Anda di halaman 1dari 5

Penyimpangan Semu terhadap Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan terjadinya suatu kerja sama berbagai sifat yang
memberikan fenotipe berlainan, tetapi masih mengikuti hukum-hukum perbandingan genotipe dari Mendel.
Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya dua pasang gen atau lebih yang saling memengaruhi dalam
memberikan fenotipe pada suatu individu. Peristiwa saling memengaruhi antara dua pasang gen atau lebih
disebut interaksi gen. Penyimpangan semu akibat interaksi gen ada lima macam sebagai berikut.
1. Epistasi dan Hipostasi
Sebuah atau sepasang gen yang menutupi ekspresi gen lain yang tidak sealel disebut gen epistasis.
Gen yang dikalahkan tersebut dinamakan gen hipostasis. Peristiwa ini disebut epistasi dan hipostasi.
Epistasi dan hipostasi dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut.
a. Epistasi dominan adalah penyimpangan yang terjadi apabila ada satu gen dominan yang bersifat
epistasis.
Contoh:
Warna umbi lapis pada bawang, gen A epistasis terhadap gen B dan b.
Gen A = gen dominan yang menentukan warna merah.
Gen B = gen dominan yang menentukan warna kuning.
P1 : & AAbb >< % aaBB
(merah) (kuning)
Gamet : Ab aB
F1 : AaBb
(merah)
P2 : AaBb >< AaBb
Gamet : AB AB
Ab Ab
aB aB
ab ab
F2 : 9 A_B_ = umbi lapis merah
3 A_bb = umbi lapis merah
3 aaB_ = umbi lapis kuning
1 aabb = umbi lapis putih
Persilangan pada epistasi dominan menghasilkan F2 dengan perbandingan fenotipe = 12 : 3 : 1.
b. Epistasi resesif adalah penyimpangan yang terjadi apabila terdapat gen resesif yang epistasis terhadap
gen dominan lain yang tidak sealel.
Contoh:
Warna rambut pada tikus, gen cc epistasis terhadap gen A dan a.
P1 : & CCAA >< % ccaa
(hitam) (putih)
Gamet : CA ca
F1 : CcAa
(hitam)
P2 : CcAa >< CcAa
Gamet : CA CA
Ca Ca
cA cA
ca ca
F2 : 9 C_A_ = hitam
3 C_aa = abu-abu
3 ccA_ = putih
1 ccaa = putih
Persilangan pada epistasi resesif menghasilkan perbandingan fenotipe F2 = 9 : 3 : 4.
Keterangan dari diagram persilangan di atas sebagai berikut.
Gen C = gen yang mengakibatkan warna tampak.
Gen c = gen yang mengakibatkan warna tidak tampak (putih).
Gen A = gen yang mengakibatkan warna hitam jika disertai gen C.
Gen a = gen yang mengakibatkan warna abu-abu jika disertai gen C.
c. Epistasi dominan dan resesif adalah penyimpangan yang terjadi karena ada dua gen dominan yang
keberadaannya menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut.
Contoh:
Bulu ayam leghorn, gen I epistasis terhadap gen C dan c serta gen cc epistasis terhadap gen I dan i.
P1 : & IICC >< % iicc
(putih) (putih)
Gamet: IC ic
F1 : IiCc
(putih)
P2 : IiCc >< IiCc
F2 :

IC Ic iC ic

IC IICC IICc IiCC IiCc


putih putih putih putih

Ic IICc IIcc IiCc Iicc


putih putih putih putih

iC IiCC IiCc iiCC iiCc


putih putih berwarna berwarna

ic IiCc Iicc iiCc iicc


putih putih berwarna putih

Catatan:
Gen C = gen yang menghasilkan warna.
Gen c = gen yang tidak menghasilkan warna (ayam menjadi putih).
Gen I = gen yang menghalangi keluarnya warna (gen ini disebut juga gen penghalang atau inhibitor).
Gen i = gen yang tidak menghalangi keluarnya warna.
Coba perhatikan diagram hasil persilangan F1 di atas. Meskipun gen C memengaruhi munculnya
warna bulu, tetapi karena bertemu dengan gen I (gen yang menghalangi munculnya warna) maka
menghasilkan keturunan dengan fenotipe ayam berbulu putih. Jadi, perbandingan fenotipe F2 = ayam
13 3
putih : ayam berwarna = : = 13 : 3.
16 16
2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa munculnya karakter tertentu apabila gen dominan bersama-sama dengan
gen dominan lainnya. Jika gen berdiri sendiri, karakternya akan tersembunyi (kriptos). Contohnya warna
bunga Linaria maroccana yang ditentukan oleh pigmen hemosianin dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen
hemosianin akan berwarna merah pada plasma yang asam dan berwarna ungu pada plasma yang bersifat
basa. Warna ungu merupakan hal yang tidak biasa karena merupakan fenotipe baru.
Perhatikan diagram persilangan berikut.
P1 : % AAbb >< & aaBB
bunga merah ↓ bunga putih
F1 : 100% AaBb
bunga ungu
P2 : AaBb >< AaBb
F2 :

AB Ab aB ab

AB AABB AABb AaBB AaBb


ungu ungu ungu ungu

Ab AABb AAbb AaBb Aabb


ungu merah ungu merah

aB AaBB AaBb aaBB aaBb


ungu ungu putih putih

ab AaBb Aabb aaBb aabb


ungu merah putih putih

Warna ungu merupakan sifat yang tersembunyi. Warna ungu akan muncul jika gen A berinteraksi
dengan gen B.
F2 : 9 A_B_ = 9 ungu
3 A_bb = 3 merah
3 aaB_ = 3 putih
1 aabb = 1 putih
Jadi, perbandingan fenotipe F2 = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.
3. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi
karena adanya interaksi antara dua gen atau lebih sehingga disebut gen ganda. Peristiwa ini mirip dengan
persilangan dihibrid dominan tidak penuh (intermediat). Contoh persilangan gandum berbiji merah gelap
(M1M1M2M2) dengan gandum berbiji putih (m1m1m2m2) diperoleh perbandingan fenotipe keturunan F2-
nya = merah : putih = 15 : 1. Berdasarkan perbandingan tersebut sebenarnya polimeri tidak menyimpang
dari hukum Mendel karena jika ditelaah perbandingan 15 : 1 berasal dari perbandingan (9 + 3 + 3) : 1.
Diagram persilangan tanaman gandum sebagai berikut.
P1 : & M1M1M2M2 >< % m1m1m2m2
gandum berbiji merah gelap ↓ gandum berbiji putih
F1 : M1m1M2m2
100% gandum berbiji merah sedang
P2 : M1m1M2m2 >< M1m1M2m2
gandum berbiji merah sedang gandum berbiji merah sedang
F2 : 
M1M2 M1m2 m 1 M2 m 1m 2

M1M2 M1M1M2M2 M1M1M2m2 M1m1M2M2 M1m1M2m2


merah gelap merah merah merah sedang

M1 m 2 M1M1M2m2 M1M1m2m2 M1m1M2m2 M1m1m2m2


merah merah sedang merah sedang merah muda

m 1 M2 M1m1M2M2 M1m1M2m2 m1m1M2M2 m1m1M2m2


merah merah sedang merah sedang merah muda

m 1m 2 M1m1M2m2 M1m1m2m2 m1m1M2m2 m1m1m2m2


merah sedang merah muda merah muda putih

4. Gen-Gen Komplementer
Gen-gen komplementer adalah gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi sehingga
memunculkan fenotipe tertentu. Apabila ada salah satu gen tidak hadir maka pemunculan karakter fenotipe
tersebut akan terhalang atau tidak sempurna. Contohnya pada warna bunga Lathyrus odoratus. Terdapat
dua gen yang saling berinteraksi dalam memunculkan pigmen bunga sebagai berikut.
Gen C : membentuk pigmen warna
Gen c : tidak membentuk pigmen warna
Gen P : membentuk enzim pengaktif
Gen p : tidak membentuk enzim pengaktif
Berdasarkan karakter gen-gen tersebut, warna bunga hanya akan muncul jika kedua gen (penghasil
pigmen dan penghasil enzim) bertemu. Jika tidak bertemu, warna bunga yang terbentuk adalah putih.
Diagram persilangan Lathyrus odoratus sebagai berikut.

P1 : & CCpp >< % ccPP


putih putih
Gamet : Cp cP
F1 : CcPp
ungu
Rasio fenotipe: 100% ungu
Rasio genotipe: 100% CcPp
P2 : CcPp >< CcPp
ungu ungu
Gamet : CP, Cp, cP, cp CP, Cp, cP, cp

F2 : 
CP Cp cP cp

CP CCPP CCPp CcPP CcPp


ungu ungu ungu ungu

Cp CCPp CCpp CcPp Ccpp


ungu putih ungu putih

cP CcPP CcPp ccPP ccPp


ungu ungu putih putih

cp CcPp Ccpp ccPp ccpp


ungu putih putih putih
Catatan:
C_P_ = 9 = ungu (pigmen warna dan enzim pengaktif)
C_pp = 3 = putih (pigmen warna dan tanpa enzim pengaktif)
ccP_ = 3 = putih (tanpa pigmen warna dan enzim pengaktif)
ccpp = 1 = putih (tanpa pigmen dan tanpa enzim pengaktif)
Berdasarkan hasil persilangan di atas, rasio fenotipe keturunan F2 adalah ungu : putih = 9 : 7.
5. Atavisme (Interaksi Beberapa Pasang Alel)
Atavisme merupakan interaksi beberapa gen yang mengakibatkan menghilangnya suatu sifat
keturunan dan memunculkan suatu sifat keturunan yang berbeda dengan induknya, tetapi sifat induk akan
muncul kembali pada generasi selanjutnya. Contohnya pada persilangan ayam berjengger atau berpial
rose (RRpp) dengan ayam berjengger pea (rrPP) menghasilkan F1 berjengger walnut. F1 yang disilangkan
sesamanya menghasilkan perbandingan fenotipe F2 = walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1. Berarti sifat
pial rose dan pea menghilang dari generasi F1, tetapi muncul kembali di generasi F2.
Genotipe untuk jengger ayam sebagai berikut.
R_P_ = jengger sumpel (walnut)
R_pp = jengger mawar (rose)
rrP_ = jengger biji (pea)
rrpp = jengger tunggal (single)

P1 : & RRpp (rose) >< % rrPP (pea)


↓ ↓
Gamet : Rp rP
F1 : RrPp (walnut)
P2 : & RrPp (walnut) >< % RrPp (walnut)
Gamet : RP RP
Rp Rp
rP rP
rp rp
F2 : R_P (ayam berjengger walnut) = 9
R_pp (ayam berjengger rose) = 3
rrP_ (ayam berjengger pea) =3
rrpp (ayam berjengger single) = 1
Penyimpangan yang terjadi pada atavisme bukan mengenai rasio fenotipe F2, melainkan munculnya
sifat baru pada ayam, yaitu berupa jengger walnut dan single.

Anda mungkin juga menyukai