Anda di halaman 1dari 21

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN

KONSTRUKTIVITAS DARI PARA AHLI


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran PGMI
Dosen Pengampu: Ridwan Agustian Nur, S.T, M.Pd

Disusun oleh:
Azqia Wardatulummah (3.2020.1.0103)
Deti Febriani (3.2020.1.0516)
PGMI Semester 5

INSTITUT MADANI NUSANTARA


Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec.
Citamiang Telp/Fax. (0266) 225464 Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email : stai.sukabumi@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-nya sehingga saya dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul
“Teori Belajar Kognitif dan Konstruktivitas Dari Para Ahli”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas Belajar dan Pembelajaran PGMI. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu serta
teman-teman disekitar penulis yang telah memberikan dukungan kepada kami agar
dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Sukabumi, 2 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif
1. Pengertian Teori Belajar Kognitif ............................................ 3
2. Teori Kognitif Menurut Para Ahli ............................................ 4
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif ..................................... 6
4. Aplikasi Teori Belajar Kognitif................................................ 6
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif ................. 7
6. Implikasi Teori Belajar Kognitif .............................................. 8
B. Teori Belajar Konstruktivitas
1. Pengertian Teori Belajar Konstruktivitas ................................. 8
2. Teori Konstruktivitas Menurut Para Ahli................................. 10
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Konstruktivitas .......................... 11
4. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivitas .................................... 12
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivitas ...... 12
6. Implikasi Teori Belajar Konstruktivitas ................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama yang membentuk karakter/perilaku
manusia. Salah satu aspek penting yang menunjang keberhasilan pendidikan
adalah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan
terencana yang dilakukan dengan cara menciptakan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang optimal, efektif dan efisien untuk peserta didik.
Proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal, efektif dan efisien
jika dalam penyusunan proses pembelajarannya didukung dan didasari oleh
pengetahuan yang mumpuni mengenai teori belajar. Teori belajar merupakan
suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Namun sangat disayangkan, saat ini implementasi proses pembelajaran
masih sering mengalami masalah sehingga penerapan proses pembelajaran
masih belum maksimal dan belum mampu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Hal tersebut disebabkan karena pendidik/guru yang masih kurang paham dan
menguasai teori-teori belajar. Guru akan mengalami kesulitan dalam menyusun
proses pembelajarannya jika ia memiliki pemahaman yang kurang mengenai
teori belajar. Karenanya, hendaknya agar guru sebagai seorang pendidik untuk
memahami teori belajar apa yang akan ia gunakan dan menyesuaikannya
dengan materi pelajaran yang akan ia berikan pada peserta didik dalam
menyusun proses pembelajarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Teori belajar kognitif?
2. Apa pengertian Teori belajar Konstruktivitas?
3. Siapakah tokoh-tokoh Teori belajar kognitif?
4. Siapakah tokoh-tokoh Teori belajar konstruktivitas?
5. Apa sajakah prinsip-prinsip Teori belajar kognitif?
6. Apa sajakah prinsip-prinsip Teori belajar konstruktivitas?

1
7. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Teori belajar kognitif?
8. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Teori belajar konstruktivitas?
9. Bagaimanakah implikasi Teori belajar kognitif?
10. Bagaimanakah implikasi Teori belajar konstruktivitas?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Teori belajar kognitif.
2. Untuk mengetahui pengertian Teori belajar Konstruktivitas.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Teori belajar kognitif.
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Teori belajar konstruktivitas.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Teori belajar kognitif.
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Teori belajar konstruktivitas.
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori belajar kognitif.
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori belajar
konstruktivitas.
9. Untuk mengetahui implikasi Teori belajar kognitif.
10. Untuk mengetahui implikasi Teori belajar konstruktivitas.

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Teori Belajar Kognitif
1. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Secara bahasa, kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare” yang
artinya berfikir. Dalam KBBI, kognitif berarti segala sesuatu yang
melibatkan kognisi, berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Tidak
seperti teori behavior dimana belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang muncul akibat individu menerima stimulus dari
lingkungannya/seseorang dikatakan telah belajar, jika ia menunjukkan
respons/perubahan tingkah laku hasil dari stimulus yang diterimanya.
Berbeda dengan teori Behavior, teori kognitif berpendapat bahwa belajar
bukan hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon, tetapi juga
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.1
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses dibanding hasil
belajar. Teori belajar ini lebih menekankan bahwa belajar merupakan
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Dalam teori kognitif,
belajar pada prinsipnya adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan tingkah laku yang kongkrit.
Menurut Quraish Shihab2, dengan menelusuri ayat yang
menggunakan akar kata ‘aql seperti yang terlihat dalam surah Al-‘Ankabut
ayat 43 yang berbunyi:
ََ‫ِْلَ ْال ٰع ِلم ْون‬
َ َّ ‫اسَ َو َماَيَ ْع ِقل َهاََا‬ َ ْ َََ‫َوتِ ْلك‬
َ ِ َّ‫اْل ْمثَالََنَض ِْرب َهاَ ِللن‬
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
Dalam konteks ayat diatas perumpamaan yang diberikan Allah
berupa sarang laba-laba, pemisalan itu berkenaan dengan orang-orang

1
Yossita Wisman, “Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran,” Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang 11, no. 2 (2020): 353–61, https://chem-
upr.education/ojs/index.php/JIKT.
2
Quraish Shihab M, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 2005).

3
yang mencari pelindung selain Allah. Sebagaimana lemahnya sarang laba-
laba itu, demikian pula halnya pelindung-pelindung selain Allah. Karena
itu, dengan akal pikirannya, manusia diperintahkan untuk mengambil
pelajaran dari sarang laba-laba tersebut.3
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa belajar menurut
teori kognitif merupakan suatu proses yang melibatkan aktivitas mental.
Dimana belajar bukan hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon
namun melibatkan aktivitas mental/psikis yang terjadi di dalam diri
manusia sebagai akibat dari interaksi aktif individu dengan lingkungannya
sehingga memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.
2. Teori Kognitif Menurut Para Ahli
a. Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif disebut juga sebagai teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif anak terdiri atas beberapa tahap. Dan
menurutnya belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Karenanya, dalam
mengajar guru harus menyesuaikan dengan perkembangan
kognitif/kematangan berfikir anak.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh
siswakedalam empat tahap, yaitu:
• Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun).
• Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun).
• Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun).
• Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih).
Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur
dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karenanya, guru harus

3
Quraish Shihab M, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasin Al-Qur’an, Volume 10
(Jakarta: Lentera Hati, 2008).

4
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif peserta didiknya,
serta memberikan materi, metode, media pembelajaran yang sesuai
dengan tahap-tahap tersebut. Guru tidak dapat mengajarkan sesuatu
pada peserta didik jika peserta didik belum memiliki kesiapan
kematangannya.4
b. Jerome Bruner
Berbeda dengan Piaget, Bruner melihat perkembangan kognitif
manusia sangat dipengaruhi oleh bahasa yang biasa digunakan.
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dan disesuaikan dengan baik maka dapat
diberikan pada peserta didik. Dengan kata lain, perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan
yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Menurut Bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:
• Tahap Enaktif, yaitu tahap dimana siswa belajar dengan
mengenali dan memahami lingkungan dengan observasi pada
obyek konkret.
• Tahap Ikonik, yaitu tahap belajar siswa menggunakan gambar.
• Tahap Simbolik, yaitu tahap siswa belajar memanipulasi lambang
atau simbol.
c. Robert M. Gagne
Menurut teori Gagne, belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi yang terjadi dalam otak manusia. Ketika
pembelajaran berlangsung, terjadi proses penerimaan informasi, yang
kemudian diolah sehingga dapat menghasilkan hasil belajar. Menurut
teori Robert M. Gagne, proses pemrosesan informasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:

4
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Yogyakarta: Kanisius, 2001).

5
• Rangsangan yang diterima pancaindra peserta didik disalurkan ke
pusat syaraf dan di proses sebagai informasi.
• Informasi yang terkumpul kemudian dipilih secara selektif, ada
yang dibuang dan ada yang disimpan dalam memori.
• Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada
sebelumnyadan dapat diungkap kembali setelah dilakukan
pengolahan.5
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif
a. Peserta didik merupakan pembelajar aktif dalam proses pembelajaran.
b. Pembelajaran menekankan pada pola pikir peserta didik.
c. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatannya.
d. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang
pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik.
e. Hasil pembelajaran tidak hanya bergantung pada informasi yang
disampaikan guru, tetapi juga cara peserta didik dalam memproses
informasi tersebut.6
4. Aplikasi Teori Belajar Kognitif
a. Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak karena pemrosesan bahasa dan cara berpikir
anak berbeda dengan orang dewasa.
b. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
c. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
d. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi kesempatan untuk saling
berbicara dan berdiskusi dengan teman-temanya.

5
Ahmad Zain Sarnoto, “Teori Belajar Kognitif Perspektif Al-Qur’an,” Profesi: Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Keguruan 4, no. 2 (2015): 1–10,
https://jurnal.pmpp.or.id/index.php/profesi/article/view/148.
6
Thahroni Taher, “PROSES KOGNITIF DAN PRESPEKTIF AL-QUR`AN DALAM PEMAHAMAN
BACAAN,” Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, 2007.

6
e. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak,
tidak hanya kepada hasilnya.
f. Mengutamakan peran siswa agar mereka berinisiatif sendiri dan
terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
g. Memaklumi adanya perbedaan antar individu dalam hal kemajuan
perkembangan karena meskipun seluruh siswa tumbuh dan melewati
urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Seningga guru harus
mengatur agar kegiatan di dalam kelas yang terdiri dari individu-
individu berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam bentuk klasikal.
h. Memastikan siswa untuk saling berinteraksi sehingga terjadi
pertukaran gagasan-gagasan perkembangan penalaran.7
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
a. Kelebihan
• Dalam pembelajaran, guru hanya memberikan dasar-dasar dari
materi yang akan diajarkan, sedangkan untuk pengembangan
materinya diserahkan pada peserta didik. Sehingga peserta didik
aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran serta
memiliki pemahaman yang mendalam.
• Dengan menerapkan teori ini, guru dapat memaksimalkan ingatan
yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengingat
semua materi-materi yang diberikan.
• Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
b. Kekurangan
• Teori ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik
sehingga guru terkadang menganggap semua peserta didik itu

7
Mona Ekawati, “Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif Serta Implikasinya
Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran,” Jurnal ilmiahTeknologi Pendidikan 07 (2019): 2621–
7759.

7
memiliki kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-
bedakan.
• Jika dalam pembelajarannya hanya menggunakan teori belajar
kognitif saja, peserta didik akan tidak mengerti sepenuhnya tentang
materi yang diberikan dan akan mengalami kesulitan dalam
kegiatan praktek.
6. Implikasi Teori Belajar Kognitif
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
b. Kaitkan pengetahuan baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan
diyakini siswa.
c. Merencanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membuat siswa
aktif berpikir.
d. Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan jeda waktu kepada
siswa untuk merespon.
e. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
f. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lainnya.
g. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong
terjadinya diskusi.
h. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-
materi pembelajaran yang interaktif.8
B. Teori Belajar Konstruktivitas
1. Pengertian Teori Belajar Konstrutivitas
Secara bahasa, kata konstruktivitas berasal dari bahasa inggris yaitu
"toconstruct" yang berarti membentuk. Secara istilah, teori konstruktivisme
merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan yang

8
Zahrotul Badi’ah, “Implikasi Teori Belajar Kognitif J. Piaget dalamPembelajaran Bahasa
Arab dengan Metode Audiolongual.,” Jurnal Pendidikan Inovatif 3 (2021): 77–90.

8
dilakukan seseorang. Pengetahuan tersebut berasal dan ada dalam dalam
diri seseorang, hasil dari pengalaman yang didapatkannya.9
Menurut teori ini, proses membentuk pengetahuan berlangsung
secara bertahap dan pembentukan pengetahuan ini akan selalu dihadapkan
pada pengalaman atau fenomena baru yang dijumpai oleh seorang individu.
Lanjutnya menurut Trianto (2009) teori konstruktivis ini menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Atau bisa dibilang
bahwa konstruktivitas merupakan suatu proses dimana anak secara aktif
membangun sistem arti dan pemahaman merekasendiri melalui
pengalaman dan interaksi mereka.
Teori belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang
bertujuan untuk membangun pengetahuan secara individual dan
pengetahuan tersebut dibangun melalui proses berfikir. Berikut merupakan
salah satu ayat yang menuntun manusia untuk berfikir, QS. An-Nahl : 44
َِ‫اسِ َماِنُ ِز َِلِاِلَ ْي ِه ِْمِ َولَ َعلَّ ُه ِْمِ َيتَفَ َّك ُر ْون‬
ِ ِ َّ‫نِلِلن‬
َِ ‫الذك َِْرِ ِلت ُ َب ِي‬ ِِ ‫ِبا ْل َب ِي ٰن‬
ِ َِِ‫تِ َوال ُّز ُب ِِرِ َوا َ ْن َز ْلنَاِِاِلَيْك‬
“Keterangan-keterangan dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu
kitab Al-Qur’an agar kamu meneranngkan kepada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.
Maksud berfikir disini dapat diartikan secara luas:
a. Berfikir untuk menggali ilmu agama maupun ilmu umum
b. Berfikir dalam artian bertafakur agar kita semakin mengenali sang
pencipa dan meraih keridhoannya.
c. Berfikir untuk membedakan mana perkara yang baik dan mana perkara
yang buruk sehingga tidak mencampurkan keduanya.10
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstuktivitas
merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa pengetahuan yang

9
Suparlan, “Teori konstruktivisme dalam pembelajaran,” Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan 1
(2019): 79–88, https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika.
10
Rijal Arham, Marhamah, dan Dedi Djubaedi, “APLIKASI TEORI KONSTRUKTIVIS PADA AL-
QUR’AN HADIST,” JIES (Journal of Islamic Education Studies) 1 (2022): 7.

9
dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan
seseorang, dapat berasal dari diri sendiri maupun orang lain yang dapat
dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman
atau pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut.
2. Teori konstruktivitas Menurut Para Ahli
a. Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa teori konstruktivitas adalah proses belajar
untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realita.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator atau moderator dalam
pembelajaran. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun
dalam pikiran anak melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
skemata yang dimilikinya.
Menurut Piaget, proses mengkontruksi pengetahuan meliputi
skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
• Skemata merupakan sekumpulan konsep yang digunakan ketika
seseorang berinteraksi dengan lingkungan.
• Asimilasi merupakan proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke
dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
• Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah
ada, sehingga cocok dengan rangsangan tersebut.
• Sedangkan keseimbangan atau ekuilibrasi terjadi antara asimilasi
dan akomodasi.
b. Jerome Bruner
Bruner sangat mendorong agar pendidikan mengutamakan pada
pengembangan berpikir. Ia banyak memberikan pandangan tentang
perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau
memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan, dan
mentransformasikan pengetahuan tersebut. Bruner menyatakan bahwa

10
siswa harus terlibat secara aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep
dan struktur dalam materi yang dibicarakan.
Menurut teori ini, belajar akan lebih berhasil jika prosesnya
diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat
dalam tema yang diajarkan. Dengan mengenal konsep dan struktur
yang tercakup dalam temayang dibicarakan, anak akan memahami
materi yang akan dikuasainya. Anak juga akan mencari hubungan antar
konsep dan struktur tersebut sehingga materi menjadi lebih mudah
dipahami dan diingat oleh anak. Karenanya dalam belajar, siswa
haruslah terlibat secara aktif mentalnya agar ia dapat mengenal konsep
dan struktur dalam materi yang dibicarakan.
Menurut Bruner, belajar harus melibatkan tiga proses yang terjadi
hampir selalu bersamaan. Ketiga proses belajar tersebut, yaitu:
• Memperoleh informasi baru.
• Transformasi informasi.
• Menguji relevansi informasi dengan ketepatan pengetahuan.
c. Lev Vygotsky
Menurut Vygotsky, perkembangan intelektual dapat ditinjau dari
konteks historis dan budaya pengalaman anak. Perkembangan
intelektual juga tergantung pada sistem-sistem isyarat yang mengacu
pada simbol-simbol yang diciptakan untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi, dan memecahkan masalah.
Vygotsky menghendaki adanya setting kelas berbentuk kooperatif
antar kelompok siswa dengan kemampuan berbeda-beda, sehingga
mereka dapat berinteraksi dan memunculkan strategi dalam
memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran, Vygotsky juga
menekankan pada perancahan (scaffolding), sehingga semakin lama
siswa akan semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk
pembelajarannya sendiri.11

11
Nurhadi, “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran,” JurnalEdukasi
dan Sains 2 (2020): 77–95.

11
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Konstruktivitas
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan dari guru kemurid, tetapi
didapatkan dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
e. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.12
4. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivitas
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan kegiatan inquiri untuk topic pembelajaran.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Di dalam kelas, anak-anak diberi peluang untuk saling berbicara dan
berdiskusi dengan teman-temanya, sehingga dapat memperoleh hasil
belajar berupa keterampilan akademik, inquiry dan sosial.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-
idenya secara lebih bebas.
f. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes (minat), untuk
membuat hubungan ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian
memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.13
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivits
a. Kelebihan

12
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.,
2014).
13
Nurhadi, “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran.”

12
• Berfikir artinya, dalam proses membina pengetahuan baru murid
diajarkan untuk berfikir dalam menyelesaikan masalah atau sebuah
studi kasus serta mengembangkanya menjadi sebuah ide atau
membuat keputusan.
• Faham artinya, dalam proses pembelajaran murid harus terlibat
langsung dalam mengembangkan sebuah pengetahuan baru,
sehingga peserta didikakan lebih faham akan materinya.
• Daya ingat artinya, dalam proses pembelajaran anak harus terlibat
secara langsung dan aktif, dengan begitu mereka akan mengingat
lebih lama semua konsep yang ada sehingga murid akan memiliki
daya ingat yang baik dan akan yakin dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
• Kemahiran sosial artinya, dalam proses belajar kemahiran sosial
diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan guru dan
rekan dalam membina pengetahuan baru.
• Seronok artinya, dalam proses belajar peserta didik pastinya akan
terlibat secara terus menerus sehingga semakin lama mereka akan
faham, ingat, dan lebih yakin lagi dalam memutuskan sebuah
pengetahuan baru. Apabila peserta didik melakukan interaksi
secara sehat dengan guru ataurekan, maka mereka akan berasa
seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.14
b. Kekurangan
• Guru kadang tidak memperhatikan muridnya secara keseluruhan
semisal tidak pernah memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menyelesaikan suatu masalah atau berdiskusi sehingga peserta
didik hanya mendapat pembelajaran yang itu-itu saja dan pola pikir
peserta didik tidak berkembang.

14
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Penerbit SIC, 2010).

13
• Dalam pembelajaran, guru terkadang hanya memberi penjelasan
saja dan peserta didik hanya memahami saja tanpa terlibat secara
langsung dalam mengaplikasikan sebuah situasi baru.
• Guru yang berperan sebagai orang yang kaku dan harus ditakuti
peserta didik. Seharusnya, guru berperan sebagai teman bagi
peserta didiknya sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan
baik dalam membina pengetahuan baru.
• Apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam pembelajaran praktik
makadaya ingat dan pengetahuan peserta didik tidak akan
berkembang dengan baik, dan apabila peserta didik hanya diberi
materi baru pasti materi sebelumnya akan dilupakan.15
6. Implikasi Teori Belajar Konstruktivitas
a. Siswa dapat belajar melalui pengamatan dan pemberian pengalaman
kepada siswa.
b. Untuk mengkonstruksi pengetahuan pada siswa, pembelajaran lebih
didasarkan pada permasalahan sehari-hari.
c. Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi siswa
dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain
untuk memperkaya pengetahuan siswa.
d. Pembelajaran berpusat pada siswa.
e. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu.
f. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi.
g. Bisa menggunakan sumber belajar lain seperti teman sebaya,
perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.16

15
Ndaru Kukuh Masgumelar dan Pimton Setya Mustafa, “Teori Belajar Konstruktivisme
dan Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran,” GHAITSA : Islamic Education Journal 2,
no. 1 (2021): 49–57, https://siducat.org/index.php/ghaitsa.
16
Uba Umbara, “IMPLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA,” Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan 3, no. 1 (2017): 31–38.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan faktor utama yang membentuk karakter/perilaku
manusia. Salah satu aspek penting yang menunjang keberhasilan dalam
pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu usaha
sadar dan terencana yang dilakukan dengan cara menciptakan suasana belajar
dan proses pembelajaran yang optimal, efektif dan efisien untuk peserta didik.
Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, efisien dan optimal jika dalam
penyusunan proses pembelajarannya didukung dan didasari oleh pengetahuan
yang mumpuni mengenai teori belajar.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Banyak teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, disebabkan
karena para ahli Psikologi yang masih belum puas dengan penjelasan teori-teori
terdahuluya tentang belajar. Seperti teori belajar Kognitif dan Konstruktivitas.
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak hanya melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon namun melibatkan juga proses berpikir yang sangat
kompleks serta lebih mementingkan proses belajar dibanding hasil.
Pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Sedangkan teori konstruktivitas
berpendapat bahwa dalam pembelajaran, pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan hasil konstruksi dari kegitaan atau tindakan yang dilakukan
seseorang, dapat berasal dari diri sendiri maupun orang lain yang dapat
dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau

15
pengetahuan yang dimilikinya. Dalam teori ini, belajar dan mengajar lebih
berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat dengan segala kekurangan dan
keterbatasan penulis oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik. Semoga
makalah ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya untuk pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA
Arham, Rijal, Marhamah, dan Dedi Djubaedi. “APLIKASI TEORI
KONSTRUKTIVIS PADA AL-QUR’AN HADIST.” JIES (Journal of
Islamic Education Studies) 1 (2022): 7.
Badi’ah, Zahrotul. “Implikasi Teori Belajar Kognitif J. Piaget dalamPembelajaran
Bahasa Arab dengan Metode Audiolongual.” Jurnal Pendidikan Inovatif 3
(2021): 77–90.
Ekawati, Mona. “Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif Serta
Implikasinya Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran.” Jurnal
ilmiahTeknologi Pendidikan 07 (2019): 2621–7759.
Masgumelar, Ndaru Kukuh, dan Pimton Setya Mustafa. “Teori Belajar
Konstruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran.”
GHAITSA : Islamic Education Journal 2, no. 1 (2021): 49–57.
https://siducat.org/index.php/ghaitsa.
Nurhadi. “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran.”
JurnalEdukasi dan Sains 2 (2020): 77–95.
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC,
2010.
Sarnoto, Ahmad Zain. “Teori Belajar Kognitif Perspektif Al-Qur’an.” Profesi:
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Keguruan 4, no. 2 (2015): 1–10.
https://jurnal.pmpp.or.id/index.php/profesi/article/view/148.
Shihab M, Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasin Al-Qur’an.
Volume 10. Jakarta: Lentera Hati, 2008.
———. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan, 2005.
Suparlan. “Teori konstruktivisme dalam pembelajaran.” Jurnal Keislaman dan
Ilmu Pendidikan 1 (2019): 79–88.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika.
Suparno, Paul. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius,
2001.
Suyono, dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya., 2014.
Taher, Thahroni. “PROSES KOGNITIF DAN PRESPEKTIF AL-QUR`AN
DALAM PEMAHAMAN BACAAN.” Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Suska Riau, 2007.
Umbara, Uba. “IMPLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA.” Matematika Ilmiah STKIP
Muhammadiyah Kuningan 3, no. 1 (2017): 31–38.
Wisman, Yossita. “Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses
Pembelajaran.” Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang 11, no. 2 (2020): 353–61.
https://chem-upr.education/ojs/index.php/JIKT.

Anda mungkin juga menyukai