Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.

POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL

KOMPETENSI DASAR
3.4 Menganalisis proses pembelahan sel 4.4 Menyajikan hasil pengamatan pembelahan
sebagai dasar penurunan sifat dari sel pada sel hewan maupun tumbuhan
induk kepada keturunannya

TujuanPembelajaran
1. Menyimpulkan hukum Mendel I dan II
2. Menentukkan jenis gametdari suatugenotip
3. Menyimpulkan penyimpangan semu hukum Mendel (Kriptomeri dan Atavisme)
4. Menyimpulkan penyimpangan semu Hukum Mendel (Epistasi- Hipostasi, polimeri, gen –
gen komplementer)

MATERI AJAR : POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL

MATERI
Makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan keturunan. Keturunan yang
dihasilkan mempunyai kemiripan sifat dengan induknya baik dari bentuk fisik maupun sifatnya.
Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya sesuai dengan pola pewarisan sifat. Namun
pada pola pewarisan sifat tentu ada proses penyimpangan yang dapat terjadi.

Istilah – Istilah :
 gen, yaitu sifat keturunan
 kromosom, yaitu pembawa sifat keturunan
 alel, yaitu pasangan gen yang saling berhubungan
 genotip, yaitu sifat yang tidak tampak dari luar dan biasanya disimbolkan dengan huruf
 fenotip, yaitu sifat yang tampak dari luar
 hibridisasi, yaitu perkawinan antara dua induk yang berbeda sifatnya
 monohibrid, yaitu perkawinan dengan satu sifat beda
 dihibrid, yaitu perkawinan dengan dua sifat beda
 dominan, yaitu faktor yang kuat dan dapat menutupi faktor yang lainnya. Disimbolkan
dengan huruf besar (M)
 resesif, yaitu faktor yang lemah dan ditutupi oleh faktor yang dominan. Disimbolkan dengan
huruf kecil (m)
 intermediet, yaitu factor dominan yang tidak sepenuhnya menutupi factor resesif dan akan
menghasilkan sifat yang baru (Mm)
 homozigot, yaitu genotip gen dan alel memiliki faktor yang sama. Misal : AA, aa, BB,cc
 heterozigot, yaitu genotif gen dan alel memiliki faktor yang berbeda. Misalnya Aa, Bb, Cc
 galur murni, yaitu individu yang berasal dari perkawinan sendiri, dan mempunya sifat yang
sama persis dengan induknya
 parental (P), yaitu induk
 filial (F), yaitu keturunan

A. Hukum Mendel
Setiap makhluk hidup memiliki kemiripan ciri fisik dan sifat dengan induknya. Adanya
kemiripan tersebut karena gen dalam nukleus sel sperma bergabung dengan gen dalam nukleus
sel telur. Oleh karena itu, hasil keturunan tersebut, memiliki gabungan sifat dari kedua induknya.
Peristiwa tersebut sesuai dengan pola pewarisan sifat. Pola pewarisan sifat pertama kali
ditemukan oleh Gregor Johan Mendel ((1822-1884) seorang biarawan dan penyelidik tanaman
berkebangsaan Austria.
Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika mengemukakan hukum tentang pewarisan sifat
(hereditas), yaitu hukum Mendel I dan hukum Mendel II.

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

 Hukum Mendel I (Prinsip segregasi bebas), pada saat


pembentukan gamet pada individu terjadi pemisahan
alel secara bebas.
 Hukum Mendel II (Prinsip penggabungan bebas),
pada saat pembentukan gamet masing-masing alel
akan memisah secara bebas dan bergabung secara
bebas.

Mendel melakukan penelitian tentang pewarisan sifat dari induk terhadap keturunannya dengan
menggunakan tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Alasan pemilihan kacang ercis sebagai
tanaman percobaan :
–       memiliki pasangan sifat yang menyolok
–       bias melakukan penyerbukan  sendiri
–       segera menghasilkan keturunan/umurnya pendek
–       mampu menghasilkan banyak keturunan,
–       mudah disilangkan

Macam – Macam Persilangan menurut Hukum Mendel

1. Hukum I Mendel
 Persilangan monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda. Maksudnya adalah
pada persilangan ini, kita hanya memperhatikan satu sifat saja, seperti warna bunga (merah,
putih, dsb) atau bentuk buah (bulat, lonjong, dsb).

Pada persilangan monohibrid berlakuHukum Mendel I karena pada saat pembentukan


gamet kedua (G2), gen di dalam alel yang sebelumnya berpasangan akan mengalami
pemisahan secara bebas dalam dua sel anak (gamet). Secara bebas di sini maksudnya adalah
pemisahan kedua gen tersebut tidak dipengaruhi atau mempengaruhi pasangan gen yang
lainnya.
Mendel melakukan persilangan monohybrid dengan satu sifat beda yang menunjukkan sifat
dominansi yang muncul secara penuh dan sifat dominansi yang tidak muncul secara penuh
(intermediet).
 Kasus dominansi penuh

Persilangan pada kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat gen yang satu lebih kuat
dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya. Akibatnya, sifat gen yang lebih kuat itu
dapat menutupi sifat gen yang lemah. Dalam hal ini, gen yang memiliki sifat yang
kuat disebut gen dominan dan gen yang memiliki sifat yang lemah disebut gen resesif.

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

Contoh Soal :

Tanaman kacang ercis berbiji bulat disilangkan dengan kacang ercis berbiji kisut.F1
semuanya berbiji Bulat.kemudian F1 melakukan penyerbukan sendiri, sehingga
menghasilkan F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
persilangannya dapat dilihat dibawah ini:

Berdasarkan persilangan di atas, kita bisa mengetahui perbandingan fenotip dan genotipnya.
Perlu diingat kalau fenotip adalah sifat yang tampak. Jadi, berdasarkan hasil F2 kita bisa tahu
kalau perbandingan fenotipnya adalah 3 : 1 (3 sifat merah : 1 sifat putih). Sedangkan, untuk
perbandingan genotipnya diperoleh BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1.

 Kasus dominansi tidak penuh (Intermediet)

Persilangan pada kasus intermediet terjadi apabila sifat dari kedua gen sama-sama kuat.
Jadi, tidak ada gen yang bersifat dominan ataupun resesif.

Contoh :

Sifat intermediet terdapat pada tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa).

Penyelesaian:

Perbandingan genotipe F2 = MM : Mm : mm
= 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = Merah : Merah muda : putih
1 : 2 : 1

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

Dalam percobaan diatas, sifat dominan tidak muncul secara penuh karena adanya sifat
intermediet. Fenotipe keturunan F1- nya merupakan sifat diantara kedua induknya. Apabila
F2 disilangkan dengan sesamanya, pebandingan fenotipe F2-nya = 1 : 2 : 1.

II. Hukum II Mendel

Selain melakukan persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid.


Persilangan dihibrid adalah persilangan antar individu yang memiliki dua sifat beda. Pada
persilangan dihibrid berlaku Hukum II Mendel karena pada saat pembentukan F2, gen di
dalam gamet yang tadinya mengalami pemisahan kemudian akan bergabung secara bebas.
Penggabungan secara bebas ini maksudnya adalah gen yang satu dapat secara bebas
bergabung dengan gen yang lainnya tanpa adanya syarat tertentu

Contoh Soal :
Persilangan antara biji bulat kuning (BBKK) dengan biji kisut hijau (bbkk). Biji bulat (B)
dominan terhadap biji kisut (b) dan warna kuning (K) dominan terhadap warna hijau (k).
Lakukan persilangan sampai mendapat F2!

Dari tabel tersebut dapat


diketahui bahwa terdapat genotip
yang homozigot dan heterozigot.

 Genotipe yang homozigot


ditunjukkan oleh angka
1,6,11,dan 16
 Genotipe yang heterozigot
ditunjukkan oleh angka
2,3,4,5,7,8,9,10,12,13,14 dan
15

Rasio fenotipe F2 =
Bulat kuning :9
Bulat hijau :3
Keriput kuning : 3
keriput hijau :1

Pembentukan gamet pada persilanagan dihibrid terjadi dengan cara pemisahan alel secara
bebas, yaitu sebagai berikut:

 BB berpisah menjadi B dan B; Bb perpisah menjadi B dan b; dan bb berpisah menjadi b


dan b
 KK berpisah menjadi K dan K; Kk perpisah menjadi K dan k; dan kk berpisah menjadi k
dan k

Pembentukan gemet pada persilangan dihibrid terjadi melalui penggabungan alel


(berpasangan secara bebas), yaitu sebagai berikut:

 B berpasangan dengan K membentuk BK


 B berpasangan dengan k membentuk Bk
 b berpasangan dengan K membentuk bK
 b berpasangan dengan k membentuk bk

Catatan : cara penulisan di papan catur yang dominan ( huruf kapital) ditulis duluan dari
resesif ( huruf kecil)

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

Dalam percobaan Mendel dikenal beberapa macam perkawinan yaitu :


 Perkawinan Resiprok
Adalah perkawinan kebalikan dari semula yang dilakukan/ persilangan ulang dengan jenis
kelamin yang ditukar.
Contoh :

 Test Cross
Testcross adalah persilangan antara keturunan hasil prsilangan F1 yang belum diketahui
genotipnya dengan individu yang sudah diketahui genotipnya homozigot resesif. Tujuan test
cross untuk mengetahui genotip suatu individu. Perbandingan fenotip F2 hasil persilanagan
test cross = 1 : 1
Contoh :

 Back cross
Backcross adalah persilangan antara keturunan hasil persilangan F1 dengan salah satu
induknya (homozigot dominan/resesif). Perbandingan genotip F2 hasil persilangan
backcross = 1: 1. Back cross berguna untuk mencari genotipe induk.
Contoh :

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

III. Menghitung Macam Gamet

Jumlah macam gemet yang dihasilkan oleh individu dapat dihitung dengan mengunakan
rumus 2n , dengan n adalah jumlah pasangan alel heterozigot yang bebas memisah.
Sementara itu macam gametnya dapat diketahui dengan menggunakan diagram anak
garpu.

Langkah mencari macam gamet adalah sebagai berikut :


 Alel heterozigot dituliskan secara terpisah sedangkan alel homozigot dituliskan satu
saja
 Garis penghubung untuk alel heterozigot dibuat bercabang, sedangkan alel heterozigot
dibuat lurus
Contoh Soal :
1. Individu bergenotipe Aa Bb CC memiliki jumlah pasangan 2 alel yang heretozigot,
yaitu, Aa dan Bb. Jumlah macam gamet adalah 22 atau 4 jenis.

Jadi macam gametnya adalah ABC, AbC, aBC, dan abC

2. Individu bergenotipe AA Bb CC Dd memiliki 2 pasangan alel heterozigot, yaitu Bb


dan Dd. Jumlah macam gametnya adalah 22 atau 4 jenis. Macam gamet dapat diketahui
dengan diagram anak garpu sebagai berikut:

Jadi macam gametnya adalah : ABCD, ABCd, AbCD, AbCd

Jika pada individu terdapat tautan gen, jumlah macam gamet yang terbentuk menjadi
semakin sedikit karena gen tersebut tidak dapat memisah secara bebas.

Contoh soal :

Individu bergenotipe AaBb Cc Dd (gen A tautan dengan gen B) memiliki 3 pasangan alel
heterozigot karena terdapat tautan antara gen A dan B. Jumlah macam gematnya adalah 2 3
atau 8 jenis. Macam gamet dapat diketahui dengan diagram anak garpu sebagai berikut :

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

Jadi macam gametnya adalah ABCD, ABCd, AbcD, AbcD, abCD, abCd, abcD, abcd

IV. Penyimpangan semu Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel yaitu terjadinya suatu kerja sama berbagai sifat
yang memberikan fenotipe berlainan, tapi masih mengikuti hukum-hukum perbandingan
genotipe dari Mendel. Penyimpangan ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih
disebut interaksi gen. Penyimpangan semu hukum Mendell merupakan bentuk persilangan
yang menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum
Mendell. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif yang diperoleh merupakan
modifikasi dari penjumlahan rasio fenotif hukum Mendel semula.

1. Epistasi dan hipostasi


Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi
pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis,
dan yang ditutupi disebut hipostasis.

Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning.
P    :    hitam        x        kuning
HHkk                 hhKK
F1    :    HhKh = hitam

Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter
yang muncul adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap
kuning/kuning hipostasis (ditutupi) terhadap hitam

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

P2    :    HhKk        x        HhKk

F2     :   9 H-K-    : hitam


3 H-kk    : hitam
3 hhK-    : kuning
1 hhkk    : putih

Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

2. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya
bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang
menyertainya.
Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan
alel berada bersama

Contoh: persilangan Linaria maroccana

A    : ada anthosianin            B    : protoplasma basa


a    : tak ada anthosianin       b    : protoplasma tidak basa

P    :      merah          x        putih


AAbb                    aaBB
F1    :    AaBb (ungu)  
( warna ungu muncul karena A dan B berada bersama)

P2    :    AaBb        x        AaBb

F2    :    9 A-B-     : ungu


3 A-bb     : merah
3 aaB-    : putih
1 aabb : putih

Rasio fenotif F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4


SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021
BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

3. Atavisme (Interaksi beberapa pasang alel)

Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi
antar gen dominan maupun antar gen resesif.

Contoh: mengenai pial/jengger pada ayam

R-pp     : pial Ros/Gerigi              rrP- : pial Pea/Biji

R-P-     : pial Walnut/Sumpel        rrpp : pial Single/Bilah

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

P    :    Ros        ><        Pea

R-pp                rrP-

F1    :    RrPp     Walnut

P2    :    RrPp   >< RrPp

F2    :    9 R-P-    : Walnut

3 R-pp    : Ros

3 rrP-     : Pea

1 rrpp     : Single

Pada contoh di atas ada 2 karakter baru muncul:

– Walnut : muncul karena interaksi 2 gen dominan

– Singel : muncul karena interaksi 2 gen resesif


Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1

4. Polimeri

Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi


mempengaruhi karakter/sifat yang sama.

Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan, maka sifat karakternya makin
kuat.

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih

P    :    gandum berkulit merah    ><      gandum berkulit putih

M1M1M2M2                             m1m1m2m2

F1     :   M1m1M2m2 ( merah muda)

P2    :    M1m1M2m2        ><       M1m1M2m2

F2    :    9 M1- M2 –          : merah – merah tua sekali

3 M1- m2m2        : merah muda – merah tua

3 m1m1M2 –        : merah muda – merah tua

1 m1m1m2m2     : putih

 Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama
berpengaruh terhadap warna merah gandum.
 Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.

4M = merah tua sekali


3M = merah tua
2M = merah
M = merah muda
m = putih
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih,
diperoleh:
Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021


BAHAN AJAR/BIO/XII/KD 3.5

5. Komplementer

Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling melengkapi
untuk memunculkan suatu karakter.

Contoh: perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli

P    :    bisu tuli      ><       bisu tuli

DDee                  ddEE

F1  :     DdEe ( normal)

D dan E berada bersama bekerjasama memunculkan karakter normal. Bila hanya


memiliki salah satu gen dominan D atau E saja, karakter yang muncul adalah bisu tuli.

P2    :    DdEe    X    DdEe

F2     :   9 D-E-    : normal


3 D-uu    : bisu tuli
ppE-    : bisu tuli
1 ppuu    : bisu tuli

Rasio fenotif F2 normal : bisu tuli = 9 : 7

Contoh Persilangan Lathyrus odoratus

SMAK Giovanni Kupang – wihelmina.doc-Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai