantun tersebut akan terjadi proses belajar yang berarti, karena
murid tidak hanya mengingat bahkan terjadi proses kognitif ketika melibatkan
proses menghayati pemaknaan guna mewujudkan pemahaman dan
penghayatan dalam penyampaian.

Revisi taksonomi Bloom muncul diakibatkan adanya tuntutan


perkembangan dunia pendidikan yang bergerak sangat cepat dalam rangka
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Revisi taksonomi Bloom
berusaha membantu dunia pendidikan melalui penyusunan perangkat
pembelajaran berupa RPP yang sarat akan instruksi ketercapaian tujuan
pembelajaran melalui penggunaan kata kerja yang tepat. Saat ini perkembangan

15
Sumber: http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-kognitif.html

12
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui era revolusi industri 4.0 menuntuk
siswa tidak hanya sampai pada tahap evaluasi, akan tetapi di dorong agar siswa
mampu sampai ke level creating (mencipta) pada domain kognitif, mampu
memiliki sikap dan perilaku yang baik saat pembelajaran di dalam kelas
maupun di luar kelas secara jujur (domain afeksi), dan memiliki fisik yang
tangguh dan kuat (domain psikomotik) agar tujuan pembelajaran tercapai.16

Hal-Hal Terpenting dalam Revisi Taksonomi


a) Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum
dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri sendiri
b) Pengetahuan metakognitif meliputi, pengetehauan tenatang strategi umum
yang mungkin digunakan untuk tugas yang berbeda, pengetahuan tentang
kondisi dimana strategi ini dapat digunakan,pengetahuan sampai mana
materi itu efektif dan sampai mana pengetahuan tentang diri sendiri.
c) Metakognisi adalah suatu istilah yang berkaitan dengan apa yang diketahui
seseorang tentang individu yang belajar dan bagaimana dia mengontrol serta
menyesuaikan perilaku- nya17

E. Langkah-Langkah Menerapkan Taksonomi Bloom


1. Tentukan tujuan pembelajaran
2. Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah
peningkatan knowledge, skills atau attitude.
3. Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi
pembelajaran.
4. Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi
kedalaman materi.

16
Abdur R. As’ari,dkk, Bertanya Dan Berfikir, (Pemekasan, Duta Media
Publishing :2021) hal 26.
17
Abigail G Scheg,dkk, Critical Exsaminations Of Distance Educations Transformations
Acros Dischiplines, (America, IGI Global:2014) hal 127.

13
5. Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah
kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan
mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel.18

F. Ranah Afektif dan Fungsi Ranah Afektif


Ranah efektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sisitem nilai, dan
sikap hati. Penguasaaan ranah afektif peserta didik dapat ditinjau melalui
aspek moral yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan sikap
peserta didik. Pada ranah afektiflah pada umumnya peserta didik lemah dalam
penguasaannya. Hal ini terbukti dari maraknya kekerasan yang ada di sekolah.
Hal ini tentu berkaitan dengan UUD 1945, pasal 28 B ayat 2 yang mengatakan
bahwa, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”.19

Hal ini merupakan cerminan, bahwasanya penguasaan aspek afektif


pada peserta didik dalam lingkungan sekolah belum dapat dikatakan baik.
Seharusnya peserta didik yang aspek afektifnya terbangun dengan baik pada
proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memiliki implementasi dari sikap
yang baik, berupa saling toleransi dalam pertemanan, jujur, amanah, serta
mandiri, dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah,
maupun melakukan berbagai aktivitas di luar sekolah. Sehingga peserta didik
yang penguasaan pada ranah afektifnya kuat, akan memiliki kehidupan sosial
yang baik dan mampu saling menjaga dengan sesama dan menjalin hubungan
pertemanan yang baik, serta dapat mengatasi keadaan genting dengan bekerja
sama secara bijak.

Dalam garis besar Afektif juga mengakomodir perilaku dan keseharian


dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas,( etitut ),dalm mengembangkan
18
TIM Oleco Academy, Yang Beresmi Di Tengah Pandemi, (Engineering Career Center:
2021) hal 52.

19
Nunung Suryana J, Pengembangan Afektif Anak Usia Dini, (Jawa Barat, CV Jejak:
2020) hal 36.

14
nilai-nilai etitut berbagai peran yang harus di lakukan dan yang harus di
berikan,menguntungkan internal seseorang terlebih dalam pergaulan sehari-
hari.dalam hal ini lingkungan yang sangat berperan besar dalam prihal tersebut
dalam artian saling menguntungkan (symbiosis mutualisme) saling
menguntungkan antara lingkungan dengan mahluk social.

1. Fungsi Ranah Afektif

Kemampuan afektif, khususnya sikap, dari mahasiswa dapat


diketahui kecenderungan, perubahan, dan perkembangannya dengan
mendasarkan pada jenis-jenis kategori domain afektif.

a. Tingkat Menerima
Tingkat di mana mahasiswa memiliki keinginan menerima atau
memperhatikan (Reciving atau Attending) suatu rangsangan atau
stimulus yang diberikan dalam bentuk persoalan, situasi, fenomena.
b. Tingkat Menanggapi
Tingkat di mana mahasiswa mereaksi atau menanggapi
(Responding) suatu rangsangan atau stimulus yang diberikan dalam
bentuk persoalan, situasi, fenomena, dan sebagainya.
c. Tingkat Menghargai
Tingkat di mana mahasiswa menunjukkan kesediaan menerima
dan menghargai (valuing) suatu nilai-nilai yang disodorkan kepadanya.

d. Tingkat Menghayati
Tingkat di mana mahasiswa menjadikan nilai-nilai yang
disodorkan itu sebagai bagian internal dalam dirinya, menjadikan nilai-
nilai itu prioritas dalam dirinya (Organization).
e. Tingkat Mengamalkan

15
Tingkat di mana mahasiswa menjadikan nilai-nilai itu sebagai
pengendali perilakunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
gaya hidup (Characterization).20

2. Domain Afektif pada Mahasiswa


Domain Afektif merupakan domain yang meliputi rasa, nilai,
apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Kompetensi siswa yang
mencerminkan afeksi yang baik dapat terlihat dari sikap kedewasaan yang
sesuai dengan usia dan perkembangan siswa dan tercermin pada perilaku/
attitude sehari-hari pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun
di luar kelas.
Kemampuan afektif, khususnya sikap, dari mahasiswa dapat
diketahui kecenderungan, perubahan, dan perkembangannya dengan
mendasarkan pada jenis-jenis kategori domain afektif, seperti yang
dikemukakan oleh Krathwohl.21
1. Tingkat Menerima Tingkat di mana mahasiswa memiliki keinginan
menerima atau memperhatikan (Reciving atau Attending) suatu
rangsangan atau stimulus yang diberikan dalam bentuk persoalan,
situasi, fenomena, dan lainnya.misalnya respek.
a) Tingkat Menanggapi Tingkat di mana mahasiswa mereaksi atau
menanggapi (Responding) suatu rangsangan atau stimulus yang
diberikan dalam bentuk persoalan, situasi, fenomena, dan
sebagainya. Contohnya menanggapi.
b) Tingkat Menghargai Tingkat di mana mahasiswa menunjukkan
kesediaan menerima dan menghargai (valuing) suatu nilai-nilai
yang disodorkan kepadanya. Misalnya menghargai.
c) Tingkat Menghayati Tingkat di mana mahasiswa menjadikan nilai-
nilai yang disodorkan. itu sebagai bagian internal dalam dirinya,
menjadikan nilai-nilai itu prioritas dalam dirinya (Organization).
20
Ani Nur Aini, Pendidikan Karakter Untuk Mahasiswa PGSD, (Bandung, UPI
PRESS :2014) hal 46.
21
Nofrion, KOMUNIKASI PENDIDIKAN, (Jakarta, Kencana: 2016) hal 85.

16
Contoh kemampuan meprioritaskan waktu belajar dan membantu
teman.
d) Tingkat Mengamalkan Tingkat di mana mahasiswa menjadikan
nilai-nilai itu sebagai pengendali perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga menjadi gaya hidup (Characterization). Contoh
adalah menunjukkan sikap mandiri ketika bekerja.22

3. Level domain efektif


Domain efekstif didefinisikan sebagai perilaku yang berkaitan dengan
emosi seperti perasaan, nilai, aprisiasi, antusiasme, motivasi dan sikap.
Domain afeksi terdiri dari 5 kategori disusun dari yang sederhana ke yang
rumit yang. Meliputi receiving (penerimaan), Responding (tanggapan),
Valuing (penilaian), Organization (pengaturan), dan Characterizing
(pembiasaan). Tingkatan domain afektif di gambarkan dalam piramida
berikut.23

Sumber: http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-afektif.html 24

22
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, Vol. 21. No. 2. (2021), 151-172.
23
Shilphy A. Oktavia, Profesionalisme Gru Dalam Memahami Perkembangan Peserta
Didik (Yogyakarta, DEEPUBLISH :2021) hal 46.
24
Sumber: http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-afektif.html

17
Berikut ini kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
merumuskan indikator hasil belajar pada domain sikap.

A1 A2 A3 A4 A5
Menerima Merespon Menghargai
Mengorganisasika Karakterisasi
n Menurut
Nilai
Mengikut Menyenangi Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
i Menyambut Meyakinkan Menata Mengubah
Menganut Mendukung Memperjelas Membangun Perilaku
Mematuhi Melaporkan Menekankan Membentuk Berahlak
Meminati Memilih Menyumbang Pendapat Melayani
Menampilkan Mengimani Memadukan Membuktikan
Menyetejui Mengelola Memecahkan
Mengatakan Merembuk Mulia
Menegosiasi 25

G. Ranah Psikomotorik Dan Tujuan Ranah Psikomotorik

Domain Psikomotorik tercetus oleh pemikiran Simpson (1966) yang


menyatakan bahwa kemampuan psikomotorik berkaitan fisik, koordinasi, dan
penggunaan bidang keterampilan motorik yang harus dilatih secara terus
menerus dan diukur dari segi kecepatan, presisi, jarak, prosedur, atau teknik
dalam eksekusinya. Simpson mendefinisikan kemampuan psikomotik tersebut
didasarkan pada penelitian di bidang pendidikan industrial, pertanian,
ekonomi rumah tangga, pendidikan bisnis, musik, seni, dan olah raga.

Ranah Psikomotorik terdapat perilaku yang menekankan fungsi


manipulative atau memanipulasi dan keterampilan motoric meliputi
kemampuan fisik, seperti olahraga. Adanya pungsi kognitif ini me mbuat
seseorang bisa dengan mudah bergaul satu sama lain. Adapun fungsinya yang

25
M. Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran:Disusun Dengan Kurikulum 2013
Edisi Kedua (Jakarta, KENCANA:2017) hal 76.

18
harus teman-teman fahami, psikomotorik juga mempengaruhi terhadap
lingkungan sekitar teman-teman baik internal ataupun eksternal.

Ranah Psikomotorik dapat juga ditinjau melalui aspek keterampilan


peserta didik yang mengimplementasikan dari Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di kelas. Peserta didik tidak cukup hanya menghapal teori definisi
saja, tetapi juga harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak ke dalam
aktualisasi nyata. Agar menjadi sebuah tolok ukur yang dipahami atau
tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif oleh peserta didik. Peserta didik
yang memahami suatu ilmu dengan komprehensif, memiliki daya
implementasi yang kuat dalam proses belajar mengajar dan menerapkan ilmu
yang dimilikinya.26
1. Tujuan Kemampuan Ranah Psikomotorik
Ada tujuh aktifitas untuk mengkategorikan kemampuan
psikomotorik yang dimulai dari yang paling sederhana meningkat menjadi
ke hal yang rumit Kategori tersebut terdiri dari:

a. Persepsi.
Pengalaman tentang objek atau pristiwa yang diperoleh dengan
menimpulkan makna atas suatu informassi terhadap stimulu indrawi
(sensory stimulus).
b. Kesiapan.
Kondisi sesorag dalam menghadapi suatu kondisi yang mana sikap
tersebut memuat mental, keterampilan, dan persiapan yang dimiliki
selama melakukan kegiatan tertentu.
c. Meniru.
Melakukan sesuatu seperti yang orang lain lakukan.
d. Membiasakan.

26
Simpson dan Sudjana dalam Hendro Widodo, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta, UAD
PRESS :2021) hal 42.

19
Sama halnya seperti kita yang mencoba meniru seseorang dan
berusaha membiasakn diri dengan selaukan melakukan hal yang kita
tiru dari orang lain untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.
e. Mahir.
Seperti yang kita tau mahir adalah sebuah hal yang sudah kita ketahuai
dan sudah sangat terlatih dala hal tersebut.
f. Alami.
Alami yaitu memang sudah terdapat dalam dirikita,jika kita melakukan
suatu hal yang timbul secara tidak sengaja dan alami dari perilaku kita
sendiri.

g. Orisinal.
Ialah sesuatu yang memnag sudah ada sejak awal yang terdapat dalam
diri kita tanpa meniru orang lain.27

2. 5 Tingkat Kemampuan Psikomotorik


a. Meniru.
b. Memanipulasi.
c. Presisi (keunggulan).
d. Artikulasi (perubahan).
e. Naturalisasi.28

Kategori kemampuan psikomotorik di atas, dipergunakan untuk


mengukur kegiatan pembelajaran yang melibatkan fisik, motorik, dan

27

.
28
David Vima S, Prosedur Evaluasi Dalam Pembelajaran, (Yogyakarta, CV BUDI
UTAMA
:2018) hal 65.

20
kinestetik, seperti olah raga, seni musik, seni rupa, seni tari, drama,
percobaan dalam sains.

3. Domain Psikomotorik
Kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi dan
keterampilan fisik. Perkembangan kemampuan tersebut membutuhkan
latihan berulang. sebuah kegiatan dapat digolongkan sebagai
psikomotorik apabila eksekusinya menggunakan gerakan otot tanpa atau
menggunakan peralatan. Kemampuan psikomotorik diukur dalam
besaran kecapatan, akurasi (ketepatan), jarak, kekuatan dan kelenturan
ddalam melakukan gerakan sesuai dengan prosedur atau teknik
pelaksanaan.29

Sumber: http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-psikomotorik.html30

 
Berikut ini daftar kata kerja operasional ranah psikomotorik yang dapat
digunakan untuk merumuskan indikator hasil belajar.

P1 P2 P3 P4 P5
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
Menyalin Kembali menbuat Menunjukkan Mengatasi Mendsain
Mengikuti Membangun Melengkapi Menggabungkan Membentuk
Mereplikasi Melaksanakan Menyempurnakan Beradaptassi Mengelola 31
Mematuhi Menerapkan Mengkalibrasi Memodifikai
29
Herneta Fatirani, Pembelajaran Komperatif Tpe Jigsaw Pada Sistem Ekskresi Manusia
(Lombok Tengah NTB, Pusat Penegmbangan Pendidikan Dan Penelitian Indonesia: 2022
30
http://asip.madrasah.id/2017/05/domain-psikomotorik.html

21
Mengaktifkan Mengoreksi Mengendalikan Merumuskan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Mengalihkan Mengalihkan
Melamar Merancang Menggantikan Mempertajam
Mengatur Memilih Memutar Membentuk
Mengumpulkan Melatih Mengirim
memperbaiki

1. Imitasi – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta
didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
2. Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan.
Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya
sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
3. Presisi – melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik
menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
4. Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa
hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola
indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
5. Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang
ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah
biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya
seorang pesepak bola bertarap professional.32

Simpson dan Dave merumuskan kemampuan psikomotorik lebih


kepada kemampuan kongkrit. Sedangkan jika di cermati, ada beberapa
kemampuan yang sifatnya abstrak tetapi masuk ke dalam domain
psikomotorik. Kemampuan psikomotorik yang bersifat abstrak seperti:
menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang dalam bidang
bahasa, sosial, dan agama, yang kurang melibatkan fisik, motorik, dan
kinestetik, serta lebih banyak melibatkan abstraksi, inovasi, dan kreativitas.33

31
M. Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran:Disusun Dengan Kurikulum 2013
Edisi Kedua (Jakarta, KENCANA:2017) hal 125.
32
M. Hasan,dkk, Evaluasi Pembelajaran (Jawa Barat, Media Sains Indonesia: 2021) hal
42.
33
Nuansa Bayu S, dkk, Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran IPS, (Jawa Tengah,
Lakeisha: 2022) hal 27.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi taksinomi bloom dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik ?
a. Fungsi taksonomi bloom ranah kognitif, bisa digunakan untuk menentukan
materi, pemetaan konsep dalam koten pembelajaran di learning, selain itu
juga dapat digunakan sebagai sebuah standar atas pecapaian dari hasil
belajar.
b. Fungsi taksonomi bloom dalam ranah afektif, prilaku yang melibatkan
prasaan yang terkait dengan emosi, minat, sikap, dan motivasi.
c. Fungsi taksonomi bloom dalam ranah psikomotorik, memiliki ketrampilan
motoric atau kemampuan berenang dan mengoprasikan mesin.

Alasan aksonomi bloom 1956 melakukan pembaharuan ialah, karen


pada tahun 1994, salah seorang murid bloom, lorin anderson Krathwohl dan
para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi bloom agar
sesui dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama “revisi taksonomi bloom” revisi hanya
dilakukan pada ranah kognitif. Perubahan tersebut meliputi:

23
a. Perubahan kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
b. Perubahan hamper terjadi pada semua level hiekrasi, namun urutan level
masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan
mendasar terletak pada level 5 dan 6.

Langkah- Langkah yang harus digunakan dalam menerapkan


taksonomi bloom adalah sebagai berikut:

a. Tentukan tujuan pembelajaran.


b. Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakan peningktan
pengetahuan, skill, dan perilaku dalam hal ini perlu dipertimbangkan
karakteristik makna pelajaran dan peserta didik.
c. Tentukan ranah kemampuan intelektual kognitif, afektif, atau
psikomotorik.
d. Gunakan kata kerja kunci yang sesui untuk menjelaskan instuksi ke dalam
materi, baik pada tujuan program pelajaran kompetensi dasar dan indicator
pencapaian.
e. Dapat ditentukan media belajar yang mengacu pada taksonomi bloom
ranah kognitif.

B. SARAN
Taksonomi dan ranah dalam taksonomi merupakan hal yang sangat
penting kita kuasai dalam proses belajar agar mencapai tujuan yang kita
inginkan, berfokus dalam bidang pembelajaran yang kita ingin kuasai. Dari
segi Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan.
Berdasarkan penjelasan diatas yang sudah kami jabarkan dalam
makalah ini semoga karya ilmiah kami dapat membantu mahasiswa dan
pelajar mampu memahami konsep taksonomi bloom dalam ranah kognitif,
apektif, dan sikomotorik. Dalam ruang lingkup umum.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdur R. As’ari,dkk. 2021. Bertanya Dan Berfikir. Pemekasan. Duta Media


Publishing.

Abigail G Scheg,dkk. 2014. Critical Exsaminations Of Distance Educations


Transformations Acros Dischiplines. America. IGI Global.

Ani Nur Aini. 2014. Pendidikan Karakter Untuk Mahasiswa PGSD. Bandung.
UPI PRESS

Ayub Putu dkk.2020. Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom.


Jakarta. FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.

Budiman Sudjadmiko2013. Anak-Anak Revolusi. Jakarta. PT Gramedia.

Chairul Anwar. 2017. Teori-Teori Pendidikan Klassik Hingga Kontemporer.


Yogyakarta. IRCiSoD.

David Vima S. 2018. Prosedur Evaluasi Dalam Pembelajaran. Yogyakarta. CV


BUDI UTAMA.

Ella Yulaewati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi: Teori dan Aplikasi
Jakarta. Pakar Raya: 2004) hlm 59.

Gunawann,dkk. 1012. Taksonomi Bloon Revisi Ranah Kognitif. Jakarta.

25
Hendro Widodo.2021. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. UAD PRESS.

Herneta Fatirani. 2022. Pembelajaran Komperatif Tpe Jigsaw Pada Sistem


Ekskresi Manusia Lombok Tengah NTB. Pusat Penegmbangan Pendidikan
Dan Penelitian Indonesia.

I.M. Lestiawati. 2021. Kurikulum Paud. Jakarta. Insa Cendikia Mandiri.

Ika Sriyanti. 2019. Evaluassi Pembelajaran Matematika. Jawa Timur. Uais


Inspirasi Indonesia.

Ina Magdalena. 20221. Desain Evaluasi Pembelajaran. Jawa Barat. CV Jejak.

M. Hasan,dkk. 2021. Evaluasi Pembelajaran. Jawa Barat. Media Sains Indonesia.

M. Yaumi, 2017. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran:Disusun Dengan


Kurikulum 2013 Edisi Kedua. Jakarta. KENCANA.

Nofrion. 2016. KOMUNIKASI PENDIDIKAN. Jakarta. Kencana.

Nuansa Bayu S, dkk, 2022. Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran IPS. Jawa
Tengah. Lakeisha.

Nunung Suryana J. 2020. Pengembangan Afektif Anak Usia Dini. Jawa Barat. CV
Jejak.

Santika Diah P. 2021. Prosiding. Jakarta. NEM.

Shilphy A. Oktavia. 2021. Profesionalisme Gru Dalam Memahami


Perkembangan Peserta Didik . Yogyakarta. DEEPUBLISH.

TIM Oleco Academy. 2021. Yang Beresmi Di Tengah Pandemi. Engineering


Career Center.

26

Anda mungkin juga menyukai