Anda di halaman 1dari 8

BAB 5

POLA-POLA HEREDITAS
PETA KONSEP
POLA-POLA HEREDITAS

Penyimpangan semu Tautan, pindah silang,


Hukum Menghitung hukum Mendel dan gagal berpisah
Testcross, macam
pewarisan
backcross, gamet,
sifat
penyilangan genotipe, dan
resiprok Interaksi Interaksi Tautan
fenotipe antaralel genetik autosomal
Hukum
Mendel I Atavisme
Kodominan
Tautan seks
Hukum Alel ganda Polimeri
Mendel II
Crossing over
Intermediet Epistasis-
hipostasis

Alel letal Nondisjunction


Komplementer

Kriptomeri
Pendahuluan
Istilah-istilah dalam mempelajari pola-pola hereditas:
• Parental (P): induk yang disilangkan.
• Gamet (G): sel kelamin jantan atau betina.
• Filial (F): hasil keturunan atau anak.
• Gen: faktor pembawa sifat. Gen dominan dituliskan dengan huruf besar,
sedangkan gen resesif dituliskan dengan huruf kecil.
• Alel: pasangan gen yang terdapat pada kromosom sehomolog (dari kedua
induknya) yang menunjukkan sifat alternatif sesamanya.
• Genotipe: keadaan genetik dari suatu individu atau populasi.
• Fenotipe: sifat yang muncul atau dapat diamati dari suatu organisme.
• Karakter: istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat yang dapat
diturunkan, misalnya warna bunga. Setiap varian dari suatu karakter disebut
sifat (trait), misalnya warna bunga ungu atau putih.
I. Hukum Pewarisan Sifat
Dicetuskan oleh Gregor Johann Mendel (1856-1863)
berdasarkan eksperimen menggunakan kacang ercis
(Pisum sativum).
Alasan pemilihan kacang ercis:
• Memiliki banyak varietas dengan pasangan sifat
yang kontras
• Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami)
• Mudah dilakukan perkawinan silang
• Cepat menghasilkan biji
• Menghasilkan banyak keturunan
I. Hukum Pewarisan Sifat
A. Hukum Mendel I P1 : ♀UU
bunga ungu
>< ♂ uu
bunga putih
G1 : U u
Hukum Mendel (I) atau F1 : 100% Uu (bunga ungu)

Hukum Segregasi P2 : ♀ Uu >< ♂ Uu


bunga ungu bunga ungu
(pemisahan) adalah suatu G2 : U, u U, u
F2 :
kaidah pemisahan pasangan
alel secara bebas pada saat
U u
pembelahan meiosis dalam
U UU (Ungu) Uu (Ungu)
pembentukan gamet.
u Uu (Ungu) uu (Putih)
Dapat dibuktikan dengan
Rasio fenotipe F2 = UU : Uu : uu
monohibrid, yaitu =1:2:1
Rasio genotipe F2 = bunga ungu : bunga putih
penyilangan dengan satu sifat =3:1
beda.
I. Hukum Pewarisan Sifat
B. Hukum Mendel II BK Bk bK bk
Hukum Mendel (II) atau Hukum asortasi
BK BBKK BBKk BbKK BbKk
bulat Bulat Bulat Bulat
(berpasangan) adalah suatu kaidah yang kuning kuning kuning kuning
menyatakan bahwa setiap alel dapat
Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
berpasangan secara bebas dengan alel Bulat bulat Bulat Bulat hijau
lainnya yang tidak sealel pada waktu kuning hijau kuning
pembentukan gamet. bK BbKK BbKk bbKK bbKk
Dapat dibuktikan dengan dihibrid, yaitu Bulat Bulat keriput Keriput
penyilangan dengan dua sifat beda. kuning kuning kuning kuning
bk BbKk Bbkk bbKk bbkk
Bulat Bulat Keriput keriput
P1 : ♀BBKK >< kuning hijau kuning hijau
♂bbkk
biji bulat warna kuning biji keriput
warna hijau
G1 : BK bk
F1 : 100% BbKk (biji bulat warna Rasio genotipe = BBKK : BBKk : BbKK : BBkk : BbKk :
kuning) bbKK : Bbkk : bbKk : bbkk
=1:2:2:1:4:1:2:2:1
P2 : ♀ BbKk >< ♂ Rasio fenotipe = bulat kuning : bulat hijau : keriput
BbKk kuning : keriput hijau
biji bulat warna kuning biji bulat = 9: 3 : 3 : 1
warna kuning
G2 : BK, Bk, bK, bk BK, Bk,
bK, bk
F2 :
II. Testcross dan Backcross
A. Testcross (Uji Silang)
Testcross adalah penyilangan antara suatu individu yang belum diketahui genotipenya dengan individu
yang bergenotipe homozigot resesif.
Tujuan:
• Menguji sifat individu yang berfenotipe dominan, apakan bergenotipe homozigot atau heterozigot.
• Mengetahui jumlah macam gamet yang dihasilkan oleh suatu individu yang genotipenya
dipertanyakan.
Contoh:
Testcross antara marmut jantan berbulu putih (resesif) dengan marmut betina hitam dengan dua
kemungkinan genotipe, yaitu homozigot atau heterozigot.

Skenario 1: marmut hitam Skenario 2: marmut hitam bergenotipe


bergenotipe homozigot heterozigot
P1 : ♀HH >< P1 : ♀Hh >< ♂hh
♂hh hitam putih
hitam G1 : H, h h
putih F1 :
G1 : H h h Rasio genotipe = Hh : hh = 1 : 1
F1 : 100% Hh (hitam)
H Hh Rasio fenotipe = hitam : putih

h hh =1:1
II. Testcross dan Backcross

B. Backcross (Silang Balik)


Backcross adalah penyilangan antara suatu individu dengan salah satu
induknya (atau dengan individu yang bergenotipe identik dengan induknya).
Tujuan:
• Mendapatkan kembali individu yang bergalur murni (bergenotipe homozigot
resesif atau homozigot dominan).

Contoh:

Dikatakan bahwa gen H sebagai penentu warna hitam pada rambut tikus dan
alelnya h penentu warna putih. Tikus hitam yang bergenotipe homozigot
dominan (HH) disilangkan dengan tikus putih homozigot resesif (hh). Dengan
demikian menghasilkan keturunan pertama tikus hitam heterozigot (Hh).
Kemudian dari keturunan pertama tersebut disilangkan dengan induknya yang
bergenotipe homozigot dominan.

Anda mungkin juga menyukai