Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

Belajar dan Pembelajaran

“Pembelajaran yang Berpijak Pada Aliran Konstruktivisttik”

Oleh:

Kelompok 2
 NURHIDAYAH ( A1J119019 )
 INDRA ADRIAN ( A1J119015 )
 WAODE NUR HASMA ( A1J119029 )
 HARGIANTI SRI WULANDARI ( A1J119014 )
 NURHAYATI ( A1J119007 )
 RUSNIATI SARI ( A1J119021 )
 ANGGUN SAPUTRI GANE ( A1J119013 )
 ALDY ( A1J119035 )
 ALFIN (A1J119011)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.......
          Puji syukur yang dalam penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaiakan makalah ini sesuai yang diharapkan.

          Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Jurusan Pendidikan Biologi. Pembuatan makalah ini diperlukan supaya
penulis dan pembaca dapat memahami dan mengkaji tentang Pembelajaran yang
Berpijak pada Teori Belajar Konstruktivistik.

Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran
yang bersifat membangun demi pengembangn makalah ini selanjutnya. Demikian
makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

                                                                                                   Kendari, 28 April 2020

                                                                           

                                                                                                             Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................


Daftar Isi ........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................


1.1    Latar Belakang ..................................................................................................
1.2    Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3    Tujuan Permasalahan ......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................


2.1    Pengertian dan Karakteristik Konstruktivistik .............................................
2.2    Proses Belajar dan Pembelajaran Menurut Teori Konstruktivistik ...........

BAB III PENUTUP .......................................................................................................


3.1.  Kesimpulan ........................................................................................................
3.2.  Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah


Pada zaman modern ini, kegiatan belajar yang berpijak pada teori belajar
konstruktivistik sudah sangat banyak digunakan, apalagi di Indonesia. Kegiatan
belajar mengajar mulai mengutamakan keaktifan siswa. Karena, pembelajaran
merupakan suatu tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks untuk
mencari dan menerima suatu ilmu pengetahuan. Sehingga, tujuan pembelajaran
akan tercapai jika penerapan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik
yang beragam. Pernyataan ini sangat berbeda dengan kegiatan belajar mengajar
yang banyak didominasi oleh guru. Pengajarannya didasarkan pada gagasan
atau konsep-konsep yang sudah dianggap pasti atau baku. Guru menyampaikan
materi pelajaran dengan ceramah dan banyak menggantungkan buku teks.
Alternatif-alternatif perbedaan interpretasi di antara siswa terhadap fenomena
sosial yang kompleks tidak dipertimbangkan, sehingga siswa belajar dalam
isolasi yang mempelajari kemampuan tingkat rendah dengan cara melengkapi
buku tugasnya setiap hari.
Teori belajar kontruktivistik mengungkapkan bahwa pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya,
bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa
tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
 Teori belajar konstruktivistik merupakan pembelajaran yang
menekankan pada proses dan lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan
dan ide-ide peserta didik. Teori ini juga memandang kebebasan sebagai penentu
keberhasilan belajar. Pengetahuan menurut teori konstruktivistik bukanlah
kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Sehingga dalam upaya membangun sumber daya manusia di masa depan yang peka,
mandiri, dan tanggung jawab serta memiliki potensi yang tinggi. Dengan kata lain,
pendidikan ditantang untuk memusatkan perhatian pada terbentuknya manusia masa
depan yang memiliki karakteristik sesuai harapan. Oleh karena itu pembelajaran ini
dianggap dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional saat ini

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin akan dibahas dalam pembuatan
makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
konstruktivistik?
2) Sebutkan karakteristik pembelajaran konstruktivistik?
3) Bagaimana proses belajar dan pembelajaran menurut teori belajar
konstruktivistik?
1.3         Tujuan Permasalahan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini,
yaitu sebagai berikut:
1) Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah belajar dan
pembelajaran.
2) Sebagai bentuk pengetahuan mengenai pembelajaran yang berpijak pada
teori belajar konstruktivistik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian dan Karakteristik Konstruktivistik


Pembelajaran konstruktivistik merupakan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih
kreatif, aktif, dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Oleh karena itu pembelajaran ini dianggap dan diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan nasional saat ini.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada
penalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu
konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemahiran struktur kognitifnya.
Guru-guru konstruktivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri siswa
untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh
siswa secara optimal.
Karakteristik pembelajaran kontrukstivistik adalah:
1) Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta
yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
2) Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk
membuat hubungan diantara ide-ide atau gagasanya, kemudian
memformulasikan keembali ide-ide tersebut, serta membuat
kesimpulan-keimpulan.
3) Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia
adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang
kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
4) Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilainya merupakan suatu usaha
yang kompleks, sukar dipahamai, tidak teratur, dan tiak mudah dikelola.

2.2     Proses Belajar dan Pembelajaran Menurut Teori Konstruktivistik


          Proses belajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan
peserta didik, karena pengetahuan yang telah diperoleh dan dimiliki seseorang
akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif dalam dirinya. Dalam proses
pembelajaran lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Dengan kata
lain, siswa belajar dalam kelompok tidak seperti pada pembelajaran
konvensional, bahwa siswa belajar secara individu. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa seorang siswa tidak hanya belajar dari dirinya sendiri,
melainkan juga belajar dari yang lain. Pada bagian ini akan membahas proses
belajar dari pandangan konstruktivistik, baik dari aspek-aspek si-belajar,
peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.

          Menurut paham konstruktivistik, manusia membangun atau menciptakan


pengetahuan dengan cara mencoba, memberi arti pada pengetahuan sesuai
dengan pengalamannya. Esensi dari teori konstruktivistik adalah siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,
dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Sehingga
dalam proses belajar, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka dengan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Pengelolaan pembelajaran konstruktivistik harus diutamakan pada


pengelolaan siswa dalam memperoleh gagasannya, bukan semata-mata pada
pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada prestasi belajarnya
yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan
sebagainya. Karena ibaratnya siswa lahir dengan pengetahuan masih kosong,
mencoba melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sehingga siswa
mendapat pengetahuan awal yang diproses dari pengalaman belajar untuk
memperoleh pengetahuan yang baru.

1)              Peranan Siswa (Si-belajar)


          Menurut teori konstruktivistik, belajar adalah proses pemaknaan atau
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi. Proses tersebut harus dilakukan oleh siswa (Si-
belajar), karena pembelajaran konstruktivistik lebih banyak diarahkan untuk
meladeni pertanyaan atau pandangan si belajar. Sehingga siswa bisa memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Dalam
pembelajaran konstruktivistik, siswa menjadi pusat kegiatan dan guru sebagai
fasilitator. Akan tetapi kadang guru harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan agar terbentuk proses belajar yang optimal sehingga siswa
termotivasi untuk belajar dan menggali informasi. Namun pada akhirnya yang
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar dari siswa
itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa pada dasarnya hakekat kendali belajar
sepenuhnya ada pada siswa.
2)              Peranan Guru
          Dalam proses belajar konstruktivistik, guru atau pendidik berperan
sebagai fasilitator artinya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sendiri dan proses pengkonstruksian pengetahuan berjalan lancar. Guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang dimilikinya pada siswa tetapi dituntut
untuk memahami jalan pikiran aatau cara pandang setiap siswa dalam belajar.
Peranan utama guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang
meliputi:
a) Menumbuhkan kemandirian pada siswa dengan memberikan kesempatan
untuk bertindak dan mengambil keputusan.
b) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa agar dapat melakukan
sesuatunya dengan baik.
c) Memberikan kemudahan dalam belajar dengan menyediakan fasilitas yang
mendukung dan memberi peluang yang optimal bagi siswa.
3)              Sarana Belajar
          Sarana belajar pusat kegiatan pembelajaran konstruktivistik adalah
siswa. Dalam proses belajar, siswa berusaha menggali dan membentuk
pengetahuannya sendiri serta bebas dalam mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya. Sehingga segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu proses belajar
tersebut. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir
sendiri, mandiri, kritis, kreatif dan mampu bertanggung jawab.
4)              Evaluasi belajar
          Lingkungan belajar dimana kegiatan belajar dilaksanakan sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas.
Sedangkan menurut pandangan konstruktivistik, realitas ada pada pikiran
seseorang, sehingga manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya
berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya sendiri.
          Pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evaluation, yaitu
suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik.
Evaluasi yang digunakan untuk menilai hasil belajar konstruktivistik,
memerlukan proses pengalaman kognitif bagi tujuan-tujuan konstruktivistik.
Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dan menekankan pada
keterampilan proses dalam kelompok. Bentuk-bentuk evaluasi ini dapat
diarahkan pada tugas-tugas autentik, tugas-tugas yang menuntut aktivitas
belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks
nyata serta mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses
berpikir yang lebih tinggi dan mengkonstruksi pengalaman siswa dan
mengarahkannya pada konteks yang lebih luas.
Konstruktivistik merupakan pembelajaran yang membuat peserta didik
harus bebas. Karena kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar, akan tetapi siswa sebagai subjek harus mampu menggunakan kebebasan
untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. Sehingga teori konstruktivistik
diharapkan mampu membuat manusia masa depan yang berkarakter, yaitu manusia
yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam
mengambil keputusan, dan mampu mengembangkan segenap potensi yang ada pada
dirinya.
BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Pembelajaran yang berpijak pada teori belajar konstruktivistik merupakan
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga siswa menjadi lebih kreatif, aktif, dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Proses belajar dari pandangan konstruktivistik memiliki beberapa aspek,
yaitu:
1) Peranan siswa (Si-belajar)
2) Peranan guru.
3) Sarana belajar.
4) Evaluasi belajar.

3.2         Saran
Pada pembelajaran yang berpijak pada teori belajar konstruktivistik, kita
dapat manerapkan kegiatan belajar mengajar yang mengutamakan keaktifan
siswa. Sehingga siswa dapat berfikir lebih kreatif serta imajinatif. Oleh karena
itu pembelajaran ini dianggap dan diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan nasional saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Ignatius. 2013. Pembelajaran Yang Berpijak Pada Teori Belajar


Konstruktivisme.

Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Ciputat: Cerdas

Jaya Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius
HASIL DISKUSI

Moderator : Indra Adrian (A1J119015)

Kelompok 1

Pertanyaan : Assalamualaikum wr.wb....Saya sirniawan (A1J119009)perwakilan


dari kelompok 1 ingin mengajukan pertanyaan dari kelompok. Coba
anda jelaskan kelebihan dan kekurangan pada aliran behavioristik !!!

Jawaban : Assalamualaikum wr.wbSaya ALFIN (A1J119011) akan menjawab


pertanyaan dari kelompok 1 yaitu kekurangan dan kelebihan aliran
behavioristik.

Kekurangan

1) Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru

Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang


diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan
perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.

2) Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru

Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena


menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan.

3) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan


yang membawa peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila
teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka
bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan
bahkan malas belajar.
Kelebihan

1) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan


praktek dan pembiasaan

Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan


membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya
dengan baik.

2) Materi yang diberikan sangat detail

Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap


tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan
peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap
pembelajarannya.

3) Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu.


Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk
memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah
yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu
berkonsentrai dengan baik

Tambahan 1 : Assalamualaikum, saya wa ode nur hasma (A1J119029) menambahkan


jawaban atas pertanyaan kelompok 1.

Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme

1. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat


yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
stimulasi.
2. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks.

3. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang


ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.

4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati


dan jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.

5. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan


dapat menjadi kebiasaan.

6. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan


kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
rafleks, daya tahan dan sebagainya contohnya: percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahragam dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk
melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.

Kekurangan Teori Belajar Behavioris

1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered


learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang
dapat diamati dan diukur.

2. Mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak


menyenangkan bagi siswa sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid.
3. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.

4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan


menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.

5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh


begavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.

Kelompok 3

Pertanyaan : Bismillah......

Saya atas nama Siti Hasina (A1J119025) perwakilan dari kelompok 3


ingin mengajukan pertanyaan kepada kelompok 2.

Adapun pertanyaan dari kelompok kami adalah apakah teori


konstrutivistik mempengaruhi tujuan pendidikan, kurikulum, serta
proses pembelajaran yang ada di Indonesia??

Jawaban : Baik saya Nurhidayah (A1J119019) dari kelompok 2 akan menjawab


pertanyaan dari kelompok 3. Iya teori konstruktiv mempengaruhi tujuan
pendidikan, kurikulum dan proses pembelajaran di Indonesia, contohnya
yaitu pada kurikulum 2013 atau K13 yang menerapkan teori konstruktiv
dengan tujuan pembelajaran agar siswa dapat aktif dalam proses belajar
dan pembelajaran.karena pada dasarnya teori konstruktiv merupakan
metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan
kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan
keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa
menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif. Sekian dan terima kasih.

Tambahan : Assalamualaikum wr wb

Saya Eko Budiono A1J119001 perwakilan kelompok 5 bermaksud


menambhkn jawabn dari kelompok pemateri.

Teori kontruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk


belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan
hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun
tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

a) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung


jawab siswa itu sendiri.
b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
e) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Jadi, teori ini sangat berpengaruh terhadap tujuan pendidikan,


kurikulum, serta proses pembelajaran yang ada di Indonesia Contoh
sekolah yg menerapkannya pembelajaran yg berpijak pada teori
kontruktivisme adalah sekolah kejuruan,, yang secara langsung dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik di bidang tertentu.
Kelompok 4

Pertanyaan : Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatu, saya atas nama AMRIN (


A1J119036), perwakilan dari kelompok 4. Seperti yang di jelaskan pada
kelompok pemateri bahwa, Peranan utama guru dalam interaksi
pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:

a.)Menumbuhkan kemandirian pada siswa dengan memberikan


kesempatan untuk bertindak dan mengambil keputusan.

b.) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa agar dapat


melakukan sesuatunya dengan baik.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah jelaskan maksud dari kedua


peranan guru tersebut dan berikan contohnya!!!!

Jawaban : Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh saya Anggun Saputri


Gane (A1J119013) perwakilan kelompok 2 akan menjawab pertanyaan
kelompok 4. Maksud dari pernyataan tersebut adalah guru berperan
dalam :

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa


bertanggung jawab dalam merencanakan aktivitas belajar, proses
belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan demikian
menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas
utama guru,

2. Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang


keingintahuan siswa dan mendorong mereka untuk meng-
ekspresikan gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya
secara ilmiah,

3. Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secara


produktif. Guru hendaknya menciptakan rangsangan belajar melalui
penyediaan situasi problematik yang memungkinkan siswa belajar
memecahkan masalah,

4. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan


berpikir siswa. Guru dapat menunjukkan dan mempertanyakan
sejauh mana pengetahuan siswa untuk menghadapi persoalan baru
yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Kelompok 5

Pertanyaan : Assalamualaikum wr wb saya ROHADHATUL AISY(A1J119051)


perwakilan dari kelompok 5 akan bertanya kepada kelompok 2

Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilainya merupakan suatu


usaha yang kompleks, sukar dipahamai, tidak teratur, dan tidak mudah
dikelola. Jelaskan maksud dari kalimat tersebut beserta contohnya!!!!

Jawaban :Saya Nurhayati (A1J119007) perwakilan kelompok 2 menjawab


pertanyaan kelompok 5 Maksudnya yaitu Dikatakan kompleks karena
banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat di
dalamnya dan proses pemahaman pendidikan yang dilakukan oleh
seorang guru kepada siswa ada yang namanya hambatan atau ujian
dimana guru harus bisa sepandai-pandainya mengelola info materi yang
diberikan kepada siswa agar siswa tersebut cepat paham dan mengerti
tanpa adanya kesalahpahaman dari materi yang di berikan hal itu
dilakukan karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda.
Sebagsi contohnya yaitu sebab dari pembelajaran itu adalah usaha
membentuk manusia yang baik. Kegagalan pembelajaran dapat merusak
satu generasi masyarakat. Sekian dan Terima kasih
Tambahan 1: Bismillah.........

Saya FITRIANI (A1J119002) perwakilan dari kelompok 3 akan


menambahkan jawaban tanpa mengurangi jawaban dari rekan yang lain.
Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilainya merupakan suatu
usaha yang kompleks, sukar dipahamai, tidak teratur, dan tidak mudah
dikelola.

Maksudnya adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar dan penilaian merupakan usaha yang komplek, berarti


untuk mencapai tujuan pembelajaran proses belajar dan penilaina tidak
bisa dipisahkan. Tanpa unsur lain pun

Tujuan pembelajaran akan tetap terwujud selagi keduanya tetap jalan


bersamaan.

2. Proses belajar dan penilaian sukar dipahami, berarti karena


merupakan usaha yang kompleks tentu di dalamnya terdapat berbagai
komponen-komponen penting yang saling berkaitan dan sukar untuk
dipahami tanpa adanya pemrosesan yang mantap, maka dalam
memaknainya perlu konsistensi dan kerja sama antara siswa dan guru.

3. Proses belajar dan penilaian yang tidak teratur, berarti proses


pembelajaran dan penilaian tidak selalu berjalan sistematis, bisa saja
penilaian dilakulan diakhir proses pembelajaran atau selama proses
pembelajaran guru terus melakukan penilaian.

4. Proses belajar dan penilaian yang tidak mudah dikelolah, berarti


proses belajar dan penilaian memerlukan prosedur pengelolaan yang
baik yang melibatkan secara langsung siswa dan guru.

Sekian dan terima kasih


Tambahan 2: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya wa darni
perwakilan kelompok 1 akan mencoba menjawab pertanyaan
tersebut.

Memang kita pahami pembelajaran kontruktivisme akan membuat


kewalahan guru baik dalam proses belajar maupun sampai pada
proses penilainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
individu peserta didik. Ada peserta didik yg memiliki tingkat
pemahaman tinggi atau sebaliknya, kecepatan daya tangkap yang
baik, latar belakang yg berbeda maupun hal lainnya. Sehingga ini
bisa membuat kewalahan guru dalam memahami setiap karakter
masing2 peserta didik untuk memfasilitasi siswa apalagi dalam
jumlah banyak.

Tambahan 3: Assalamualaikum saya Aldi(A1J119035) dari kelompok 2 ingin


menambahkan jawaban atas pertanyaan dari kelompok 5. Yaitu
maksud dari kata guru mengakui bahwa proses belajar serta
penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami,
tidak teratur, dan tidak mudah dikelola yaitu peserta didik tidak selalu
mengetahui apa yang penting atau relevan dan beberapa siswa
membutuhkan motivasi eksternal untuk mempelajari apa yang
diajarkan di sekolah. Sekian terima kasih

Kelompok 6

Pertanyaan : Assalamualaikum wr..wb. Saya Silva Julia Pratami Saripin (A1J119022)


Perwakilan kelompok 6 ingin bertanya kepada kelompok 2.

Tujuan pembelajaran akan tercapai jika penerapan pembelajaran sesuai


dengan kondisi peserta didik yang beragam. Pernyataan ini sangat
berbeda dengan kegiatan belajar mengajar yang banyak di dominasi oleh
guru.

Pertanyaan saya, apa yang menyebabkan pernyataan tersebut berbeda


dengan kegiatan belajar mengajar yang banyak di dominasi oleh guru?
Faktor faktor apa saja yang menyebabkan adanya perbedaan tersebut??

Jawaban : Bismillah

Terima kasih atas pertanyaan dari kelompok 6 saya Rusniati Sari


(A1J119021) perwakilan dari kelompok 2 akan mencoba menjawabnya,
alasannya karena dalam teori kontruktivistik yang mendominasi
kegiatan belajar mengajar dalam kelas adalah peserta didik sedangkan
guru hanyalah sebagai fasilitator untuk memberikan materi dan
memberikan motivasi secara eksternal, oleh karena itu peserta didiklah
yang mengkonstruksikan kembali materi yang telah diberikan sehingga
mereka lebih mudah memahaminya dan tujuan pembelajaran pun lebih
mudah untuk dicapai.

Adapun faktor-faktor dari perbedaan /beragamnya peserta didik yaitu:

1. Keturunan (Nature)

Adalah faktor-faktor biologis yang diwariskan melalui genetic oleh


orang tua. Setiapindividu mempunyai berbagai kapasitas dan
kemampuan yang diwariskan kepadanya dan hal tersebut akan
menentukan kemajuan dalam perkembangand diri individu tersebut. Hal
ini juga membatasi pertumbuhan dan perkembangan individu dalam
berbagai ha yang berkaitan dengan kecerdasan, jenis kelamin, dan
kemampuan khusus lainnya.
2. Lingkungan (Nurture)

Merupakan faktor yang menyebabkan perbedaan individu yang berasal


dari luar diri individu tersebut. Perbedaan individu muncul dari
rangsangan dasar yang diterima setiap individu dari lingkungan
eksternal dan internal, termasuk keluarga, tingkat ekonomi, pendidikan,
teman, dan lainnya. Beberapa hal yang termasuk ke dalam faktor
lingkungan adalah seperti status sosial orang tua, pola asuh orang tua,
dan budaya. Terima kasih.

Tambahan : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakathu saya Hargianti Sri


Wulandari (A1J119014) akan menambahkan jawaban dari rekan saya.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan tadi, terdapat juga faktor
kurikulum. Dimana .

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang


sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan
kuat.  Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu
pengembangan kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan
pendidikan, maka seluruh jajaran di setiap satuan pendidikan harus
memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan
pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan
rujukan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan
pendidikan yang dikelolanya. Jadi contohnya yaitu pada kurikulum 2006
(KTSP) grup dituntut lebih aktif dibanding siswa dimana semua
keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh guru. Sedangkan
pada kurikulum 2013 (K13) siswa dituntut lebih aktif dibanding guru.
Dimana disini guru hanya menyiapkan bahan ajar, dan siswalah yang
mengolah sendiri bahan ajar tersebut dengan menggunakan metode
belajarnya sendiri baik diskusi maupun hal lain. Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai