Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSTRUKTIVISME

Tugas Kuliah Filsafat Pendidikan

DOSEN PENGAMPU :
Mujawazah, M.Pd.

DI SUSUN OLEH:
Miko Andriyan (20101809)
Tsaqif Rahman Wildan Barikna (20101813)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) YOGYAKARTA


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya di akhirat.

Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat jasmani maupun rohani, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok mata kuliah Filsafat Pendidikan
dengan judul “Konstruktivisme”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yaitu khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan kami, yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah kami bermanfaat, sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bantul, 14 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Teori Konstruktivisme.................................................................................................2
2.2 Pencetus Teori Konstruktivisme..................................................................................3
2.3 Karakteristik Teori Konstruktivisme...........................................................................4
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme....................................................5
2.5 Implementasi Teori Konstruktivisme..........................................................................6
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu memiliki kemampuan mengingat, mengungkap kembali,


membandingkan, memilih, dan mengambil keputusan mengenai berbagai
pengalamannya. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan
perbedaan-perbedaan pengalaman tersebut sehingga dalam menyikapi perbedaan
pemahaman tentang suatu permasalahan dalam perkuliahan dapat dilakukan dengan arif
dan bijaksana.
Pesatnya perkembangan dunia pendidikan dewasa ini, memunculkan beberapa
teori pendekatan, salah satunya adalah pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran
yang ideal dengan memperhatikan hasil konstruksi mahasiswa perlu dilakukan dan
dikembangkan oleh segenap civitas akademik. Rasa saling menghormati juga perlu
dikembangkan untuk menghilangkan rasa takut mahasiswa kepada dosen sehingga
dapat menumbuhkan kreativitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori konstruktivisme?


2. Siapa tokoh pencetus teori konstruktivisme?
3. Bagaimana karakteristik dalam teori konstruktivisme?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori konstruktivisme?
5. Bagaimana implementasi teori konstruktivisme dalam proses pengajaran dan
pembelajaran?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan teori konstruktivisme.


2. Menyebutkan tokoh pencetus atau penggagas teori konstruktivisme.
3. Menjabarkan karakteristik dari teori konstruktivisme.
4. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme.
5. Menjabarkan penerapan atau implementasi teori konstruktivisme dalam pengajaran
dan pembelajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Konstruktivisme


Teori merupakan “kumpulan-kumpulan pemikiran seseorang yang sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku dan dapat diterima oleh logika semua orang”. 1Teori dalam
pendidikan memiliki peran untuk memecahkan setiap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Untuk menyelesaikan setiap permasalahan tersebut maka dibutuhkanlah
sebuah teori yang mampu memberikan jalan keluar dari hal tersebut.

Dalam kegiatan belajar mengajar pun terdapat permasalahan-permasalahan yang


terjadi. Untuk mengatasi atau menyelesaikan permasalahan itu, tentunya juga
dibutuhkan suatu teori. Dalam hal ini sering disebut dengan teori pembelajaran, salah
satunya yaitu teori konstruktivisme.

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah
lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti
bersifat membangun. Kontruktivisme merupakan “salah satu filsafat pengetahuan
konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Pengetahuan “selalu menjadi akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan dari konstruks seseorang. Proses pembentukan itu
berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena ada suatu
pemahaman yang baru”.2

Para kontruktivisme menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang tersedia


bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya seseorang berinteraksi
dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium,
dan merasakannya. Misalnya dengan mengamati air, bermain air, mengecap air, dan
menimbang air, seseorang membangun gambaran pengetahuan tentang air. Para
kontruktivitis itu adalah diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja pada seseorang (murid) dari seorang guru. Murid

1
Dadang Supardan, “Teori dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Edunomic |
Volume 4 No. 1 Tahun 2016, hal. 4.
2
Pribadi, Benny Agus (2010) “Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran”, Sosok Kurikulum
dalam Tataran Penerapan. Universitas Terbuka, Jakarta. Hal. 152.

2
sendirilah yang harus mengartikan apa yang diajarkan dengan menyesuaikan dengan
pengalaman-pengalaman mereka.

Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah “aktivitas yang aktif, di mana


peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya”.3 Berdasarkan pendapatnya di atas, maka
dapat di pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa
dengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka
telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian
mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun


tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivis menyatakan bahwa
pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak
kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada orang lain. Pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran seseorang yang
memiliki suatu pengetahuan kepada seseorang yang belum mempunyai pengetahuan
bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pengertian kepada
seorang murid. Pemindahan itu harus diinterprestasikan dan dikonstruksi oleh seorang
murid lewat pengalaman.

2.2 Pencetus Teori Konstruktivisme


Teori konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget
dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah
perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser
karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan.

Menurut Glaserfeld, pengertian “konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam
tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget.
Namun, bila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah
dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemology dari italia.” Inilah cikal bakal
dari teori konstruktivisme.4

3
Suparlan, “Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 1
Nomor 2 (Juli 2019), hal. 83.
4
Pribadi, Benny Agus (2010) “Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran”, Sosok Kurikulum
dalam Tataran Penerapan. Universitas Terbuka, Jakarta. Hal. 152.

3
2.3 Karakteristik Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan model pembelajaran mutakhir yang mengedepankan
aktivitas siswa dalam setiap interaksi ekukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan
menemukan pengetahuannya sendiri. Aliran konstruktivisme ini, dalam kajian ilmu
pendidikan merupakan aliran yang menekankan siswa untuk dapat berperan aktif dalam
menemukan ilmu baru. Konstruktivisme menganggap bahwa “semua peserta didik
mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau
pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan
sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini sering kali masih naif”.5

Konstruktivisme senantiasa mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini


secara kokoh, karena gagasan atau pengetahuan tersebut terkait dengan gagasan atau
pengetahuan lainnya. Pembelajaran Konstrukivisme memungkinkan tersedianya ruang
yang lebih baik bagi keterlibatan siswa dikelas, melakukan eksplorasi serta menggali
secara lebih dalam kemampuan potensi dan sikap perilaku yang lebih terbuka. Di antara
ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran kognitivisme ini adalah “siswa
tidak diindoktrinasikan dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan
mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah
mereka ketahui dan pelajari sendiri”.6

Selain ciri-ciri tersebut, dalam pembelajaran model konstruktivisme juga perlu


ditekankan pada 4 (empat) komponen kunci, yaitu:

a. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil pelajarannya, bukan karena


disampaikan atau diajarkan.

b. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya.

c. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.

d. Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses


pembelajaran.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme


a. Kelebihan

5
Pribadi, Benny Agus (2010) “Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran”, Sosok Kurikulum
dalam Tataran Penerapan. Universitas Terbuka, Jakarta. Hal. 153.
6
Dadang Supardan, “Teori dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Edunomic |
Volume 4 No. 1 Tahun 2016, hal. 6.

4
Diantara kelebihan dari penerapan pembelajaran model konstruktifisme
adalah sebagai berikut :
 Guru bukan satu-satunya sumber belajar dan pengetahuan. Maksudnya yaitu
“dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam
pembelajaran, siswa tuntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya,
baik dari segi latihan, bertanya, praktik dan lain sebagainya”, jadi guru hanya
sebagi pemberi arah dalam pembelajaran dan menyediakan apa-apa saja yang
dibutuhkan oleh siswanya.7
 Siswa lebih aktif dan kreatif. Maksudnya yaitu siswa dituntut untuk bisa
memahami pembelajarannya baik di dapatkan di sekolah dan yang dia
dapatkan di luar sekolah, sehingga pengetahuan-pengetahuannya yang dia
dapatkan tersebut bisa dia kaitkan dengan baik dan seksama.
 Pembelajaran dan pengalaman menjadi lebih bermakna. Artinya pembelajaran
tidak hanya mendengarkan dari guru saja akan tetapi siswa harus bisa
mengaitkan dengan pengalaman-pengalaman pribadinya.
 Pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Maksudnya siswa bebas
mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di lingkungannya dengan yang
di sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkannya.
 Guru berfikir proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk
menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
b. Kekurangan
Diantara kelebihan dari penerapan pembelajaran model konstruktifisme
adalah kurang aktifnya pengajar atau guru sehingga dapat menimbulkan asumsi
negatif terhadap guru. Selain itu, teori ini juga menyebabkan kesalah pahaman
murid atas apa yang telah disimpukannya berdasarkan pengalaman dan analisanya
sendiri.

2.5 Implementasi Teori Konstruktivisme


Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir
kepada siswa dan memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori
yang sudah di ketahuinya dalam kehidupannya. Konstuktivisme memiliki asumsi yang
7
Suparlan, “Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 1
Nomor 2 (Juli 2019), hal. 85.

5
sama dengan teori kognitif sosial yang mengarahkan bahwa orang, prilaku, dan
lingkungan berinteraksi secara timbal balik.

Adapun asumsi-asumsi dari konstruktivisme adalah sebagai berikut, pertama


“manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka
sendiri. Di mana siswa diberikan keluasan untuk mengembangkan ilmu yang sudah
didapatkan tersebut, baik dengan melakukan latihan, melakukan eksperimen maupun
berdiskusi sesama siswa. Dengan hal seperti itu maka ilmu-ilmunya tersebut akan
berkembang dan bertambah. Kedua, guru sebaiknya tidak mengajar dalam artian
menyampaikan pelajaran dengan cara tradisional kepada sejumlah siswa. Guru
seharusnya membangun situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat
secara aktif dengan materi pelajaran melalui pengolahan materi-materi dan interaksi
sosial”.8

Menurut sifatnya, konstruktivisme seharusnya mendorong siswa untuk


memberikan jawaban-jawaban terbuka dan mendiskusikan tentang subjek yang
dikajinya. Berdasarkan jenis dan bentuknya penyajian model pembelajaran
konstruktivisme, terdapat tiga model kecenderungan, yakni :
1. Model Konstruktivisme "Siklus Belajar", yang tahapan-tahapannya sebagai
berikut.
a. Discovery, di mana para siswa didorong untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan terbuka maupun hipotesis-hipotesis.
b. Pengenalan konsep, dalam hal ini guru mempertanyakan konsep-konsep
yang berhubungan dengan topik itu.
c. Aplikasi konsep, dengan menerapkan konsepkonsep yang dikemukakan
tahap 1 & 2 serta boleh mengulangi tahapannya lagi.
2. Model Konstruktivisme Gagnon & Collay. Ada enam tahapan yang ada dalam
model ini, yaitu sebagai berikut.
a. Situasi, gambarkan situasi tertentu yang berhubungan dengan tema/topik
pembahasan.
b. Pengelompokan, buat kelompok bisa berdasarkan no urut maupun
campuran tingkat kecerdasannya.

8
Suparlan, “Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 1
Nomor 2 (Juli 2019), hal. 83-84.

6
c. Jembatan, memberikan suatu masalah sederhana/permainan/ teka-teki untuk
dipecahkan.
d. Pertanyaan, buat pertanyan pembuka maupun kegiatan inti agar siswa tetap
termotivasi untuk belajar lebih jauh.
e. Mendemonstrasikan, memajangkan/memamerkan/menyajikan hasil kerja
siswa di kelas.
f. Refleksi, merenungkan, menindak-lanjuti laporan kelompok yang
dipresentasikan.
g. Model Konstruktivisme McClintock dan Black. Tahapan-tahapannya ada tujuh,
yakni sebagai berikut.
a. Observasi, siswa melakukan observasi terutama atas sumber-sumber,
materi-materi, foto, gambar, rekaman video, & permainan ttg kebudayaan
daerah.
b. Konstruksi interpretasi, siswa menginterpretasikan pengmt dan memberikan
penjelasan.
c. Kontekstualisasi/siswa membangun konteks untuk penjelasan mereka.
d. Belajar keahlian kognitif, guru membantu pengamatan, penguasaan siswa,
interpretasi, dan kontekstualisasi.
e. Kolaborasi, para siswa bekerja sama dalam observasi, menafsirkan, dan
kontekstualisasi.
f. Interpretasi jamak, Para siswa memperoleh fleksibilitas kognitif dengan
memiliki kemampuan mengunjukkan berbagai penafsiran dari berbagai
perspektif.
g. Manifestasi jamak, siswa memperoleh transferabilitas dengan melihat
berbagai penjelmaan penafsiran yang beragam.
Dari situ, muncul suatu pendekatan yang dikenal dengan contextual teaching
learning (CTL) atau yang lebih dikenal dengan pendekatan kontekstual. CTL
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran
dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar siswa,
sehingga siswa (peserta didik) mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Pembelajaran kontekstual meniscayakan guru untuk mengaitkan antara materi


yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong mereka untuk

7
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan praktik kehidupan
mereka, baik sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam
konteks pembelajaran di kelas, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar bagi
siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah model pembelajaran yang


memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi kreatif dan melakukan berbagai
aktifitas di dalam berbagai interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan
dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme berasumsi bahwa setiap
peserta didik mulai dari sejak usia kanak-kanak sampai menginjak jenjang Perguruan
Tinggi telah memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungannya dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran Konstruktivisme memungkinkan tersedianya kesempatan yang
lebih banyak untuk keterlibatan siswa di dalam kelas secara aktif, melakukan
eksplorasi, serta menggali secara lebih dalam potensi atau kemampuan baik secara
kognitif afektif maupun psikomotor. Dalam model konstruktivisme siswa tidak
diindoktrinasi, akan tetapi mereka menemukan sendiri dan mengeksplorasi pengetahuan
tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Supardan, “Teori dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran”,


Edunomic | Volume 4 No. 1 Tahun 2016.
Pribadi, Benny Agus (2010) “Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran”,
Sosok Kurikulum dalam Tataran Penerapan. Universitas Terbuka, Jakarta.
Suparlan, “Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan Volume 1 Nomor 2 (Juli 2019).

iii

Anda mungkin juga menyukai