Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KONTRUKTIVISME, HUMANISME, DAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Deni Pebrini S.Ag. M.Pd

Disusun Oleh Kelompok-5:

Iwi Masika

Wahyuningtyas Ratu NJ

Lokal : 2D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)
BENGKULU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan nikmat dari Nya sehingga
makalah kami yang berjudul “KONTRUKTIVISME, HUMANISME, DAN PENDIDIKAN” dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami kirimkan atas junjungan kita Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam yang telah membawa umat ini dari alam gelap gulita menuju
alam terang benderang.

Dalam rangka penyelesaian Makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Walaupun dengan usaha maksimal telah
kami lakukan, tapi sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami dari penulismengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini, dan kiranya makalah ini dapat memberikan masukan dan informasi kepada semua pihak
yang berkaitan dengan hal ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan
kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho
dari Allah Subhanahu Wata’ala. Aamiin.

Bengkulu, 14 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Kontruktivisme ............................................................................................................ 5
B. Pandangan Peaget dan Vygotsky tentang Pendekatan Konstruktivisme ............................... 6
C. Penerapan Konstruktivisme dalam Pendidikan dan Pembelajaran ........................................ 9
D. Hakekat Humanisme ............................................................................................................. 9
E. Humanisme Menurut Maslow dan Aplikasinya dalam Pendidikan....................................... 10
F. Penerapan Pendekatan Teori Belajar Humanisme dalam Pendidikan dan Proses
Pembelajaran ......................................................................................................................... 10
G. Pendidikan ............................................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga
membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif
utama dalam teori belajar, yaitu Konstruktivisme dan humanisme. Pada dasarnya teori pertama
dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh
yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori
tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah
teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk
kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain
agar terjadi proses belajar. Bruner dalam Degeng(1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran
adalah preskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif artinya, tujuan teori
pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi pembelajaran yang cocok supaya memperoleh
hasil optimal. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-
variabel yang spesifik dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Sedangkan deskriptif
artinya, tujuan teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar
menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar.

B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang di maksud Konstruktivisme itu?
B. Apa pandangan para ahli tentang pendekatan konstruktivisme?
C. Apa sajakah penerapan konstruktivisme dalam pendekatan dan pembelajaran?
D. Apa yang di maksud humanisme itu?
E. Apa itu humanisme Menurut Maslow dan Aplikasinya dalam Pendidikan?
F. Apa teori carl roger tentang humanisme?
G. Bagaimana Penerapan Pendekatan Teori Belajar Humanisme dalam Pendidikan dan Proses
Pembelajaran?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme adalah gagasan bahwa masing-masing pembelajaran harus menemukan
dan mengubah informasi yang rumit jika mereka ingin menjadikannya milik sendiri.Teori
konstruktivsme melihat pembelajaran sebagai orang yang terus menerus memeriksa informasi baru
terhap peraturan lama dan kemudian merevisi aturan apabila hal itu tidak lagi berguna, karena siswa
harus lebih aktif daalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya di ruang kelas,teori ini
sering juga di sebut pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered instructions).
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk
berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama
sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat (Saefudin: 2008).
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran (Nurhadi, 2004: 33). Berdasarkan definisi di atas,
pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.Dalam pandangan
konstruktivisme strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa
banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Dalam pembelajaran konstruktivisme guru berperan sebagai fasilitator sekaligus membimbing
dan mengarahkan siswa membangun sendiri pengetahuan dengan terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Trianto (2007) menyebutkan bahwa pendekatan konstruktivisme mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut: (1) dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan
bagi siswa dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan
langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori, (2) antara pengetahuan-pengetahuan yang ada
harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa, (3) setiap siswa mempunyai
peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari. (4) Peran guru hanya sebagai
pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan
peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari. Paradigma
pembelajaran konstruktivisme memiliki tujuan sebagai
berikut:
a) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
jawabannya.

5
c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemaha,an konsep secara lengkap.
d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
e) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu

B. Pandangan Peaget dan Vygotsky tentang Pendekatan Konstruktivisme


Beberapa pandangan tokoh-tokoh besar konstruktivisme antara lain konsep Jean Peaget dan
Vygotsky tentang belajar yang merupakan dasar bagi pendekatan konstruktivisme dalam belajar
a. Konsep Konstruktivisme Jean Peaget
Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafaat konstruktivisme dalam
proses belajar. Ia menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori
perkembangan intelektual. Menurutnya belajar adalah proses perubahan konsep. Dalam proses
tersebut, si pelajar setiap kali membangun konsep baru melalui asimilasi dan akomodasi skema
mereka. Oleh karena itu, belajar merupakan suatu proses yang terus menerus, tidak
berkesudahan.Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman
yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan
dalam kotak yang berbeda. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget,
sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya yaitu proses organisasi informasi dan proses
adaptasi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada
sebelumnya dalam otak. Melalui proses organisasi inilah manusia dapat memahami sebuah
informasi baru yang didapatnya dengan menyesuaikann informasi tersebut dengan struktur
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga manusia dapat mengasimilasikan dan
mengakomodasikan informasi atau pengetahuan tersebut.
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa
pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda
berdasarkan kematangan intelektual anak.Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya
menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn, dan Tony,
1995:222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal.
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi
kelas.
5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi,
situasi dan sumber.

6
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan
skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata
sehingga pengetahuan bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara
hirarkis (Hudoyo, 1998:5)
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pelajar dengan faktor ekstern atau
lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.Berikut adalah tiga dalil pokok
Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan
kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi (1998: 133)
mengemukakan:
1) Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dengan
urutan yang sama.
2) Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan,
pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang
menunjukkan adanya tingkal laku intelektual.
3) Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses
pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi).
Adapun dampak yang terjadi akibat penerapan teori konstruktivisme dari Piaget terhadap
pembelajaran:
1. Kurikulum: pendidik harus merencanakan kurikulum yang berkembang sesuai dengan
peningkatan logika anak dan pertumbuhan konseptual anak.
2. Pengajaran: guru harus lebih menekankan pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau
interaksi anak dengan lingkungan di sekelilingnya. Misal guru harus mencermati peran
penting konsep-konsep fundamental, seperti kelestarian objek-objek, serta permainan-
permainan yang menunjang struktur kognitif.
b. Konsep Konstruktivisme Vygots
Menurut Vygotsky (Elliot, 2003:52) belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua
elemen penting:
1) Belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar.
2) Proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya.
Sehingga muncul perilaku sesorang karena intervening kedua elemen tersebut, pada saat
seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya, ia akan menggunakan fisiknya berupa

7
alat inderanya untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut, kemudian dengan
menggunakan saraf otaknya informasi yang telah diterima tersebut diolah. Fungsi mental
biasanya ada dalam percakapan atau komunikasi dan kerja sama di antara individu-individu
(proses sosialisasi) sebelum akhirnya berada dalam diri individu (internalisasi). Pentingnya
interaksi sosial dalam perkembangan kognitif manusia telah melahirkan konsep perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif manusia berkaitan erat dengan perkembangan bahasanya.
Sehingga Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang didasarkan pada
perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Ella, 2003) yaitu:
1) Preintelectual speech
Tahap awal dalam perkembangan kognitif ketika manusia baru lahir, yang ditunjukkan
dengan adanya proses dasar secara biologis (menangis, mengoceh dan bergoyang-goyangkan
tangan) yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi bentuk yang lebih sempurna seperti
berbicara.
2) Native psychology
Tahap kedua dari perkembangan bahasa ketika seorang anak “mengeksplore” atau
menggali objek-objek konkret dalam dunia mereka. Anak mulai memberi nama atau label
terhadap objek objek tersebut dan telah dapat mengucapkan beberapa kata dalam
pembicaraannya.
3) Egocentric speech
Tahap ini ketika anak berusia 3 tahun, anak selalu melakukan
percakapan tanpa mempedulikan orang lain atau apakah orang lain
mendengarkan mereka atau tidak.
4) Inner speech
Tahap ini memberikan fungsi yang penting dalam mengarahkan perilaku sesorang.Ide
dasar dari teori belajar Vygotsky adalah scaffolding yaitu memberikan dukungan dan bantuan
kepada seorang anak yang sedang belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi
dukungan atau bantuan tersebut setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas
yang dihadapinya agar anak dapat belajar mandiri.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi,
1999:63) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau
anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan
memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis
masalah dalam kehidupan sehari-hari

8
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya.
Dampak konsep Vygotsky terhadap pembelajaran ditengarai
sebagai berikut:
1. Kurikulum: karena anak belajar umumnya melalui interaksi, kurikulum harus dirancang
untuk menekankan adanya interaksi antara pembelajar dengan tugas-tugas pembelajaran
2. Pembelajaran: dengan bantuan yang sesuai oleh orang dewasa, anak anak sering dapat
melaksanakan tugas-tugas yang tidak mampu diselesaikan sendiri. Terkait dengan itu,
maka scaffolding (pijakan atau para-para) dimana orang dewasa secara kontinyu
menyesuaikan tingkat responnya terhadap tingkat kognitif (kinerja) anak-anak terbuksi
sebagai suatu cara pengajaran yang efektif.

C. Penerapan Konstruktivisme dalam Pendidikan dan Pembelajaran

1) Pengetahuan tidak bisa diberikan begitu saja kepada siswa dan diharapkan siswa juga harus aktif
secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya.
2) Teori ini memusatkan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka,
3) Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi
koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi.
4) siswa adalah subjek utama dalam kegiatan penemuan pengetahuan.
5) Pengajar harus dapat memahami dan menghargai pemikiran siswa yang seringkali siswa
menampilkan pendapat yang berbeda bahkan bertentangan dengan pemikiran pengajar
D. Hakekat Humanisme
Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan dan tanggung jawab
personal. Sebagaimana yang dinyatakan secara tidak langsung oleh tema itu, psikologi humanism
juga memfokuskan pada prestasi, motivasi, perasaan, tindakan dan kebutuhan akan umat manusia.
Akhir dari perkembangan pribadi manusia adalah mengaktualisasikan dirinya, mampu
mengembangkan potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan
lingkungannya.
Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.Teori belajar humanistik sifatnya
sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusi yang dicita-citakan dan
bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri serta tentang proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal. Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku
tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan

9
dirinya sendiri.Menurut para pendidik aliran ini penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa
mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua
bagian pada proses belajar yaitu proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi ini
pada individu.
E. Humanisme Menurut Maslow dan Aplikasinya dalam Pendidikan
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada 2 hal :

1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang.


2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berprilaku dalam upaya memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang bias timbul berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk berkembang atau berusaha, mengambil kesempatan, membahayakan apa yang sudah
dia miliki dan sebgainya, tetapi di sisi lain seseorang memiliki dorongan untuk lebih maju kea rah
keutuhan, kepercayaan diri menghadapi dunia luar.
Teori Carl Roger tentang Humanisme Carl Roger adalah seorang psikolog humanisme yang
menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Menurut Roger yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran. Guru
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Guru
harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa diri dan dunia
seseorang.

F. Penerapan Pendekatan Teori Belajar Humanisme dalam Pendidikan dan Proses


Pembelajaran

Dalam kaitannya dengan proses pendidikan formal (sekolah), Slavin mengelompokkan


tahapan perkembangan anak, yaitu tahapan early childhood, tahapan middle childhood, dan tahapan
adolescence, dengan dimensi utama perkembangan mencakup dimensi kognitif, dimensi fisik, dan
dimensi sosioemosi. Tiap dimensi perkembangan tersebut memiliki kaarakteristik yang berbeda
antara tahapan perkembangan yang satu dengan tahapan perkembaangan yang lainnya. Aplikasi
teori humanisme dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar. Hal ini diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis
terhadap fenomena sosial. Menurut Gege dan Berliner, prinsip dasar dari pendekatan humanisme

10
untuk mengembangkan pendidikan, murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu
ketahui. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak
pengetahuan. Murid akan belajar lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam. Peran guru
dalam proses pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitor bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri.

Diharapkan siswa mampu memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.Pembelajaran berdasarkan teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terkait oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

G. Pendidikan

1. Hakikat Pendidikan

Imanuel Kant dalam Faisal (1988c: 211) menyatakan bahwa manusia menjadi manusia karena
pendidikan. Berikut ini konsep-konsep tentang pendidikan yang telah dirangkum oleh Saifullah
(1988; 79-95).

a. Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan, sehingga


memungkinkan transmisi kebudayaan dari generasi satu kegenerasi berikutnya.

b. Pendidikan adalah proses dimana individu diajar bersikap setia dan taat dengan mana pikiran
manusia ditera dan dibina.

c. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan di dalam, dimana individu diberi pertolongan untuk
mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan dan minatnya.

d. Pendidikan adalah pembangunan kembali atau penyusunan kembali pengalaman, sehingga


memperkaya arit perbendaharaan pengalaman yang dapat meningkatkan kemampuan dalam
menetukan arah tujuan pengalaman selanjutnya.

e. Pendidikan adalah proses dimana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap
aspek-aspek kehidupan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan modern untuk
mempersiapkan agar berhasil dalam kehidupan orang dewasa.

11
2. Aliran-aliran dalam Pendidikan

Aliran pendidikan merupakan gagasan dan pelaksanaan pendidikan yang selalu dinamis dan
sesuai dengan dinamika dankebutuhan manusia dan masyarakat.

1) Aliran Klasik

Adapun aliran-aliran klasik dalam pendidikan antara lain:

a. Aliran Empirism
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada
lingkungannya, sedangkan pembawaan tidak dipertimbangkan sama sekali. Tokoh aliran ini
adalah filsuf Inggris yang bernama John Locke (1704-1932) yang mengemukakan tentang
Teori Tabularasa, yakni

1. Segala pengetahuan, keterampilan, dan sikap manusia dalam perkembangan ditentukan oleh
pengalaman (empiri)

2. Lingkungan membentuk perkembangan manusia atau anak didik

3. Lingkungan 100% menentukan perkembangan manusia

4. Anak yang lahir tidak membawa, ia bagaikan kertas kosong.

b. Aliran Nativisme.

Aliran ini bertolak dari Libnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor yang juga termasuk dalam kategori pendidikan, dianggap kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Schopenhauser (filsuf Jerman 1788-1800)
berpendapat diantaranya:

1. Anak yang lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk sendiri-sendiri.

2. Pembawaanlah yang menentukan perkembangan anak tersebut.

3. Lingkungan sama sekali tidak bisa berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
anak.

c. Aliran Naturalisme.

Aliran ini ada persamaan dengan aliran nativisme. Filsuf Prancis J.J Rouseau (1712-1778)
berpendapat bahwa:

12
1. Sejak lahir anak sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri, baik bakat, minat, kemampuan,
sifat, watak, maupun pembawaan lainnya.

2. Pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungannya.

3. Semua yang baik tangan sang pencipta, dan semua menjadi buruk di tangan manusia.

d. Aliran Konvergensi. Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), ahli pendidikan bangsa
Jerman. Ia berpendapat bahwa:

1. Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang penting terhadap
perkembangan dan pertumbuhan dan sulit untuk dipisahkannya

2. Perkembangan anak tergantung pada pembawa dan lingkungan, yakni kedua garis itu menuju ke
satu titik yang disebut proses konvergensi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1. teori konstruktivisme
menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan
cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas
pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi
maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti
pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam
proses konstruksi makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya
teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga
dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
2. Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistik adalah teori belajar dan pembelajaran yang mengedepankan
memanusiakan manusi dalam pembelajaran, menurut pandangan teori humanistik pendidik
bukan sekedar mengembangkan aspek kognitif siswa, akan tetapi juga pendidik diharapkan
dapat mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan) dan aspek afeksi (sikap). Teori
belajar humanistik merupakan menyempurna dari teori pembelajaran sebelumnya. Yang hanya
menyangkup sebuah aspek saja. Guru dalam teori humanistik sebagai fasilitator, guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran.
B. Saran
Penggunaan metode pembelajaran humanistik sesuai bagi peserta didik, karena dalam metode
pembelajaran humanistik tak hanya mengajarkan kognitif dan psikomotor saja, akan tetapi afektif.
Hal ini diperlukan untuk mendidik peserta didik lebih memiliki sikap yang baik, tak hanya pandai
dan cerdasAda baiknya dalam proses belajar mengajar seorang guru haruslah memahami konsep
dasar dari teori belajar dan pembelajaran, sehingga dapat memahami setiap kondisi dari setiap
situasi yang dialaminya didalam kelas dengan para peserta didiknya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cleves, J, Gender & Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Suyono. Hariyanto. 2014. “Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar”. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Fakih, M, Analisi Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Ahmed, L, Wanita & Gender Dalam Islam, Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2000.

Santrock, John W. 2011. “Psikologi Pendidikan Edisi Kedua”.Jakarta: Kencana Prenada Group

Suardi, Moh. 2012. “Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi”. Jakarta: PT Indek

15

Anda mungkin juga menyukai