PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
1
BAB II
PEMBAHASA
N
1. 9:7 =9:(3+3+1)
2. 12 : 3 : 1 =(9+3):3:1
3. 15 : 1 =(9+3+3):1
4. 9:3:4 =9:3:(3+1)
P : WWYY x wwyy
putih hijau
F1 : WwYy
putih
F2 :
WY Wy wY Wy
WWYY WWYy WwYY WwYy
WY
(putih) (putih) (putih) (putih)
WWYy WWyy WwYy Wwyy
Wy
(putih) (putih) (putih) (putih)
WwYY WwYy wwYY wwYy
wY
(putih) (putih) (kuning) (kuning)
WwYy Wwyy wwYy Wwyy
Wy
(putih) (putih) (kuning) (hijau)
b. Epistasis Resesif
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif
menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa
ini, pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.
Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu
mencit (Mus musculus). Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur
warna bulu pada mencit, yaitu gen A menyebabkan bulu berwarna kelabu,
gen a menyebabkan bulu berwarna hitam, gen C menyebabkan pigmentasi
normal, dan gen c menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan antara
mencit berbulu kelabu (AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan
seperti pada diagram berikut ini.
P : AACC x aacc
kelabu albino
F1 : AaCc
kelabu
F2 :
AC Ac aC ac
AACC AACc AaCC AaCc
AC
(kelabu) (kelabu) (kelabu) (kelabu)
P : IICC x iicc
putih putih
F1 : IiCc
Putih
F2 :
IC Ic iC Ic
IICC IICc IiCC IiCc
IC
(putih) (putih) (putih) (putih)
IICc IIcc IiCc Iicc
Ic
(putih) (putih) (putih) (putih)
iiCC iiCc
IiCC IiCc
Ic (berwarna (berwarn
(putih) (putih)
) a)
IiCc Iicc iiCc iicc
Ic
(putih) (putih) (berwarna) (putih)
Dari tabel diatas dapa disimpulkan bahwa:
9 I-C- putih
3 I-cc putih putih : berwarna = 13 : 3
3 iiC- berwarna
1 iicc putih
2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa suatu faktor dominan yang baru tampak
pengaruhnya apabila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan alelnya.
Faktor dominan ini seolah-olah tersembunyi (kriptos).
Seperti percobaan Correns pada tumbuhan Linaria maroccana berbunga merah
galur murni dengan yang berbunga putih juga galur murni. Dalam persilangan
tersebut diperoleh F1 semua berbunga ungu, sedangkan F2 terdiri atas tanaman
debgan perbandingan ungu: merah: putih = 9: 3: 4.
Warna bunga linaria (ngu, merah dan putih) ditentukan oleh pigmen hemosianin
yang terdapat dalam plasma sel dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen
hemosianin akan menampilkan warna merah dalam plasma atau air sel yang
bersifat asam dan akan menampilkan warna ungu pada plasma sel yang bersifat
basa.
Warna bunga linaria maroccana ditentukan oleh ekspresi gen-gen sebagai brikut:
a. Gen A, menentukan ada bahan dasar pigmen antosianin
b. Gen a, menentukan tidak ada bahan dasar pigmen antosianin
c. Gen B, menentukan suasana basa pada plasma sel
d. Gen b, menentukan suasana asam pada plasma sel
Persilangan antara Linaria maroccana bunga merah dengan bunga putih
menghasilkan keturunan seperti dijelaskan pada diagram berikut:
P1 : AAbb (merah) >< aaBB (putih)
Gamet : Ab aB
F1 : AaBb (Ungu) -> ada pigmen antosianin (A) dalam basa (B)
P2 : AaBb (ungu) >< AaBb (ungu)
Gamet : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 :
AB Ab aB ab
AABB AABb AaBB AaBb
AB
(ungu) (ungu) (ungu) (ungu)
AABb AAbb AaBb Aabb
Ab
(ungu) (merah) (ungu) (merah)
AaBB AaBb aaBB aaBb
aB
(ungu) (ungu) (putih) (putih)
AaBb Aabb aaBb aabb
Ab
(ungu) (merah) (putih) (merah)
3. Polimeri
Polimeri adalah peristiwa dengan beberapa sifat beda yang berdiri sendiri
memengaruhi bagian yang sama dari suatu individu. Peristiwa Polimeri pertama
kali dilaporkan oleh Nelson-Ehle, melalui percobaan persilangan antara gandum
berbiji merah dengan gandum berbiji putih.
Pada penyilangan antara gandum berbiji merah (M1M1M2M2) dan gandum berbiji
putih (m1m1m2m2), dihasilkan F1 semua gandum berbiji merah, maka ratio
prbandingan fenotip F2 adalah sebagai berikut:
P1 : M1M1M2M2 (merah) >< m1m1m2m2 (putih)
Gamet : M1M2 m1m2
F1 : M1m1M2m2 (merah) -> artinya: M1 dan M2 memunculkan warna
merah
P2 : M1m1M2m2 (merah) >< M1m1M2m2 (merah)
Gamet : M1M2, M1m2, m1M2, m1m2 M1M2, M1m2, m1M2, m1m2
F2
M1M2 M1m2 m1M2 m1m2
M1M1M2M2 M1M1M2m2 M1m1M2M2 M1m1M2m2
M1M2
(merah) (merah) (merah) (merah)
M1M1M2m2 M1M1m2m2 M1m1M2m2 M1m1m2m2
M1m2
(merah) (merah) (merah) (merah)
M1m1M2M2 M1m1M2m2 m1m1M2M2 m1m1M2m2
m1M2
(merah) (merah) (merah) (merah)
M1m1M2m2 M1m1m2m2 m1m1M2m2 m1m1m2m2
m1m2
(merah) (merah) (merah) (putih)
4. Gen Komplementer
Komplementer adalah gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi
sehingga memunculkan fenotipe baru. Apabila ada salah satu gen yang tidak hadir
maka munculnya karakter fenotip tersebut terhambat.
Misalnya, diketahui C (gen penumbuh bahan mentah pigmen), c (gen tidak
mampu menumbuhkan bahan mentah pigmen), R (gen penumbuh enzim
pigmentasi kulit), dan r (gen tidak mampu menumbuhkan enzim pigmentasi kulit).
Jika disilangkan induk berwarna (CCRR) dengan tidak berwarna (ccrr), maka
akan dihasilkan keturunan 100% berwarna. sedangkan rasio fenotif F2 adalah
sebagai berikut:
P1 : CCRR (berwarna) >< ccrr (tak berwarna)
Gamet : CR cr
F1 : CcRr (berwarna) -> artinya: C dan R mempengaruhi warna
P2 : CcRr (berwarna) >< CcRr (tak berwarna)
Gamet : CR, Cr, cR, cr CR, Cr, cR, cr
F2 :
CR Cr cR Cr
CCRR CCRr CcRR CCRr
CR
(berwarna) (berwarna) (berwarna) (berwarna)
CCrr
CCRr CCrr CcRr
Cr (tak
(berwarna) (tak berwarna) (berwarna)
berwarna)
CcRR CcRr ccRR CcRr
cR
(berwarna) (berwarna) (tak berwarna) (berwarna)
Ccrr
CcRr Ccrr (tak ccRr (tak
Cr (tak
(berwarna) berwarna) berwarna)
berwarna)
Rasio F2: berwarna : tak berwarna = 9 : 7
5. Interaksi gen(Atavisme)
Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya
peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum
Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan
fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.
Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet
setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal ini
terdapat empat macam bentuk jengger ayam, yaitu mawar, kacang, walnut, dan
tunggal, seperti dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:
Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger kacang
menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan
bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini memiliki
jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut
disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F 2 dengan nisbah
fenotipe walnut : mawar : kacang : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1.
Dari nisbah fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya
tidak pernah dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal. Munculnya fenotipe ini, dan
juga fenotipe walnut, mengindikasikan adanya keterlibatan dua pasang gen
nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua pasang gen
tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan fenotipe kacang.
Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe mawar adalah R,
sedangkan gen untuk fenotipe kacang adalah P, maka keempat macam fenotipe
tersebut masing-masing dapat dituliskan sebagai R-pp untuk mawar, rrP- untuk
kacang, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal.
P: RRpp x rrPP
mawar kacang
F1 : RrPp
walnut
F2 : 9 R-P- walnut
3 R-pp mawar walnut : mawar : kacang : tunggal=
3 rrP- kacang 9 : 3 : 3 : 1
1 rrpp tunggal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa, materi ini cukup penting digunakan dan
dimanfaatkan sebagai wawasan pribadi yang dapat mencerminkan jati dirinya
sebagai generasi terpelajar yang siap meningkatkan pengetahuan bersama dengan
teman-temannya serta siap untuk berinteraksi dengan baik kepada masyarakat di
sekitarnya. Sebagai seorang guru materi ini dapat menyadarkan tentang pewarisan
sifat yang dapat bermanfaat sebagai bekal dalam memahami karakteristik dan
keunikan peserta didik serta dapat digunakan untuk menjelaskan kepada orang tua
peserta didik yang belum bisa memahami anaknya.