Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah
Teori Belajar Kontruksivisme ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pedagogik kejuruan, dan juga makalah ini memiliki tujuan untuk memberikan serta
menambahkan wawasan dan informasi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Efrizon M.T. , selaku dosen
pada mata kuliah Pedagogik kejuruan yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis. kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikanmakalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami
berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun akan kami
terima dengan senang hati.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii
BAB I............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruktivisme .................................................................................................. 3
B. Karakteristik Konstruktivisme .............................................................................................. 4
C. Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Konstruktivisme ........................................... 5
D. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme ................................................................... 7
E. Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ............................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................................ 9
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 9
B. Saran ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini
lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada
sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih
dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret. Seorang
guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian,
maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat
memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk
meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah
konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika
ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut
biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan
keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan
yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan
dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari
lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat
membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia
berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld
dalam Pannen dkk, 2001:3).
Konstruksi berarti bersifat membangun. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan
fasilitasi orang lain.Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya
bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
B. Karakteristik konstruktivisme
Inti dari konstruktivisme di atas berkaitan erat dengan beberapa teori belajar, yaitu; teori
perubahan konsep, teori belajar bermakna Ausubel, dan teori Skemata (Suparno, 1997:49).
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan
dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual
dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap
sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.
Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi
baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang
lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan
ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan
itu (Suparno, 1996: 7)
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori belajar yang menjelaskan adanya
proses evolusi pemahaman konsep siswa dari siswa yang sedang belajar. Pada mulanya siswa
memahami sesuatu melalui konsep secara spontan. Pengertian spontan merupakan pengertian
yang tidak sempurna, bahkan belum sesuai dengan konsep ilmiah, dan harus mengalami
perubahan menuju pengertian yang logis dan sistematis, yaitu pengertian ilmiah. Proses
penyempurnaan pemahaman itu berlangsung melalui dua bentuk yaitu tanpa melalui
perubahan yang besar dari pengertian spontan tadi (asimilasi), atau sangat perlu adanya
perubahan yang radikal dari pengertian yang spontan menuju pengertian yang ilmiah
(akomodasi).
Menurut pendukung teori perubahan konsep, dalam proses belajar ada proses perubahan
konsep yang mencakup dua tahap, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi (Suparno, 1997: 50).
Dengan asimilasi peserta didik menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk
berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan akomodasi peserta didik mengubah
konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Proses dalam
akomodasi oleh kaum konstruktivis disebut sebagai perubahan konsep secara radikal.
Teori perubahan konsep cukup senada dengan teori konstruktivisme dalam arti bahwa
dalam proses pengetahuan seseorang mengalami perubahan konsep. Pengetahuan seseorang
itu tidak sekali jadi, melainkan merupakan proses berkembang yang terus menerus. Dalam
perkembangan itu ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep lama
melalui akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang
sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi bila si peserta didik aktif berinteraksi
dengan lingkungannya.
3. Teori Skema
Jonassen menjelaskan bahwa skema adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan
untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, atau memecahkan persoalan (galam
Suparno, 1997:55) . Menurut teori skema, pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
informasi atau skema yang terdiri atas suatu set atribut yang menjelaskan objek tersebut,
maka dari itu membantu kita untuk mengenal objek atau kejadian itu. Hubungan skema yang
satu dengan yang lain memberikan makna dan arti kepada gagasan kita. Belajar menurut
teori skema adalah mengubah skema (Suparno, 1997:55). Lebih jauh ia menyatakan
Teori skema berpendapat bahwa pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket informasi,
atau skema, yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Skema adalah abstraksi mental
seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, ataupun
memecahkan persoalan. Orang harus mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar
agar dapat membentuk kerangka pemikiran yang benar. Kerangka pemikiran inilah yang
menurut Jonassen dkk.( Suparno,1997: 55), membentuk pengetahuan struktural seseorang, di
mana pengetahuan struktural tersebut terdiri dari skema-skema yang dipunyai dan hubungan
antara skema-skema itu.
David Ausubel (Dahar, 1989:112) terkenal dengan teori belajar bermakna (meaningful
learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar
bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam struktur
pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah
ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah
dipunyai si pelajar (Suparno, 1997: 54).
Kedekatan teori belajar bermakna Ausubel dengan konstruktivisme adalah keduanya
menekankan pentingnya mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru
kedalam sistem pengertian yang telah dimiliki, keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa, dan keduanya
mengasumsikan adanya keaktifan siswa dalam belajar.
Menurut Bruner, “pembelajaran adalah proses yang aktif dimana pelajar membina ide
baru berasaskan pengetahuan yang lampau”. Selanjutnya Bruner (Nur, 2000:10) menyatakan
bahwa “mengajarkan suatu bahan kajian kepada siswa adalah untuk membuat siswa berfikir
untuk diri mereka sendiri, dan turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan
pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk”. Masih menurut Bruner
(Dahar, 1997:98) bahwa dalam membangun pengetahuan di dasarkan kepada dua asumsi
yaitu :asumsi pertama adalah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif yaitu
orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak
hanya terjadi dilingkungan tatapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
PENUTUP