Anda di halaman 1dari 2

cara pewarisan sifat dan cara untuk menurunkannya dengan pola-pola tertentu

Pewarisan sifat (Plassa). Makhluk hidup yang ada di muka bumi ini sangat beragam.
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai sifat dan ciri tersendiri sehingga dapat
membedakannya antara yang satu dengan yang lainnya. Sifat atau ciri yang dimiliki
oleh setiap makhluk hidup ada yang dapat diturunkan dan ada pula yang tidak dapat
diturunkan. Dalam pewarisan sifat dari generasi ke generasi berikutnya mengikuti pola
tertentu yang khas bagi setiap makhluk hidup. Pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya disebut Hereditas

PEWARISAN SIFAT-SIFAT MANUSIA MELALUI POLA-POLA HEREDITAS

Pola-pola hereditas adalah penjelasan bagaimana menerapkan prinsip hereditas dalam


mekanisme pewarisan sifat yang dipelajari dalam ilmu genetika. Genetika adalah ilmu
yang mempelajari mengenai pewarisan sifat-sifat induk pada turunannya.

Dalam mempelajari genetika sangat penting bahkan dijadikan dasar dalam memahami
genetika dan digunakan untuk analisis atas pola-pola pewarisan genetik. Hukum
Mendel adalah hukum yang menerapkan bagaimana pola dan mekanisme pewarisan
sifat. Hukum Mendel terdiri dari Hukum MENDEL 1 dan HUKUM MENDEL II.

Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) adalah pernyataan bahwa ketika berlangsung


pembentukan gamet pada individu, akan terjadi pemisahan alel secara bebas.
Persilangan monohibrid membuktikan hukum Mendel I. Persilangan monohibrid
merupakan persilangan dengan satu sifat beda. Untuk mengetahui keadaan Genotip F1
dapat dilaksanakan:

Testcross (uji silang): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah
satu induknya yang homozigot resesif. Tujuan uji silang ini untuk mengetahui
keadaan genotip suatu individu, apakah homozigot atau heterozigot.

Backcross (silang balik): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah
satu induk, baik induk homozigot dominan ataupun resesif. Tujuan backcross
adalah untuk mengetahui genotip induknya.

Intermediet: penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan tidak
mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat diantara keduanya.

Hukum Mendel II adalah pernyataan yang menyatakan bahwa pada saat


penentuan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan
mengelompok secara bebas pula. Persilangan dihibrid merupakan bukti
berlakunya hukum Mendel II. Mendel melanjutkan persilangan, dengan
menyilangkan tanaman yang memiliki dua sifat beda (dihibrid), yaitu warna dan
bentuk kacang ercis. Dia menyilangkan kacang ercis biji bulat (B) warna kuning
(K) dengan kacang ercis biji kisut (b) warna hijau (k). Hasilnya F1 memiliki
fenotip kacang ercis biji bulat warna kuning (100%). Setelah F1 disilangkan
dengan sesamanya menghasilkan keturunan F2 dengan rasio fenotip 9 (bulat
kuning) : 3 (bulat hijau) : 3 (kisut kuning) : 1 (kisut hijau)

. Cara Penurunan Sifat

Sifat beda yang diturunkan induk kepada keturunannya ditulis dengan simbol huruf.
Satu huruf menyatakan sifat yang didapat dari salah satu induknya, sedangkan
sepasang huruf menyatakan sifat beda dari kedua induknya. Induk menurunkan sifat
beda pada keturunannya melalui sel kelamin jantan atau betina. Oleh karena itu, sifat
beda pada sel kelamin dinyatakan dengan satu huruf.
Saat perkawinan atau persilangan berlangsung, terjadi peleburan sel kelamin jantan
dan betina. Kedua sifat beda yang bergabung menjadi satu dalam individu tersebut
dinyatakan dengan dua huruf.

Contohnya:
Suatu individu mempunyai sifat yang dinyatakan TT. Huruf T menyatakan sifat
batang tinggi, gametnya adalah T dan T.
Sifat yang lain dinyatakan dengan tt, dimana t menyatakan sifat batang pendek,
gametnya t dan t.
Dapat dijelaskan bahwa cara penurunan sifat dapat digambarkan sebagai berikut:
P (orang tua/induk):
Tumbuhan berbatang tinggi X tumbuhan berbatang pendek
Genotip : TT tt
Fenotip : tinggi pendek
Gamet : T t
Tt
F1 (filial) : Tt,Tt (berbatang tinggi)
Jika : F1 F1
Genotip : Tt Tt
Gamet : T T
tt
F2 : TT (batang tinggi) Tt (batang tinggi)
Tt (batang tinggi) tt (batang pendek)
( = disilangkan atau dikawinkan)

Anda mungkin juga menyukai