OLEH
NENGAH WIRAWAN (1629071010)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Terselesaikannya tugas ini
bukan karna pemikiran kami sendiri melainkan bantuan dari banyak pihak, maka dari
itu kami ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada pihak – pihak yang telah
membantu menyelesaikan tugas ini.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa kami haturkan kepada Bapak Dr. I Made
Kirna, M.Si, selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Berbasis Komputer yang telah
membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Penerapan Teori
Connectivism Dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa” dengan tepat waktu.
Selanjutnya kami berharap semoga makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi
diri pribadi dan bagi para pembaca. Semoga kami menjadi mahasiswa yang lebih aktif
dalam menulis bukan sekedar menyelesaikan tugas semata. Sekian dan terima kasih.
Hormat kami
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Teori Chaos..................................................................................................................3
2.2 Model pembelajaran connectivism..............................................................................3
2.2.1 Prinsip-prinsip model pembelajaran connectivism...............................................4
2.2.2 Implikasi penggunaan teori connectivism............................................................5
2.2.3 Hal-hal yang diperoleh dari penggunaan model pembelajaran
connectivism........................................................................................................................6
2.3 Hubungan Teori Chaos dengan Model Pembelajaran Connectivism...........................6
2.4 Model pembelajaran connnectivism untuk meningkatkan keterampilan belajar
siswa............................................................................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menjadikan model connectivism untuk meningkatkan pemecahan masalah
keterampilan belajar siswa, menjadi model pelajaran yang menarik dan membantu tugas
guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang inovatif dengan setting kooperatif. Salah satu model pembelajaran
yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara
sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa menguasai tujuan
pembelajaran yang spesifik adalah model pembelajaran connectivism untuk
meningkatkan pemecahan masalah keterampilan belajar siswa.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat disampaikan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian teori chaos.
2. Untuk mendeskripsikan pengertian model pembelajaran connectivism.
3. Untuk mendeskripsikan hubungan teori chaos dengan model pembelajaran
connectivism.
4. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran connectivism dalam
meningkatkan keterampilan belajar siswa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dari kegiatan mengetahui sampai dengan kegiatan menciptakan pengetahuan yang
dapat ditindakkan (actionable knowledge).
Connectivism adalah integrasi prinsip-prinsip dieksplorasi oleh kekacauan,
jaringan, dan kompleksitas dan self-organisasi teori. Belajar adalah proses yang terjadi
dalam lingkungan samar-samar dari pergeseran elemen inti - tidak sepenuhnya di
bawah kendali individu. Belajar (didefinisikan sebagai pengetahuan ditindak lanjut)
dapat berada di luar diri kita (dalam suatu organisasi atau database), difokuskan pada
menghubungkan set informasi khusus, dan koneksi yang memungkinkan kita untuk
mempelajari lebih lanjut lebih penting daripada negara kita saat mengetahui.
Connectivism didorong oleh pemahaman bahwa keputusan didasarkan pada
mengubah dengan cepat. Informasi baru terus diakuisisi. Kemampuan untuk menarik
perbedaan antara informasi yang penting dan tidak penting sangat penting. Kemampuan
untuk mengenali kapan informasi baru mengubah lanskap berdasarkan keputusan yang
dibuat sebelumnya yang dirasa juga sangat penting.
Kegiatan ini dapat terjadi di luar diri manusia (dalam suatu organisasi, suatu
database, dan lain sebagainya). Kegiatan ini berfokus pada penghubungan kumpulan-
kumpulan informasi khusus, dan hubungan hubungan lain yang memungkinkan kita
belajar lebih banyak. Karena itu, kemampuan melakukan penghubungan-
penghubungan ini merupakan hal yang lebih penting dari pengetahuan yang kita kuasai.
Connectivism dilandasi oleh pemahaman akan kenyataan bahwa pengambilan
keputusan di era informasi akan didasarkan pada landasan-landasan yang berubah
dengan cepat. Informasi-informasi baru akan diperoleh secara terus menerus secara
berkelanjutan. Kemampuan membedakan informasi yang penting dan yang tidak
penting dengan demikian bersifat vital. Dan juga, kemampuan untuk mengenali kapan
suatu informasi baru telah mengubah landasan yang menjadi dasar keputusan keputusan
yang diambil kemarin merupakan hal yang sangat kritis sifatnya (critical).
4
1. Pembelajaran dan pengetahuan berada dalam keaneka-ragaman (diversity)
pandangan/pendapat/opini.
2. Pembelajaran merupakan suatu proses menghubungkan sumber sumber
informasi terutama node node khusus. Selain itu, pembelajaran dapat terjadi di
luar diri manusia ( may reside in non-human appliances )
3. Kapasitas untuk dapat mengetahui lebih penting dari pada apa yang saat ini
diketahui.
4. Mendorong dan memelihara hubungan hubungan diperlukan untuk memfasilitasi
terjadinya pembelajaran berkelanjutan.
5. Kemampuan untuk melihat hubungan hubungan antara bidang bidang, ide ide,
dan konsep konsep merupakan keterampilan inti.
6. Kemutakhiran ( akurat, pengetahuan up-to-date ) merupakan tujuan dari kegiatan
pembelajaran connectivism
7. Pengambilan keputusan merupakan proses pembelajaran.
8. Memilih apa yang akan dipelajari sangat penting dalam menghadapi “banjir
informasi”.
9. Makna dari informasi yang masuk harus dilihat melalui “kacamata” suatu
pergeseran realitas. Suatu jawaban yang benar saat ini dapat salah besok pagi
karena adanya perubahan “iklim” informasi yang mempengaruhi keputusan
tersebut.
5
dan mensistesiskan dampak dampak dari berbagai pandangan atas suatu
informasi merupakan hal yang sangat penting dalam rangka survival di era
ekonomi-pengetahuan.
Organisasi penyediaan jasa media-masa, berita, informasi, ditantang untuk
terbuka, real-time, dan melakukan blogging agar terjadi komunikasi dua arah.
Keterkaitan yang bertambah erat antara manajemen pengetahuan individu
dengan manajemen pengetahuan organisasi.
Desain dari lingkungan pembelajaran.
2.2.3 Hal-hal Yang Diperoleh dari Penggunaan Model Pembelajaran
Connectivism
Dalam proses pembelajaran, hal-hal yang dapat kita peroleh atau yang dapat kita
petik dari penggunaan model pembelajaran connectivism ini adalah sebagai berikut:
Saluran (conduit, pipe) untuk terhubung dengan jejaring lebih penting dari apa
yang terdapat dalam saluran dan jejaring itu. Hal ini disebabkan apa yang ada
dalam jejaring akan selalu berubah dengan cepat, sedanglan saluran (bahasa,
media, teknologi) bersifat lebih permanen. Kemampuan kita untuk belajar apa
yang kita butuhkan di masa depan lebih penting dari yang kita ketahui hari ini.
Tantangan nyata dari suatu teori pembelajaran adalah kemampuan untuk
mengaktualisasi pengetahuan yang dikuasai pada titik penerapannya. Dan ketika
suatu pengetahuan dibutuhkan namun ternyata belum dikuasai, maka
kemampuan untuk “mencebur” ke dalam sumber pengetahuan untuk memenuhi
kebutuhan yang diperlukan merupakan keterampilan yang bersifat vital.
Karena pengetahuan berevolusi dan berkembang secara berkesinambungan,
akses kepada apa yang diperlukan lebih penting dari apa yang dikuasai saat ini.
Connectivism merupakan model pembelajaran yang menjawab “pergeseran
tektonik” dalam masyarakat di mana pembelajaran bukan lagi suatu kegiatan
intern individual. Cara manusia bekerja dan berfungsi dalam masyarakat
berubah dengan dipakainya alat alat (tools) baru yang dibuka peluangnya oleh
kemajuan ICT.
Bidang pendidikan terlalu lambat dalam mengenali dan beradaptasi dengan
dampak dari adanya alat alat pembelajaran yang baru, perubahan perubahan
lingkungan pembelajaran, dan arti baru dari pembelajaran.
6
Connectivism menawarkan keterampilan belajar bagi para pembelajar berupa
kegiatan kegiatan yang diperlukannya untuk menikmati hidup di era digital.
7
pemikiran kritis yang masih bersifat acak dan tidak beraturan menjadi sebuah pola-pola
berpikir yang lebih tersusun rapi dan sistematis.
8
diarahkan untuk belajar secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi dan sumber
belajar yang ada disekitarnya dengan dipandu oleh guru sebagai fasilitatornya dalam
blajar.
Penggunaan model pembelaran connectivism sangat dibutuhkan untuk
menngembangkan daya berpikir kritis siswa dalam belajar. Siswa akan terlatih dalam
mengambil keputusan secara cepat dalam menghadapi permasalahan yang
ditemukannya dan terbiasa mengumpulkan informasi-informasi yang penting mengenai
materi pembelajaran maupun hal lainnya yang mendukung dirinya sendiri untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih luas lagi. Model pembelajaran connectivism ini
dapat diimplementasikan sebaik mungkin oleh guru dalam membantu dan menunjang
proses pembelajaran dikelas agar lebih efektif dan lebih bisa menekankan proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori chaos menunjukkan ketidakberaturan, kekacauan, keacakan atau
kebetulan, yaitu: gerakan acak tanpa tujuan, kegunaan atau prinsip tertentu. Dalam
dunia pendidikan teori chaos ini akan memberikan tantangan kepada pebelajar untuk
lebih memahami pola-pola pembelajaran yang timbul. Kondisi chaos membuat
hilangnya kemampu-prakiraan (predictability), karena adanya urutan atau susunan
yang rumit yang bertentangan dengan keteraturan.
Connectivism diperkenalkan pertama kali oleh George Siemens. Connectivism
merupakan teori pembelajaran yang mengintegrasikan prinsip-prinsip yang digali
melalui teori chaos, jejaring, kompleksitas (complexity), dan self-organizing.
Model pembelajaran connectivism merupakan model pembelajaran yang
menekan pada pengambilan keputusan secara cepat oleh siswa, kegiatan tersebut
dibutuhkan untuk melatih siswa dalam proses belajar mandiri di dalam maupun
diluar kelas. Model pembelajaran connectivism mengarahkan siswa untuk mampu
mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkannya dalam belajar secara cepat
dan tepat, dimana pada era digital saat ini infromasi telah banyak dapat diperoleh
melalui internet ataupun sumber lainnya.
3.2 Saran
Setelah membaca dan mempelajari tentang makalah ini, penulis berharap
pembaca mendapatkan tambahan ilmu tentang bagaimana model pembelajaran
connectivism. Makalah ini dibuat dari berbagai sumber yang dirangkum menjadi
sebuah materi tertulis, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat adanya kekurangan dalam penyajian materi sehingga penulis
berharap para pembaca dapat memberikan masukan yang membangun dalam
penyempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap agar para pembaca dapat
memperoleh infomasi ilmu terkait materi pada makalah ini melalui sumber-sumber
lain yang banyak beredar baik berupa buku maupun jurnal.
10
DAFTAR PUSTAKA