Anda di halaman 1dari 13

Critical Book Review

TEORI-TEORI BELAJAR
Dosen Pengampu : Dra. Ratna Tanjung, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Sindy Klorida Br Barus


Prodi/Kelas : Pendidikan Fisika/ A 2018
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA )

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
MEDAN
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulisan Critical Book Review ini dapat dikerjakan dan diselesaikan. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Ratna Tanjung selaku dosen pengampu mata
kuliah Media Pendidikan yang telah membimbing kami.

Makalah ini berjudul Critical Book Review. Penulisannya bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Media Pendidikan dan meningkatkan pemahaman pembaca. Makalah ini
tidak luput dari kekurangannya. Oleh karena itu, saya mengharap saran konstruktif yang
berguna untuk penyempurnaan isi makalah ini dan juga tugas-tugas selanjutnya. Akhir kata,
penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa memberi motivasi dan
bantuan kepada penulis sehingga penulisan makalah ini, dapat dirampungkan

Medan, 01 November 2020

Sindy Klorida Br Barus


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I IDENTITAS BUKU.......................................................................................................1
BAB II RINGKASAN BUKU...................................................................................................3
BAB III KEUNGGULAN BUKU.............................................................................................7
BAB IV KELEMAHAN BUKU ……………………………………………………………...8
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………….......9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
IDENTITAS BUKU
a. Buku I
1. Judul : Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar
Dalam Pendidikan
2. Edisi : Pertama
3. Pengarang : Dr. YUBERTI, M.Pd.
4. Penerbit : Anugrah Utama Raharja (AURA)
5. Kota terbit : Bandar Lampung
6. Tahun terbit : 2013
7. Halaman : 272 Halaman
8. ISBN : 978-602-1297-26-1

B. Buku II
1. Judul : Inovasi Model Pembelajaran
2. Edisi : Pertama
3. Pengarang : Nurdyansyah, S.Pd., M.Pd dan Eni Fariyatul Fahyuni.
M.Pd.I
4. Penerbit : Nizamia Learning Center
5. Kota terbit : Sidoarjo
6. Tahun terbit : 2016
7. Halaman : 190 Halaman
8. ISBN : 978-602-6937-21-6
BAB II
RINGKASAN BUKU
PENGERTIAN DAN HAKEKAT LABORATORIUM
Ringkasan Buku I Bagian II TEORI-TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA
A. PENGERTIAN TEORI DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF
Perbedaan antara teori pembelajaran dengan teori belajar biasa diamati dari posisional teori nya, apakah berada
pada tataran teori deskriptif atau preskriptil Bruner (dalam Dabeng, 1989) mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal sedangkan teori deskriptif karena tujuan
utama belajar adalah menjelaskan proses belajar.
Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran
sebagai givens dan menempatkan hasil pembelajaran sebagai variebel yang diamati. Dengan kata lain, kondisi
dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang prespkriptif, kondisi dan hasil
pembelajaran di tempatkan sebagai givens dan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang di amati.
B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori belajar behavioristik aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses peruahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu
kontrol istrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidak nya seseorang tergantung pada faktor-faktor
tradisional yang di berikan lingkungan. Beberapa ilmuan yang termasuk pendiri sekaligus penganut behavioristik
antara lain adalah Thorndike Warson, Hull Guthrie an Skinner.
C. TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi pengalaman kognitivistik belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibagun dalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah,
terpisah-pisah tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung menyeluruh. Ibarat seseorang yang
memainkan musik, tidak hanya memahami not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan
berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk kedalam pikiran dan perasaannya.
Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan
secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan
masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikologi
kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dapat menentukan keberhasilan
mempelajari informasi/pengetahuan yang baru.
D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Bagi penganut teori humanistik, teori belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia. Dari teori-teori belajar
seperti behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik, teori inilah yang paling abstrak dan paling mendekati dunia
filsafat dari pada dunia pendidikan. pada kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada gagasan tentang
belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang bisa diamati dunia keseharian.
Karena itu teori ini bersifat eklektik artinya teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri) dapat tercapai. Sebagai contoh teori belajar bermakna
ausubel (meaningful learning) dan taksonomi tujuan belajar Bloom dan Krathwohl diusulkan sebagai pendekatan
yang dapat dipakai oleh aliran humanistik (padahal teori-teori tersebut juga dimasukkan dalam aliran kognitif).
Empat pakar lain yang termasuk ilmuan kubu humanistik adalah, Kolb, Honey, Mumford, Hubermas dan Carl
Rogers.
E. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Teori konstruktivistik memahami proses belajar pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu
sendiri. Pengetahuan ada didalam diri seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari seseorang guru kepada orang lain (siswa). Beberapa pemikiran teori belajar konstruktivistik dapat
dipahami pada penjelasan dibawah ini. Glaserfeld, Dettencourt (1989) dan Matthews (1994), mengemukakan
bahwa pengetahuan yang dimiliki sesesorang (kita) merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Sementara Piaget (1971), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang di
konstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus -menerus dan setiap kali terjadi
rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru.

Ringkasan Buku II 1. Teori Belajar Bermakna Ausubel Menurut Ausubel, belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor
motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan
keinginan yang kuat dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam
struktur kognitif yang dimilikinya. Agar belajar lebih bermakna (meaningful learning), maka materi pelajaran
diurutkan dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke perinci yang sering disebut sebagai subsumptive
sequence.
Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Ausubel dalam Suparno (1997: 54)
mengatakan belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengetahuan yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila
pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya bahan
belajar itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa.
2. Teori Belajar Piaget Menurut Piaget (1951), proses belajar terjadi pada tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses penyatuan atau pengintegrasian
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan
proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Adapun proses ekuilibrasi adalah penyesuaian
berkeseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekadar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan
direkonstruksi oleh peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta
didik haruslah bersifat aktif. CTL adalah sebuah pendekatan pembelajaran aktif yang berorientasi pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan
kualitas kognitif siswa, maka guru dalam melaksanakan pembelajaran harus lebih ditujukan pada kegiatan
pemecahan masalah atau latihan meneliti dan menemukan. Di samping itu, pembentukan otak dengan
pengetahuan hafalan dan drill yang berlebihan selain tidak mewujudkan peningkatan perkembangan
kognitif yang optimal, juga secara psikologis tidak seimbangnya memfungsikan belahan otak sebelah kiri
dengan belahan otak sebelah kanan. Akibatnya pembelajaran tidak tidak dapat memotivasi siswa untuk
berpikir secara kreatif dan inovatif.
3. Teori Belajar Vygotsky Berbeda dengan Piaget yang lebih menekankan aktivitas individu dalam
pembentukan pengetahuan. Sumbangan Vygotsky adalah penekanan pada bakat sosio kultural dalam
pembelajaran. Menurutnya bahwa pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan
proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan
sedikit di atas tingkat perkembangan pada saat ini. Gagasan penting lain dalam pembelajaran yang diangkat
dari teori Vygotsky adalah konsep scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada
tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya sedikit demi sedikit, dan memberi kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab tersebut saat mereka dinilai telah mampu. Bantuan
tersebut berupa petunjuk, peringatan dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan,
memberi contoh, atau hal-hal lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri.
BAB III

KEUNGGULAN BUKU

1. Keterkaitan antar Sub Bab


Dalam isi yang terdapat dalam buku pertama dan kedua, semua subbab memiliki kohesi ( keterpaduan bentuk ) yang selaras antara
subbab A hingga subbab E, sehingga para pembaca mudah dalam memahami isi buku tersebut jika dilihat dari segi keterstrukturannya, dan
juga buku pertama ini di dalam setiap subbab nya memiliki koherensi ( keterpaduan makna ) yang lumayan dikatakan baik, dikarenakan
penyusunan materi yang rapi dan saling terkait misalnya, pada pembahasan sub bab, judul akan dijabarkan lagi menjadi point-point yang
lebih mendalam.
2. Kemutakhiran isi buku
a) Pembahasan yang dipaparkan pada bab buku pertama cukup lengkap, teori-teori yang di jelaskan dan dipaparkan disertai dengan nama-
nama ilmuan yang memaparkan teori itu.
b) Sehubungan dengan banyaknya dan luasnya kegiatan manusia di zaman modern ini dirasakan perlu adanya pengetahuan yang terbaru,
kedua buku ini sangat cocok untuk digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
3. Kelengkapan Isi Buku
Buku pertama dinilai telah memiliki kelengkapan yang baik, termasuk kelengkapan isi yang terdapat padateori belajar dimana penulis
menyajikan pembahasan dan materi sejelas dan serinci mungkin agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan mempelajari setiap
materi yang terkandung dalam bab ini.

BAB IV

KELEMAHAN BUKU

1. Kemutakhiran isi buku

Untuk kelemahan dalam hal kemutakhiran pada buku kedua ini ( buku pembanding) yaitu, buku ini tidak menjelaskan secara
sistematis dan terperinci mengenai nama-nama teori belajar yang dipaparkan, teori belajar yang dipaparkan diberi judul berdasarkan
ilmuan yang memaparkan teori belajar tersebut seperti “Teori Belajar Piaget”

2. Kelengkapan Isi Buku


Pada dasarnya bab yang disajikan dalam buku kedua dinilai kurang lengkap dalam membahas teori-teori belajar dibandingkan
dengan buku pertama, pada buku pertama terdapat 5 teori belajar, sedangkan pada buku kedua hanya ada 3 teori belajar
BAB V

Kesimpulan dan Saran

Secara umum, dalam buku pertama menjelaskan secara rinci mengenai teori-
teori belajar dalam pembelajaran. Kalimat Penyajian materi memiliki makna yang
saling berhubungan dan menggunakan bahasa yang baku sehingga pembaca mengerti
maksud dan tujuan dari si penulis jika dibandingkan dengan buku kedua yang hanya
memaparkan 3 teori belajar.

Secara umum buku pertama dan kedua tidak memiliki kelemahan terlalu
banyak. Dari semua keunggulan dan kelemahan buku pertama dan kedua cocok untuk
dijadikan buku tambahan dalam mempelajari teori-teori belajar dalam pembelajaran.
Buku kedua lebih banyak dan lebih detail membahas tentang model-model
pembelajaran. Buku kedua sangat cocok dijadikan buku tambahan dalam mempelajari
model-model pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. (2016). Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo :
Nizamia Learning Center

Yuberti. (2013). Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan.
Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA)

Anda mungkin juga menyukai