Anda di halaman 1dari 75

PEWARISAN

SIFAT
KETURUNAN
Mengapa terdapat perbedaan ciri-ciri fisik pada
manusia dari negara-negara yang berbeda?
Tujuan Pembelajaran
1. Mendefinisikan pengertian hereditas
2. Menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam
mempelajari pola-pola hereditas
3. Menjelaskan 5 alasan Mendel memilih kacang
ercis (Pisum sativum) sebagai bahan
percobaannya
4. Menjelaskan bunyi Hukum Mendel I
5. Membuat diagram penyilangan monohibrid
Hukum Hukum
pewarisan sifat Mendel I
Testcross, Hukum
backcross, dan Mendel II
penyilangan
resiprok
Pola-pola
Menghitung macam
Heredita gamet, genotipe, dan
s fenotipe serta
peluang Keturunan
dari Persilangan

Penyimpangan
semu hukum
Mendel
Pola-pola
Hereditas hereditas

Penurunan atau Mekanisme


pewarisan sifat- pewarisan sifat
sifat dari induk mengikuti
kepada aturan-aturan
keturunannya tertentu.
melalui gen.
Istilah-istilah dalam pola-pola hereditas

• Induk yang disilangkan


Parental (P) • Misalnya: P1 dan P2

Gamet (G) • Sel kelamin jantan atau betina

• Hasil keturunan atau anak,


Filia (F) • Misalnya: F1 dan F2

• Faktor pembawa sifat


• Gen dominan (kuat) ditulis dengan huruf
Gen besar, misalnya M membawa sifat manis
• Gen resesif (lemah) ditulis dengan hurus
kecil, misalnya m membawa sifat asam
• Pasangan gen yang terdapat pada kromosom sehomolog
(dari kedua induknya)
• Contoh: panjang dengan pendek, manis dengan asam,
Alel halus dengan keriput
• Cara penulisan pasangan gen satu alel menggunakan
huruf sejenis, tetapi berupa huruf besar atau huruf kecil,
misalnya Aa, AA, aa, Bb, Cc

• Keadaan genetik dari suatu individu atau populasi


• Genotipe menunjukkan sifat dasar yang tidak tampak
dan bersifat menurun atau diwariskan pada
keturunannya
Genotipe • Genotipe dominan homozigot (contohn: MM membawa
sifat manis)
• Genotipe heterozigot (contoh: Mm membawa sifat
manis)
• Genotipe resesif (contoh: mm membawa sifat asam)

• Hasil ekspresi atau perpaduan dari genotipe dengan


lingkungannya, berupa sifat yang tampak dari luar
Fenotipe sehingga dapat diamati.
• Contoh: bentuk (rambut, wajah, mata, tubuh) atau
warna (pada rambut, kulit, iris atau selaput pelangi)
Hukum Pewarisan Sifat
 Lahir pada 22 Juli 1822 di Heinzendorf (dulu
bagian dari Austria, sekarang masuk wilayah
Cekoslowakia).
 Tahun 1840, ia belajar di Sekolah Menengah
Troppau kemudian di Institut Filsafat Olmutz.
 Tahun 1843, ia melanjutkan studinya di Biara
Augustinia di Altbrun dan menjadi pendeta
pada 1847.
 Tahun 1851-1853, belajar di Universitas
Wina.
 Tahun 1857-1865, ia menyilangkan Pisum
sativum (ercis) dan mempublikasikan
hasilnya.
Gregor Johann Mendel  Tahun 1866, publikasinya sampai ke Eropa
(1822–1884) dan Amerika, hingga Mendel mendapat gelar
sebagai Bapak Genetika.
Eksperimen Mendel pada Tanaman
Ercis (Pisum sativum)
1 Stamen dipisahkan
dari bunga ungu 2
Polen dari stamen
bunga putih ditransfer
ke karpel bunga ungu

Generasi
parental
(P) Stamen (♂)
3 Karpel yang telah Karpel (♀)
dipolirasi berkembang
menjadi polong
4 Biji polong
ditanam
Keturunan 5 Seluruh
generasi keturunan
pertama berwarna ungu
(F1)
Mendel memilih tanaman kacang ercis dengan
beberapa alasan sebagai berikut:

1. Memiliki pasangan sifat yang kontras.


2. Dapat melakukan penyerbukan
sendiri (autogami).
3. Mudah dilakukan perkawinan silang.
4. Cepat menghasilkan biji.
5. Menghasilkan banyak keturunan.
Perbedaan Sifat yang Mencolok pada
Tanaman Ercis (Pisum sativum)
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I (hukum segregasi):
“Pada pembentukan gamet, gen yang
merupakan pasangan akan disegregasikan
ke dalam 2 sel anak.”

Hukum Mendel I dapat dibuktikan pada


persilangan monohibrid.

Monohibrid adalah penyilangan dengan satu


sifat beda yang merupakan satu pasangan
alel.
Diagram penyilangan monohibrid:

P1 : ♀ UU >< ♂ uu
ungu putih
G1 :U u
F1 : 100% Uu (ungu)
P2 : Uu >< Uu
ungu ungu
G2 : ♀ U, u ♂ U, u
F2 :
U u Rasio genotipe F2
UU Uu UU : Uu : uu = 1 : 2 : 1
U
ungu ungu
Uu uu Rasio fenotipe F2
u
ungu putih Ungu : Putih = 3 : 1
Soal Latihan
1. Rambut lurus adalah sifat resesif. Dari perkawinan orangtua
yang keduanya berambut keriting heterozigot, berapakah
kemungkinan perbandingan anak-anaknya?
2. Keturunan pertama persilangan antara domba gemuk
dengan domba kurus adalah domba gemuk 100%. Apabila
domba gemuk keturunan pertama disilangkan sesamanya,
maka kemungkinan dihasilkan domba kurus adalah .....
persen
3. Ayam jantan berbulu hitam dikawinkan dengan ayam betina
berbulu putih menghasilkan F1 berbulu hitam. Jika sesama
F1 disilangkan dan menghasilkan 12 anak ayam, maka
peluang jumlah anak ayam yang berbulu putih adalah .....
Artinya:
“Maha Suci Allah yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.
(QS. Yaasiin : 36)
Mengapa dari persilangan berikut dihasilkan
keturunan 100% ercis berbiji bulat warna kuning?

P: ><
Ercis berbiji bulat Ercis berbiji keriput
warna kuning warna hijau

F:
100%
Ercis berbiji bulat
warna kuning
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan bunyi Hukum Mendel II
2. Membuat diagram penyilangan dihibrid
Hukum Mendel II
Hukum Mendel II (hukum asortasi):
“Bila dua individu berbeda satu dengan
yang lain dalam dua pasang sifat atau
lebih, maka diturunkannya sifat yang
sepasang tak tergantung dari pasangan
sifat yang lain.”
Hukum Mendel II dapat dibuktikan pada
persilangan dihibrid.

Dihibrid adalah penyilangan dengan dua


sifat beda atau dua alel yang berbeda.
Diagram penyilangan dihibrid:

P1 : ♀ BBKK >< ♂ bbkk


bulat, kuning keriput, hijau
G1 : BK bk
F1 : 100% BbKk (bulat, kuning)
P2 : ♀ BbKk >< ♂ BbKk
bulat, kuning bulat, kuning
G2 : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
F2 : BK Bk bK bk

BBKK BBKk BbKK BbKk


BK
bulat kuning bulat kuning bulat kuning bulat kuning

BBKk BBkk BbKk Bbkk


Bk
bulat kuning bulat hijau bulat kuning bulat hijau

BbKK BbKk bbKK bbKk


bK
bulat kuning bulat kuning keriput kuning Keriput kuning

BbKk Bbkk bbKk bbkk


bk
bulat kuning bulat hijau keriput kuning keriput hijau

Rasio genotipe F2
BBKK : BBKk : BbKK : BBkk : BbKk : bbKK : Bbkk : bbKk : bbkk
1:2:2:1:4:1:2:2:1

Rasio fenotipe F2
bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
9:3:3:1
Soal Latihan
1. Disilangkan tanaman mangga buah lonjong rasa manis
(homozigotik) dengan buah tidak lonjong rasa asam
(homozigotik). Sifat lonjong rasa manis dominan terhadap sifat
tidak lonjong rasa asam. F1 disilangkan dengan sesamanya,
diperoleh keturunan F2 sebanyak 16.000 tanaman. Jumlah
keturunan yang lonjong manis adalah ..... Tanaman.
2. Mendel mencoba mengawinkan antara tanaman ercis batang
tinggi biji bulat dan tanaman ercis batang pendek biji kisut.
Hasil keturunan F1, semuanya berbatang tinggi dengan biji
bulat. Jika tanaman ercis keturunan F1 tersebut dikawinkan
dengan tanaman ercis batang pendek biji kisut, berapa
keturunannya yang memiliki batang panjang biji bulat?
Artinya:
“Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri)
dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian
itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan
kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik. Maka
mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?”. (QS. An Nahl : 72)
Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan testcross, backcross, dan penyilangan resiprok
2. Menghitung jumlah macam gamet dan membuat diagram
anak garpu untuk menentukan jenis gamet
3. Menghitung rasio fenotipe hasil keturunan dengan diagram
anak garpu
4. Menghubungkan antara jumlah sifat beda, jumlah jenis
gamet, kemungkinan genotipe, fenotipe, jumlah
perbandingan F2, dan rasio fenotipe F2
5. Menentukan genotipe induk (P) jika diketahui fenotipe
keturunannya (F)
Macam-macam Bentuk
Persilangan
Testcross
(uji silang)

Backcross
(silang
balik)

Resiprok
Testcross Tujuan testcross

1. Untuk menguji sifat


Penyilangan antara individu yang menunjukkan
suatu individu yang fenotipe dominan, apakah
tidak diketahui bergenotipe homozigot
genotipenya dengan atau heterozigot.
individu yang 2. Mengetahui berapa macam
bergenotipe gamet yang dihasilkan oleh
homozigot resesif. suatu individu yang
genotipenya dipertanyakan.
P1 : ♀ HH >< ♂ hh
hitam putih
G1 : H h Jika hasil keturunannya
F1 : 100% Hh (hitam) menunjukkan sifat yang sama
100%, genotipe individu
tersebut adalah dominan
P1 : ♀ Hh >< ♂ hh
homozigot dan menghasilkan
hitam putih satu macam gamet.
G1 : H, h h
F1 : h
H Hh
h hh
Jika hasil keturunan
Rasio genotipe F1 menunjukkan sifat yang
berbeda-beda, genotipe
Hh : hh = 1 : 1
individu tersebut adalah
Rasio fenotipe F1 dominan heterozigot dan
hitam : putih = 1 : 1 menghasilkan dua macam
gamet
Backcross Tujuan backcross

Penyilangan antara Untuk mendapatkan


suatu individu dengan kembali individu
salah satu induknya yang bergalur murni
(atau dengan (yang bergenotipe
individu-individu yang homozigot resesif
bergenotipe identik atau homozigot
dengan induknya). dominan).
Backcross dengan Backcross dengan
induk dominan: induk resesif:
P1 : YY >< yy P1 : YY >< yy
F1 : Yy F1 : Yy
Backcross Backcross
P2 : YY >< Yy P2 : Yy >< yy
Progeni : YY : Yy Progeni : Yy : yy
1:1 1:1

Progeni yaitu keturunan yang


berasal dari sumber yang sama.
Penyilangan Resiprok

Persilangan
kebalikan dari yang
semula dilakukan.

Penyilangan resiprok ini tidak memengaruhi


rasio hasil penyilangan jika dilakukan
terhadap gen-gen yang tidak tertaut pada
kromosom seks
Contoh:
Penyilangan monohibrid ercis betina berbiji kuning dengan
ercis jantan berbiji hijau adalah ercis jantan berbiji kuning
disilangkan dengan ercis betina berbiji hijau.
Resiprok:
P1 : ♀ KK >< ♂ kk P1 : ♀ kk >< ♂ KK
(kuning) (hijau) (hijau) (kuning)
F1 : Kk (kuning) F1 : Kk (kuning)
F2 : KK (Ercis kuning) F2 : KK (Ercis kuning)
Kk (Ercis kuning) Kk (Ercis kuning)
Kk (Ercis kuning) Kk (Ercis kuning)
Kk (Ercis hijau) Kk (Ercis hijau)
Menghitung Macam Gamet, Genotipe,
dan Fenotipe
Menghitung jumlah macam gamet

Jumlah macam gamet = 2n Jenis gametnya dapat


n = Jumlah pasangan alel heterozigot diketahui dengan
menggunakan
diagram anak garpu

Langkah mencari jenis gamet adalah sebagai berikut:


1. Alel heterozigot dituliskan secara terpisah, sedangkan
alel homozigot dituliskan salah satu saja.
2. Garis penghubung untuk alel heterozigot dibuat
bercabang, sedangkan alel homozigot dibuat lurus.
Individu bergenotipe Aa Bb CC memiliki jumlah pasangan 2 alel
heterozigot, yaitu Aa dan Bb. Jumlah jenis gamet adalah 2 2 atau 4
jenis. Jenis gamet dapat ditentukan dengan diagram anak garpu:

B C ABC
A
b C AbC
 
B C aBC
a
b C abC

Jadi, jenis gametnya adalah ABC, AbC, aBC, dan abC


Menghitung fenotipe hasil keturunan dengan
diagram anak garpu

Ercis berbiji bulat kuning heterozigot (BbKk)


disilangkan dengan sesamanya. Rasio fenotipe
keturunannya jika alel bulat dominan (B) terhadap
keriput (b) dan alel kuning dominan (K) terhadap
hijau (k), dapat dilihat pada diagram berikut:

P1 : ♀ BbKk >< ♂ BbKk


bulat, kuning bulat, kuning
Langkah mencari FI (keturunan) dengan diagram anak garpu:

  Jumlah BB = 1 KK = 1
Bb = 2 Kk = 2
BbKk >< BbKk bb = 1 kk = 1

  1 KK → 1 BBKK (bulat, kuning)


1 BB 2 Kk → 2 BBKk (bulat, kuning)
1 kk → 1 BBkk (bulat, hijau)
  1 KK → 2 BbKK (bulat, kuning)
2 Bb 2 Kk → 4 BbKk (bulat, kuning)
1 kk → 2 Bbkk (bulat, hijau)
1 KK → 1 bbKK (keriput, kuning)
1 bb 2 Kk → 2 bbKk (keriput, kuning)
1 kk → 1 bbkk (keriput, hijau)
Jumlah fenotipe pada keturunannya:
• Bulat, kuning = 1 + 2 + 2 + 4 = 9
• Bulat, hijau = 1 + 2 = 3
• Keriput, kuning = 1 + 2 = 3
• Keriput, hijau = 1

Rasio fenotipe keturunannya


bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
9:3:3:1
Hubungan antara jumlah sifat beda dengan
jumlah kemungkinan genotipe dan
fenotipe pada F2
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Perbandingan
sifat jenis jenis jenis perbandingan
fenotip F2
beda gamet F2 genotip F2 fenotipe F2 F2
1 21 = 2 31 = 3 2 4 3:1
2 22 = 4 32 = 9 4 16 9:3:3:1
27 : 9 : 9 : 9 : 3
3 23 = 8 33 = 27 8 64
: 3 : 3: 1

81 : 27 : 27 :27
: 27 : 9 : 9 : 9 :
4 24 = 16 34 = 81 16 256
9:3:3:3
:3:1
n 2n 3n 2n 4n
Menentukan Genotipe Induk

Jika diketahui fenotipe keturunannya (F),


genotipe induknya (P) dapat ditentukan
dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan genotipe keturunannya yang
homozigot resesif.
2. Memisahkan dan meletakkan alel-alel
keturunannya yang homozigot resesif
tersebut di kedua induknya.
Contoh soal:
Alel T adalah alel tinggi, sedangkan alel t adalah alel pendek.
Tanaman ercis berbatang tinggi disilangkan dengan
sesamanya sehingga menghasilkan 2.990 tanaman ercis
berbatang tinggi dan 1.025 tanaman ercis berbatang pendek.
Bagaimanakah genotipe kedua induk yang disilangkan?

P1 : batang tinggi >< batang tinggi


G1 : ? ?
F1 : 2.990 berbatang tinggi 1.025 berbatang pendek

Perbandingan ercis batang tinggi : ercis batang pendek = 3 : 1


Langkah:
Keturunan yang homozigot resesif adalah yang berbatang
pendek (tt). Selanjutnya, alel t dan t diletakkan pada masing-
masing induknya yang belum diketahui kelengkapan
genotipenya sehingga dapat ditentukan bahwa genotipe
kedua induk tersebut adalah Tt dan Tt.

Pembuktian:
P1 : Tt >< Tt
batang tinggi batang tinggi
G1 : T, t T, t
F1 : TT (berbatang tinggi) = 1
Tt (berbatang tinggi) = 2
tt (berbatang pendek) = 1
Rasio fenotipe keturunan F1 = batang tinggi : batang pendek =
3:1
Penyimpangan Semu
Hukum Mendel
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan penyebab penyimpangan
semu hukum Mendel
2. Mendefinisikan pengertian dari macam-
macam interaksi antaralel, yaitu kodominan,
dominansi tidak sempurna, alel ganda, dan
alel letal
Kodominan

Interaksi Dominansi tidak sempurna


antaralel Alel ganda
Penyimpanga Alel letal
n semu
hukum Atavisme
Mendel
Epistasis dan hipostasis
Interaksi
Polimeri
genetik
Kriptomeri

Komplementer
Dalam persilangan terkadang ditemukan angka
perbandingan yang tidak sama (menyimpang) dengan pola-
pola hereditas menurut Hukum Mendel, sebagai berikut:
1. Persilangan monohibrid yang memiliki angka
perbandingan fenotipe F2 sebesar 1 : 2 : 1.
2. Persilangan dihibrid yang memiliki angka perbandingan
fenotipe F2 sebagai berikut:
9 : 3 : 4 → 9 : 3 : (3 + 1)
9:7 → 9 : (3 + 3 + 1)
9 : 6: 1 → 9 : (3 + 3) : 1
12 : 3 : 1 → (9 + 3) : 3 : 1
15 : 1 → (9 + 3 + 3) : 1

Angka-angka perbandingan tersebut merupakan penggabungan


atau penjumlahan dari angka perbandingan yang dikemukakan
oleh Mendel sehingga peristiwa tersebut dikenal dengan
penyimpangan semu Hukum Mendel.
Interaksi Antaralel

Suatu peristiwa
dimana muncul Terdiri dari:
suatu karakter 1. Kodominan
akibat interaksi 2. Dominansi
antargen dominan tidak sempurna
maupun antargen 3. Alel ganda
resesif. 4. Alel letal
Kodominan Warna rambut sapi ras Shorthorn
dipengaruhi oleh alel-alel kodominan,
Dua alel dari suatu gen yaitu warna merah oleh CRCR, roan
yang diekspresikan secara (cokelat kemerahan dengan percikan
bersama-sama dan warna putih) oleh CRCW, dan putih oleh
menghasilkan fenotipe CWCW. Jika sapi roan disilangkan dengan
yang berbeda pada
sesamanya, bagaimanakah rasio fenotipe
individu bergenotipe
F1?
heterozigot.
P1 : ♀ CRCW >< ♂ CRCW
roan roan
G1 : CR, CW CR, CW
F1 : 25% CRCR (merah)
50% CRCW (roan)
25% CWCW (putih)

Rasio fenotipe F1
merah : roan : putih
1:2:1
Dominansi tidak Persilangan bunga pukul empat (Mirabilis
sempurna jalapa) merah dengan putih:
P1 : ♀ MM >< ♂ mm
Terjadi ketika alel dominan
merah putih
tidak dapat menutupi alel
resesif dengan sempurna G1 : M m
sehingga menghasilkan F1 : Mm (merah muda)
fenotipe campuran pada P2 : ♀ Mm >< ♂ Mm
individu bergenotipe G2 : M, m M, m
heterozigot F2 :
(intermediet). M m
M MM Mm
m Mm mm

Rasio genotipe F2 Rasio fenotipe F2


MM : Mm : mm merah : merah muda :
1:2:1 putih
1:2:1
Alel ganda
Suatu gen yang
memiliki lebih dari
dua alel. Contoh:
Alel ganda terjadi 1. Golongan darah
karena perubahan sistem ABO pada
struktur DNA manusia
(mutasi) yang 2. Warna mata
pada lalat buah
diwariskan.
(Drosophila)
3. Warna rambut
kelinci
Alel Ganda pada Kelinci yang Memengaruhi
Warna Rambut

Chinchilla
Warna
atau abu- Abu-abu
penuh (abu- Himalayan Albino
abu muda
abu)
keperakan

CC, Ccch,
cchcch cchch, cchc ch c h , c h c cc
Cch, Cc
Contoh soal:
Kelinci betina abu-abu muda (cchc) dikawinkan dengan kelinci
jantan warna abu-abu (Cch). Bagaimanakah rasio fenotipe
anak-anak kelinci yang dilahirkan?
P1 : ♀ cchc >< ♂ Cch
abu-abu muda abu-abu
G1 : cch, c C, ch
F1 : 25% Ccch (abu-abu)
25% cchch (abu-abu muda)
25% Cc (abu-abu)
25% chc (himalayan)

Rasio fenotipe F1
abu-abu : abu-abu muda : himalayan
2:1:1
Alel letal
Alel yang
menyebabkan
kematian pada Terdiri dari:
individu yang 1. Alel letal
memilikinya. dominan
2. Alel letal
resesif
3. Alel subletal
Alel letal dominan Persilangan ayam creeper
bergenotipe heterozigot (Cc)
Individu dengan alel letal
dengan sesamanya:
dominan yang bergenotipe P1 : ♀ Cc >< ♂ Cc
homozigot akan letal (mati creeper creeper
sebelum lahir), sedangkan
yang bergenotipe G1 : C, c C, c
heterozigot akan F1 : C c
mengalami subletal.
CC Cc
C
(letal) (creeper)
Cc cc
  c
(creeper) (normal)
Jadi, telur yang bisa menetas
menjadi ayam hanya 75%, dengan
rasio fenotipe = normal : creeper
adalah 1 : 2.
Alel letal resesif Persilangan sapi dexter dengan
sesamanya:
Alel letal resesif hanya P1 : ♀ Dd >< ♂ Dd
menyebabkan kematian
pada individu yang dexter dexter
bergenotipe homozigot G1 : D, d D, d
resesif. Individu yang F1 : 25% DD (kerry)
bergenotipe heterozigot
dan homozigot dominan 50% Dd (dexter)
adalah normal. 25% dd (bulldog letal)

Jadi, sapi yang hidup hanya 75%


(25% sapi kerry dan 50% sapi
dexter).
Alel subletal P1 : ♀ Thth >< ♂ Thth
talasemia talasemia
Alel homozigot dominan
atau homozigot resesif yang minor minor
menyebabkan kematian G1 : Th, th Th, th
individu pada usia anak-anak
F1 : 25% ThTh (subletal, talasemia
hingga dewasa.
Contoh: subletal homozigot major)
dominan adalah talasemia, 50% Thth (anemia tidak
sedangkan contoh parah, talasemia minor)
subletal homozigot
resesif adalah hemofilia. 25% thth (normal)
Tujuan Pembelajaran
1. Mendefinisikan pengertian dari macam-macam
interaksi genetik, yaitu atavisme, epistasis-
hipostasis, polimeri, kriptomeri dan komplementer
2. Menyelesaikan soal-soal persilangan terkait
interaksi genetik
Interaksi Genetik

Terdiri dari:
Interaksi antara dua 1. Atavisme
pasang gen 2. Epistasis-
nonalelik atau lebih hipostasis
yang menimbulkan 3. Polimeri,
fenotipe-fenotipe 4. Kriptomeri
dengan rasio yang 5. Komplementer
menyimpang secara
semu terhadap
Hukum Mendel.
Rasio Fenotipe F2 pada
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Genotipe
No Peristiwa
A•B• A•bb aaB• aabb
1 Hukum Mendel 9 3 3 1
2 Atavisme 9 3 3 1
3 Epistasis dominan 12 3 1
4 Epistasis resesif 9 3 4
5 Epistasis gen dominan 15 1
rangkap
6 Epistasis gen rangkap
dengan efek kumulatif 9 6 1
7 Polimeri 15 1
8 Kriptomeri 9 3 4
9 Komplementer 9 7
Atavisme
Interaksi beberapa
gen yang Atavisme terjadi
menghasilkan sifat pada bentuk
baru. jengger ayam ras:
1. Rose (mawar)
2. Pea (biji)
3. Walnut (sumpel)
4. Single
(tunggal/bilah)
Bentuk Jengger Ayam

Genotipe Fenotipe
R•P• Walnut
R•pp Rose Tanda • = gen dominan
rrP• Pea atau gen resesif

rrpp Single
Persilangan ayam berjengger rose dengan ayam
berjengger pea:

P1 : ♀ RRpp >< ♂ rrPP


rose pea
G1 : Rp rP
F1 : RrPp (walnut)
P2 : ♀ RrPp >< ♂ RrPp
walnut walnut
G2 : RP, Rp, rP, rp RP, Rp, rP, rp
F2 : RP Rp rP rp
RRPP RRPp RrPP RrPp
RP
walnut walnut walnut walnut
RRPp RRpp RrPp Rrpp
Rp
walnut rose walnut rose
RrPP RrPp rrPP rrPp
rP
walnut walnut pea pea
RrPp Rrpp rrPp rrpp
rp
walnut rose pea single

Rasio fenotipe F2
walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1

Letak penyimpangannya adalah timbulnya sifat


baru akibat interaksi beberapa gen.
Epistasis-
hipostasis
Bentuk interaksi Terdiri dari:
ketika suatu gen 1. Epistasis dominan
mengalahkan 2. Epistasis resesif
gen yang lainnya 3. Epistasis gen
dominan rangkap
yang bukan
4. Epistasis gen
sealel. rangkap dengan
efek kumulatif

Gen epistasis → gen yang menutupi (menghalangi)


kemunculan karakter.
Gen hipostasis → gen yang ditutupi (dihalangi).
Epistasis Genotipe Fenotipe
dominan R•K• Putih
Terjadi jika gen menutupi P•kk Putih
kerja gen lainnya bersifat ppK• Kuning
dominan. Gen dominan ini ppkk Hijau
dapat menutupi gen
dominan lainnya yang Tanda • = gen dominan
bukan sealel. atau gen resesif

Diagram persilangan buah labu (Cucurbita


pepo L) :
P1 : ♂ PPkk >< ♀ ppKK
putih kuning
G1 : Pk pK
F1 : PpKk (putih)
P2 : ♀ PpKk >< ♂ PpKk
putih putih
F2 : Jumlah PP = 1 KK = 1
Pp = 2 Kk = 2
Pp = 1 kk = 1

1 KK → 1 PPKK (putih)
1 PP 2 Kk → 2 PPKk (putih)
1 kk → 1 PPkk (putih)
1 KK → 2 PpKK (putih)
2 Pp 2 Kk→ 4 PpKk (putih)
1 kk → 2 Ppkk (putih)
1 KK → 1 ppKK (kuning)
1 pp 2 Kk→ 2 ppKk (kuning)
1 kk → 1 ppkk (hijau)

Rasio fenotipe F2
putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1
Epistasis
Genotipe Fenotipe
resesif
B•G• Abu-abu
Terjadi jika gen yang B•gg Hitam
menutupi gen lainnya
bbG• atau bb•• Putih
bersifat homozigot resesif.
Gen homozigot resesif ini Tanda • = gen dominan
dapat menutupi gen atau gen resesif
lainnya yang bersifat
Diagram persilangan rambut tikus :
dominan,
baik yang sealel P1 : ♀ BBgg > < ♂ bbGG
maupun tidak sealel. hitam putih
G1 : Bg bG
F1 : BbGg (abu-abu)
P2 : ♀ BbGg > < ♂ BbGg
abu-abu abu-abu
F2 : Jumlah BB = 1 GG = 1
Bb = 2 Gg = 2
bb = 1 gg = 1
 
1 GG → 1 BBGG (abu-abu)
1 BB 2 Gg → 2 BBGg (abu-abu)
1 gg → 1 BBgg (hitam)
1 GG → 2 BbGG (abu-abu)
2 Bb 2 Gg → 4 BbGg (abu-abu)
1 gg → 2 Bbgg (hitam)
1 GG → 1 bbGG (putih)
1 bb 2 Gg → 2 bbGg (putih)
1 gg → 1 bbgg (putih)

Rasio fenotipe F2
abu-abu : hitam : putih = 9 : 3 : 4
Epistasis gen
Genotipe Fenotipe
dominan rangkap
A•B• Segitiga
Terjadi jika dua gen A•bb Segitiga
dominan atau lebih aaB• Segitiga
menghasilkan satu fenotipe
dominan yang sama. aabb Oval
Namun, jika tidak ada gen
dominan satupun, fenotipe Tanda • = gen dominan
resesif akan muncul. atau gen resesif
Diagram persilangan tanaman Capsella
bursa-pastoris:
P1 : ♀ AABB >< ♂ aabb
kapsul biji kapsul biji
segitiga homozigot oval
G1 : AB ab
F1 : AaBb (kapsul biji segitiga)
P2: ♀ AaBb >< ♂ AaBb
kapsul biji kapsul biji
segitiga segitiga
G2 : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 : 9 A•B• = kapsul biji segitiga
3 A•bb = kapsul biji segitiga
3 aaB• = kapsul biji segitiga
1 aabb = kapsul biji oval

Rasio fenotipe F2
kapsul biji segitiga : kapsul biji oval
15 : 1
Epistasis gen
P1 : ♀ AABB >< ♂ aabb
rangkap dengan ungu tua putih
efek kumulatif G1: AB ab
Terjadi jika kondisi F1 : AaBb (ungu tua)
dominan, baik homozigot P2 : ♀ AaBb >< ♂ AaBb
maupun heterozigot, pada
ungu tua ungu tua
salah satu lokus
menghasilkan fenotipe G2: AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
yang sama. F2 : 9 A•B• = ungu tua
3 A•bb = ungu
3 aaB• = ungu
1 aabb = putih

Rasio fenotipe F2
ungu tua : ungu : putih
9:6:1
Interaksi dua gen atau lebih (gen

Polimeri ganda) yang memengaruhi dan


menguatkan suatu sifat yang sama
(bersifat kumulatif).

Diagram persilangan polimeri terhadap karakter warna biji


gandum:
P1 : ♀ M1M1M2M2 >< ♂ m1m1m2m2
merah gelap putih
G1: M1M2 m1m2
F1 : M1m1M2m2 (merah sedang)
P2 : ♀ M1m1M2m2 >< ♂ M1m1M2m2
G2: M1M2, M1m2, m1M2, m1m2 M1M2, M1m2, m1M2, m1m2
F2 : M1M2 M1m2 m1 M2 m1 m2
M1m1M2m2
M1M1M2M2 M1M1M2 m2 M1m1M2M2
M1M2 Merah
Merah gelap Merah Merah
sedang
M1M1m2m2 M1m1M2m2
M1M1M2 m2 M1m1m2m2
M1m2 Merah Merah
Merah Merah muda
sedang sedang
M1m1M2m2 m1m1M2M2
M1m1M2M2 m1m1M2m2
m1M2 Merah Merah
Merah Merah muda
sedang sedang
M1m1M2m2
M1m1m2m2 m1m1M2m2 m1m1m2m2
m1 m2 Merah
Merah muda Merah muda Putih
sedang

Sifat warna merah bervariasi, semakin Rasio fenotipe F2


banyak alel dominan maka warna merah : putih
semakin merah. 15 : 1
Kriptomeri Feno-
Plasma sel
Anto- Genotipe
tipe pH
sianin
Sifat gen dominan yang
seolah-olah tersembunyi Ungu + Basa A•B•
jika berdiri sendiri dan akan Merah + Asam A•bb
tampak pengaruhnya Basa/ aaB• atau
Putih ‒
apabila bersama-sama asam aabb
dengan gen dominan
yang lainnya. Tanda • = gen dominan
atau gen resesif
Diagram persilangan tanaman Linaria
maroccana:
P1 : ♀ AAbb >< ♂ aaBB
merah putih
G1 : Ab aB
F1 : AaBb (ungu)
P2 : ♀ AaBb >< ♂ AaBb
ungu ungu
G2 : AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB, ab
F2 : 9 A•B• = ungu
3 A•bb = merah
3 aaB• = putih
1 aabb = putih

Rasio fenotipe F2
ungu : merah : putih
9:3:4
Komplementer Genotipe Fenotipe
C•P• Ungu
Interaksi antara gen-gen
C•pp Putih
dominan yang saling
melengkapi dalam ccP• Putih
mengekspresikan suatu ccpp Putih
sifat.
Tanda • = gen dominan
atau gen resesif
Diagram persilangan tanaman Lathyrus
odoratus :
P1 : ♀ CCpp >< ♂ ccPP
putih putih
G1 : Cp cP
F1 : CcPp (ungu)
P2 : ♀ CcPp >< ♂ CcPp
ungu ungu
G2 : CP, Cp, cP, cp CP, Cp, cP, cp
F2 : 9 C•P• = ungu
3 C•pp = putih
3 ccP• = putih
1 ccpp = putih

Rasio fenotipe F2
ungu : putih
9:7

Anda mungkin juga menyukai