Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH GENETIKA

HUKUM MENDEL 1 DAN 2


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah genetika
Dosen Pengampu : Ika Sukmawati, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Putri Ayu Widiyastuti (2010305055)
2. Shanada salsabila saktiono (2010305010)

Kelas : 5.01

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar belakang Hukum mendel
Setiap makhluk hidup memiliki kemiripan ciri fisik dan sifat dengan
induknya. Adanya kemiripan tersebut karena gen dalam nukleus sel sperma
bergabung dengan gen dalam nukleus sel telur. Oleh karena itu, hasil keturunan
tersebut memiliki gabungan sifat dari kedua induknya. Hukum Mendel adalah
hukum mengenai pewarisan sifat induk kepada keturunannya yang dicetuskan
oleh Gregor Johann Mendel,(1822-1884) berdasarkan penelitian persilangannya
yang menggunakan varietas kacang kapri. Hasil penelitian tersebut ditulis dalam
sebuah makalah berjudul Experiment in Plant Hybridization Dalam penelitian
persilangannya, Dalam percobaan Mendel terdapat istilah genotipe dan fenotipe.
Genotipe adalah sifat tidak tampak yang ditentukan oleh pasangan gen dalam
individu. Genotipe disimbolkan dengan sebuah huruf, yang biasanya ditulis
sebagai huruf pertama yaitu suatu sifat yang dominan. Simbol genotipe untuk
sifat dominan ditulis dengan huruf besar. Simbol genotipe untuk sifat resesif
ditulis dengan huruf kecil. Oleh karena individu bersifat diploid, genotipe
dinyatakan dengan dua huruf. induk jantan dan induk betina diberi nama
parental (tertua) dan disimbolkan dengan huruf P. sedangkan hasil persilangan
parental tersebut diberi nama sebagai filius (anak) dan disimbolkan dengan huruf
F. Sementara persilangan induk jantan dengan induk betina disebut dengan P1
dan filialnya disebut dengan F1. Lalu, persilangan antara jantan F1 dengan
betina F1 yang dilakukan secara acak akan disebut dengan P2, sedangkan
filialnya disebut dengan F2, dan seterusnya.

Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :


a. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
b. Melakukan penyerbukan sendiri
c. Mudah dilakukan penyerbukan silang
d. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
e. Mempunyai keturunan banyak

Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa


hipotesis,yaitu :
a. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan,
satu dari induk jantan dan satu induk betina.
b. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua
bentuk alternative ini disebut alel.
c. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
d. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
akan memisah secara bebas.
e. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.


B. HUKUM MENDEL I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: "pada
pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua
sel anak. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu
sifat beda).Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya t dalam gambar), dan
alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya T).

b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam
gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya TT dalam gambar
disamping).

c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu
terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
C.HUKUM MENDEL II
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,
menyatakan: *bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat
atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat
pasangan lainnya". Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau
lebih. Kemudian Mendel meneliti dua ciri sekaligus, yakni bentuk biji (bulat atau
keriput) dan warna biji (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yang selalu
menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan
berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam tidak
muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama
mempunyai benih kuning bulat. menunjukkan bahwa ada 16 kombinasi gen pada
keturunan ke dua (F2). Dari 16 kombinasi ini, bulat kuning ada 9, bulat hijau ada 3,
kisut kuning ada 3, dan kisut hijau ada 1. Dengan demikian perbandingan kuning : bulat
hijau : kisut kuning : kisut hijau adalah 9 : 3 : 3 : 1. Perbandingan ini akan terpenuhi
pada pembastaran dihibrid jika dua sifat tanda beda dalam keadaan dominan penuh dan
kedua gen tersebut tidak terpaut satu sama lain.Kacang polong yang semuanya bulat dan
kuning pada turunan pertama menunjukkan bahwa sifat bulat dominan terhadap kisut
dan kuning dominan terhadap hijau. Jadi kacang polong yang berbiji bulat kuning dapat
dilambangkan dengan YYRR dan yang kisut hijau dengan yyrr.Mendel mengecek hasil
ini dengan kombinasi dua ciri lain. Perbandingan yang sama muncul lagi. Perbandingan
9 : 3 : 3 : 1 menunjukkan bahwa kedua ciri tidak saling tergantung, sebab perbandingan
3 : 1 untuk satu ciri bertahan dalam setiap subkelompok ciri yang lain, dan sebaliknya.
Dalam pembentukan gamet, gen-gen membentuk kombinasi secara bebas. Hal ini
menunjukkan bahwa sepasang gen tidak dipengaruhi oleh pasangan gen lainnya.
Peristiwa ini biasa disebut hukum Mendel II atau hukum berpasangan secara bebas.
(gambar 1)

Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan


genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri
dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil
bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1

(gambar 2)
Daftar Pustaka

Fransisca Cahyono.2010,Kombinatorial dalam hukum pewarisan Mendel Institut


Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia Makalah
Probabilitas dan Statistik
Sony P laksono ,2011,Persentase Distribusi Penyakit Genetik dan Penyakit Yang Dapat
Disebabkan Oleh Faktor Genetik Di RSUD Serang Bagian Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran, Universitas YARSI Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol,3,
No,2

Anda mungkin juga menyukai