Disusun Oleh:
Kelompok 3
No. Nama Npm
1. Rani Aprilia (19310013)
2. Rio Kurniawan Ali Zen (19310015)
3. Chintya Maya Sari (19310023)
4. Selvia Yenita (19310032)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya. Sholawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi kita
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan mudah-mudahan
kita termasuk ke dalam umat beliau yang mendapatkan hidayah serta syafaatnya di
akhirat kelak. Aamiin. Atas berkat rahmat Allah SWT.
Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Menurut
Aliran Kontruktivisme Dan Landasan Filosofisnya “ . Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih terbatas. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, supaya kedepannya dapat
lebih baik lagi.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Pengertian Konstruktivisme.................................................................3
B. Belajar menurut teori konstruktivisme................................................3
C. Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme...............................6
D. Prinsip-prinsip belajar menurut teori konstruktivisme........................9
E. Kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme..............9
BAB III PENUTUP.......................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................11
B. Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki
kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang
hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan
layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut,
dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan
mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar
dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal
pada diri siswa. Dalam konteks filsafat pendidikan Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta- fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
denga bantuan fasilitasi orang lain.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian konstruktivisme?
2. Bagaimana belajar menurut teori konstruktivisme?
3. Bagaimana tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme?
4. Bagaimana prinsip-prinsip belajar menurut teori konstruktivisme?
5. Bagaimana kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kontruktivisme
2. Untuk mengetahui belajar menurut teori konstruktivisme
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar menurut teori konstruktivisme
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruktivisme
Karwono (2012 : 90) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan
(konstruksi) si-belajar sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga
gambaran dari dunia kenyataan yang ada.Pengetahuan merupakan hasil dari
kontruksi kognitif melalui kegiatan.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan
merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang
terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam
mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh
gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan,
melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.Peran guru
dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai
fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran,
bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun
menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa
termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan
ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah proses mengkonstruksi
pengetahuan. Proses konstruksi itu dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini
adalah proses aktif, sedangkan mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari
guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, dan bersikap kritis.
3
Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri. Bagi aliran konstruktivisme,
guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-
satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang
memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri . Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana
guru mengajar.
4
6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Pendekatan konstruktivisme didasarkan pada teori yang dirintis
kembangkan oleh Jean Piaget. Dalam kelas konstruktivis sesorang guru tidak
mengajarkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan persoalan, namun
mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara
mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan
jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahw jawabannya benar atau
tidak benar, namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada
ide seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang
apa yang dapat masuk akalnya. Pendekatan ini secara radikal berbeda dengan
pendekatan tradisional dimana guru adalah seseorang yang selalu mengetahui
jawabannya. Justru dalam pendekatan ini, para siswa diberdayakan oleh
pengetahuannya yang berada pada diri mereka. Meraka berbagi strategi dan
penyelesaian, debat antara satu dengan yang lainnya, berfikir secara kritis tentang
cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah :
1) memberi peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru
dengan penggunaan masalah yang kontektual.
2) menggali bagaimana cara berpikir siswa
3) mendukung pembelajaran secara cooverative
4) memperhatikan potensi yang dimiliki oleh siswa
5) mengangap pembelajaran sebagai proses yang sama penting dengan hasil
belajar
6) mengaktifkan siswa dalam bertanya dan berdiskusi sesama siswa dan guru
7) meningkatkan kemampuan menemukan siswa (inkuiri) melalui kajian dan
eksperimen
8) meningkatkan kemampuan dan potensi berfikir siswa
5
9) menggunakan ide dan masalah yang muncul dari siswa sebagai bahan
sumber pembelajaran
6
b) Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses
kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau
rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan
terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata
melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses
individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan
lingkungan baru dengan pengertian orang itu berkembang.
c) Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang
telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan
mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru
yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang
telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
d) Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara
proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
7
orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian
perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan
belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses
berfikir diri sendiri.
Triantina (2012) menyatakan bahwa ada dua implikasi utama teori
Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk
pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan
yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas
yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang
efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-
masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
perancahan (scaffolding).Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat
mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
a) Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi
perkembangan belajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan
jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut
Vygotsky, peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi
dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih.
Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual peserta didik.
b) Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut
masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka, yaitu tugas-tugas
yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada
saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah perkembangan
terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri akan dapat
mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
8
D. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Konstruktivisme
1. Pembelajaran Sosial (social leaning).
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran
kooperatif.Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi
bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.
2. ZPD (Zone of Proximal Development)
Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik
jika berada dalam ZPD (zona perkembangan maksimal). Siswa bekerja
dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat
memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau
temannya. Bantuan atau support dimaksud agar sianak mampu untuk
mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat
kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif sianak.
3. Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship)
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit
memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang
lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.
4. Pembelajaran Termediasi (mediated learning)
Pada prinsip ini Vygostky menekankan pada scaffolding yaitu siswa
diberimasalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi
bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
9
b) Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliksikannya dalam semua situasi;
c) Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan mengingat lebih lama konsep. Melalui pendekatan ini
murid dapat meningkatkan kefahaman mereka;
d) Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila
seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja mau pun dengan
guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan mau pun wawasan baru
2) Kelemahan
Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahanyakni:
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi,
b) Konstruktivis memenanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa.
d) Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan.
e) Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya
kurang begitu mendukung, siswa berbeda persepsi satu dengan yang
lainnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar menurut teori konstruktivisme adalah merupakan suatu upaya keras
yang sangat personal, sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-
prinsip umum sebagai konsekuensinya seharusnya diaplikasikan dalam
konteks dunia nyata. Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme antara
lain Jean Piaget, Vygosky, Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Prinsip-Prinsip
belajar menurut teori konstruktivisme Pembelajaran Sosial (social leaning),
ZPD (Zone of Proximal Development), Masa Magang Kognitif (Cognitif
Apprenticeship), Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Seperti
halnya teori lainnya teori belajar konstruktivisme juga terdapat beberapa
kelebihan maupun kelemahan.
11
Daftar Pustaka
Septiani Ana. 2015. Teori Belajar Menurut Aliran Kontruktivisme Dan Landasan
Filosofisnya . http://adamsaktiwirayuda.blogspot.com/2015/12/teori-belajar-
menurut-aliran.html. Diakses 6 April 2020. Pukul 18.08 WIB
12