Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Siti Rohkayati ( 212015906)
2. Muhammad Lutfi Anwar (212015068)
KELAS LK
SEMESTER IV
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Artika Diannita, M.Pd.,M
sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi Belajar yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 7
II
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN.
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran .........................................................................................................14
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dari permasalah yang ada diatas Bahwa makalah ini bertujuan untuk
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jean Piaget dikenal sebagai tokoh konstruktivisme yang pertama.
Piaget menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme adalah pada
proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari
realita.Peran guru dalam pembelajaran menurut Piaget adalah sebagai
fasilitator atau moderator. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
dibangun dalam pikiran anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
skemata yang dimilikinya.
Proses mengkontruksi pengetahuan menurut Piaget, meliputi skemata,
asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.Skemata adalah sekumpulan konsep
yang digunakan ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan.Asimilasi
merupakan proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya.Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang
cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada,
sehingga cocok dengan rangsangan tersebut.
Sedangkan keseimbangan atau ekuilibrasi terjadi antara asimilasi dan
akomodasi. Keseimbangan dapat membuat seseorang menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
b) Jerome Bruner
Merupakan pelopor aliran psikologi belajar kognitif. Bruner sangat
mendorong agar pendidikan mengutamakan pada pengembangan berpikir.
Bruner banyak memberikan pandangan tentang perkembangan
kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan,
menyimpan pengetahuan, dan mentransformasikan pengetahuan
tersebut.Bruner menyatakan bahwa belajar lebih berhasil jika prosesnya
diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam tema
yang diajarkan.
Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam tema yang
dibicarakan, maka anak akan memahami materi yang akan dikuasainya
tersebut.
4
Anak juga akan mencari hubungan antar konsep dan struktur tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur
tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh anak.Siswa harus dapat
menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang
berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimilikinya. 2
Di alam belajar, siswa haruslah terlibat secara aktif mentalnya agar
dapat mengenal konsep dan struktur dalam materi yang dibicarakan.Menurut
Bruner, di dalam belajar haruslah melibatkan tiga proses yang terjadi hampir
selalu bersamaan.Ketiga proses belajar tersebut, yaitu : (1) Memperoleh
informasi baru; (2) Transformasi informasi; dan (3) Menguji relevansi
informasi dengan ketepatan pengetahuan
c) Menurut Vygotsky,
perkembangan intelektual dapat ditinjau dari konteks historis dan budaya
pengalaman anak.Selain itu, perkembangan intelektual juga tergantung pada
sistem-sistem isyarat yang mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan
untuk membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.
Vygotsky menghendaki adanya setting kelas berbentuk kooperatif
antar kelompok siswa dengan kemampuan berbeda-beda, sehingga mereka
dapat berinteraksi dan memunculkan strategi dalam memecahkan masalah.Di
dalam proses pembelajaran, Vygotsky menekankan pada perancahan
(scaffolding), sehingga semakin lama siswa akan semakin dapat mengambil
tanggung jawabn untuk pembelajarannya sendiri.
d) John Dewey
berpandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan kehidupan
masyarakat secara lebih besar dan kelas adalah laboratorium untuk
memecahkan masalah kehidupan nyata.
Ajaran Dewey menganjurkan agar guru mendorong siswa untuk
terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi pada masalah. Guru juga
5
diharapkan dapat membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual
dan sosial.
6
tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusi yang dicita-
citakan dan bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri serta tentang
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. 4
Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia
artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami
manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para pendidik
aliran ini penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa
mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi
mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar
yaitu proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi ini pada
individu.[5Sesuai beberapa pendapat-pendapat di atas teori Humanistik adalah
suatu teori yang mana manusia itu dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai
dengan peunjuk-petunjuk yang baik serta mampu mengembangkan
potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan
lingkungannya
2.Tokoh-Tokoh Teori Belajar Tokoh Aliran Humanistik
a. Arthur Combs (1912-1999)
7
untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu
membeikan aktivitas yang lain , mungkin skali siswa akan memberikan reaksi
yang positif.6Terdapat dua bagian pada learning, yaitu pertama memperoleh
informasi baru. Kedua personalisasi informasi pada individu.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan
disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi
pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa
untuk memperoleh arti dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya
dengan kehidupannya. Di kutip dari buku “Principles of Instruction Design”
oleh Robert M.Gayne dan Leslie J. Briggs.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan presepsi dunia
seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada
satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan
besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari
persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-
hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu
terlupakan.
b. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
hal :
(1) Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
(2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya,
tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
8
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendiri(self).
Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak
di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Hierarki kebutuhan manusia menurut
Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh
guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa
belum terpenuhi.7
c. Carl Ransom Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2.Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa
secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek
yang membekas pada siswa.Dari bukunya Freedom To Learn, ia
menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting
diantaranya ialah :
a) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
9
d) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h) Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil
yang mendalam dan lestari.
i) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai
proses perubahan itu.8Proses Belajar Menurut Teori Humanistik Proses
Belajar Humanistik.
Peranan Siswa (Si-belajar).Peranan Guru. Psikologi humanistik memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang
bersifat umum.
8 Drs. Wasty Soemanto, Pikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1987)hlm. 129
10
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna
tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas,
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan
dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi
individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi,
seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya
sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan,
tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau
ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. 9
3.Aplikasi Teori Belajar Dalam Kegiatan Pembelajaran Menurut Teori
Humanistik
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang
lebih praktis. Teori dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
11
kepribadian dan psykoterapi dari pada pada bidang pendidikan, sehingga
sukar menerjemahkannya kedalam langkah-langkah lebih kongkrit dan
praktis. Namun karena sifatnya yang ideal itulah yaitu memanusiakan
manusia maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua
komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam
memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas sehingga upaya
pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan untuk
mencapai pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan
teori ini sanagat besar, dapat membantu para guru dan pendidik memahami
hakikat kejiwaan manusia. Dapat menentukan komponen-komponen
pembelajaran seperti perumusan tujuan, pemilihan strategi pembelajaran
serta pengembangan alat evaluasi kearah pembentukan manusia yang
dicitakan.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa
untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun
secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-lagkah
pembelajaran dengan pendekaan humanistik, namun paling tidak langkah-
langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Praetya
Irawan(2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menetukan materi pelajaran.
3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
4. Mengidentifikasi topik-topoik pelajaran yang memungkinkan siswa
secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar. 10
12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
13
B.Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.Dalam penulisan kami sadari masih banyak kekurangan dan belum
sempurna .Maka dari itu kamu butuh saran dan kritik yang membangun untuk
untuk menyempurnakan makalah.
14
DAFTAR PUSTAKA
15