PRAKTIKUM VII
A. Judul Praktikum
Genetika Mendel
B.Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi istilah gen, lokus, fenotif, genotif, dominan dan resesif.
2. Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid).
C. Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul).
Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama
berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola penurunan
sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel.(Team Teaching.2014. " Penuntun Praktikum
Biologi. UNG).
Orang yang pertama-tama yang mengadakan percobaan perkawinan silang ialah Gregor
Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia dikenal sebagai
pencipta atau Bapak Genetika. (Suryo, 2008). Beliau melakukan serangkaian percobaan
persilangan pada kacang ercis ( Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selam
bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat yang
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan.Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena tanaman ini
hidupnya tidak lama (merupakan tanaman setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan.
Tanaman ercis memiliki bunga sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat
kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri.
Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-menerus akan menghasilkan galur
murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya. Selain
itu, tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan
kerdil, buah polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih,
bunganya terletak aksial (sepanjang batang) lawannya terminal (pada ujung batang), biji yang
masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji abu-
abu lawan putih. (Suryo, 2008)
Pada waktu Mendel hidup belum diketahui tentang bentuk dan susunan sifat keturunan.
Mendel menyebut bahan keturunan itu faktor penentu. Tetapi kini faktor penentu itu lebih
dikenal dengan istilah gen (Inggris: gene; Jerman: Gen; Belanda: geen; Perancis:gene). Dengan
ditemukannya kromosom, (yaitu benda-benda halus berbentuk batang lurus atau bengkok di
dalam sel), maka Wilhelm Roux (1883) berpendapat bahwa kromosom adalah pembawa faktor
keturunan. Kemudian diketahui bahwa gen diwariskan dari orang tua kepada keturunannya lewat
gamet. (Suryo, 2008).Diwaktu Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan
yang berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu
tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan, dan sifat
yang dikalahkan disebut sifat resesif.
Menurut Crowder (1993), dominan adalah hasil gen fungsional, menutup penampilan dari
alel mutan, dan resesif adalah alel dari gen yang tidak menghasilkan hasil yang berfungsi, hasil
yang defisien atau hasil yang jumlahnya sedikit. Sedangkan sifat keturunan yang dapat diamati/
lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip, dan sifat dasar yang tidak nampak dan tetap
(tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (Suryo, 2008).
Menurut Crowder (1993) genotip adalah susunan genetik, atau jumlah total, atau semua gen
dalam suatu individu, sedangkan fenotip merupakan kenampakan luar dari suatu individu,
merupakan kombinasi antara genotip dan keadaan lingkungan.Anggota dari sepasang gen yang
memiliki pengaruh berlawanan disebut alel. Menurut Crowder (1993) alel adalah salah satu
bentuk mutasi yang mungkin terjadi dari suatu gen tertentu. Mislanya T menentukan sifat tinggi
pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel, tapi andaikan
R adalah gen yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel. ( Suryo,
2008)Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT , tt),
sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya teridiri dari pasangan alel yang tidak
sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan resesif (tt).
(Suryo, 2008)Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda dinamakan
hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat dibedakan
bahwa monohibrid merupakan suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa), dihibrid ialah suatu
hibrid dengan dua sifat beda (AaBb), sedangkan trihibrid ialah suatu hibrid dengan tiga sifat
beda (AaBbCc). (Suryo, 2008)
Menurut Crowder (1\993), yang dimaksud dengan homosigot adalah keadaan dimana ada
dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut heterosigot, sedangkan heterosigot
adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut
heterosigot.Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan yaitu perkawinan
respirok, back cross, dan tets cross. Perkawinan respirok (perkawinan kebalikan) ialah
perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan
backcross atau perkawinan balik merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya
betina atau jantan. Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan antara
individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif. (Suryo, 2008)1. Hukum
MendelPewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat diterangkan dengan hukum Mendel I
dan II.a) Hukum Mendel I ( Hukum Segregasi )Hukum mendel I menjelaskan tentang
persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau sifat beda.Hukum mendel I disebut dengan hukum segregasi.
Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan
tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses
pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari
persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004).
Alel memisah (segregasi) satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan
secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagian dasar segregasi satu
pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini
memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang
berbeda. (Crowder, 1993)Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif
heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau
terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominan (menang), sedangkan sifat yang
tidak muncul di sebut sifat resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominan homozigot diberi
simbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis
dua kali. Sedangkan sifat resesif di beri simbol dengan huruf kecil dari sifat dominan tadi.
Simbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasangan. Setiap gen pada
kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)
Percobaan mendel pada persilangan monohibrid :P tt x TTkerdil tinggiG1 t x TF1
TttinggiF1 x F1 Tt x Tttinggi tinggiF2T tT TTTinggi TttinggiT TtTinggi TtkerdilG2 = 1 : 2 : 1F2
= tinggi : kerdilb) Hukum Mendel II ( Hukum Pemilihan Bebas )Dalam praktek dua individu
dapat mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya beda warna dan beda bentuk sehingga hasil
persilangannya (F1) dinamakan dihibrid. Contohnya dapat diikuti pada hasil percobaan Mendel
dengan tanaman ercis. Pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji..
kedua sifat ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu :B = gen untuk biji bulatb = gen
untuk biji keriputK = gen untuk biji kuningk = gen untuk biji hijauP BBKK x bbkkBulat-kuning
keriput-hijau
F1 BbKkBulat-kuningG2 = bulat kuning : bulat hijau : kuning keriput : hijau keriputF2 =
9 : 3 : 3 :1BK Bk bK bkBK BBKKbulat kuning1 BBKkbulat kuning2 BbKKBulat kuning3
BbKkbulat kuning4Bk BBKkbulat kuning5 BBkkbulathijau6 BbKkbulat kuning7
Bbkkbulathijau8bK BbKkbulat kuning9 BBKkbulat kuning10 bbKKbulat kuning11 bbKkkeriput
kuning12Bk BbKkBulat kuning13 Bbkkbulathijau14 bbKkkeriput kuning15 Bbkkkeriput
hijau16
Berdasarkan data hasil percobaannya Mendel menyusun hukumnya ke II. Hukum Mendel
II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada
bijinya terdapat dua sifat beda yaitu bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan
dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent
assortment of genes” atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum ini berlaku untuk
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke kutub ketika meiosis.2.
Penyimpangan Hukum MendelPenyimpangan semu hukum Mendel adalah perbandingan fenotif
dari persilangan monohibrid yang seolah-olah tidak mengikuti pola 3:1 atau tidak mengikuti pola
9 : 3 : 3 : 1. Pola tersebut dapat berupa 9 : 3 : (3+1), (9+3) : 3 : 1, atau 9 : (3+3+1). Hal ini
disebabkan interaksi antar gen yang dapat menyebabkan perbandingan fenotip yang menyimpang
dari hukum Mendel. Bentuk interaksi antar gen yang menyebabkan penyimpangan semu hukum
Mendel berupa kriptomeri, gen komplementer, atavisme, epistasis dan hipostasis, dan polimeri.a)
KriptomeriFenomena kriptomeri pertama kali ditemukan oleh Correns pada saat menyilangkan
bunga Linaria maroccana galur murni, warna merah dengan galur murni berwarna putih. Pada F1
didapatkan bunga berwarna ungu. Kemudian bunga F1 itu di silangkan sesamanya dan
menghasilkan bunga berwarna ungu, merah, dan putih dengan perbandingan 9 : 3 : 4.b) Gen
KomplementerFenomena ini di sampaikan pertama kali oleh W. Bateson dan R.C Punnet.
Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi jika salah satu gen tidak ada
maka sifat yang muncul tidak sempurna. Hasil yang di dapatkan adalah perbandingan fenotif F2
9 : 7.c) AtavismeFenomena ini disampaikan oleh W. Bateson dan R.C Punnet. Atavisme atau
interaksi beberapa gen terdapat pada bentuk jengger ayam yaitu walnut, rose, pea, dan bilah.d)
Epistasis dan HipostasisAktivitas saling mempengaruhi antar gen dominan diperhatikan oleh
peristiwa epistasis dan hipostasis. Sebuah maupun sepasang gen yang menutupi (mengalahkan)
ekspresi gen yang lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistasis, sedangkan gen yang
dikalahkan dinamakan hipostasis.e) PolimeriPolimeri merupakan persitiwa munculnya suatu
sifat pada hasil persilangan heterozigot karena adanya pengaruh gen-gen lain. Hal ini disebabkan
terdapat dua atau lebih gen yang menempati lokus berbeda, tetapi memiliki sifat yang sama.
Perbandingan fenotif F2 pada polimeri adalah 15 : 1.
Kancing genetika
F. Hasil Praktikum
Dalam praktikum ini, kami melakukan dua percobaan atau eksperimen. Yaitu melakukan
percobaan dengan mengambil secara acak kancing genetika dengan satu sifat beda (monohibrid)
dan kancing genetika dengan dua siifat beda (dihibrid).
1. Monohibrid.
Kancing genetika dengan satu sifat beda
2. Dihibrid.
Kancing genetika dengan dua sifat beda (dihibrid).
Sembilan model gen yang dapat terambil. Salah satunya :
Tabel pengamatan sebagai berikut :
Genotip Turus Jumlah
MMBB IIII I 6
MMBb IIII IIII 10
MmBB IIII IIII IIII 14
MmBb IIII IIII IIII IIII IIII I 26
MMbb IIII II 8
Mmbb IIII IIII II 12
mmBB IIII I 6
mmBb IIII IIII I 11
Mmbb IIII II 7
Jumlah 100 100
Keterangan : Merah = Warna Merah (M)
Hijau = Warna Hijau (m)
Putih = Biji Bulat (B)
Hitam = Biji Lonjong (b)
a. Rasio Genotip ( 1 : 1.6 : 2.3 : 4.3 : 1.3 : 2 : 1 : 1.8 : 1 )
MMBB = 6 : 6 = 1
MMBb = 10 : 6 = 1.6
MmBB = 14 : 6 = 2.3
MmBb = 26 : 6 = 4.3
MMbb = 8 : 6 = 1.3
Mmbb = 12 : 6 = 2
mmBB = 6 : 6 = 1
mmBb = 11 : 6 = 1.8
mmbb = 7 : 6 = 1.2
G=1:2:2:4:1:2:1:2:1
b. Rasio Fenotip ( 9 : 3 : 3 : 1 )
MB : Mb : mB : mb
: : :
F= 9 : 3 : 3 : 1
G. Pembahasan
1. Persilangan monohibrid
Pada persilangan ini berlaku hukum mendel I yang menyatakan bahwa ketika
berlangsung pembentukan gamet pada individu heterozigot terjadi perpisahan alel secara bebas
sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Oleh karena itu, setiap gamet
mengandung salah satu alel yang dikandung sel induknya.Peristiwa ini dikenal dengan
Persilangan Monohibrid yang dikenal pula dengan hukum segregasi. Persilangan ini
menggunakan satu sifat beda.
Dengan menggunakan kancing genetik warna merah dilambangkan dengan (M) dan
warna putih dilambangkan dengan (m), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya
merupakan gabungan dari kedua gen (Mm) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat
(percampuran kancing merah dan kancing putih). Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak
berlakunya hukum segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan ini,
persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mm : mm
adalah 25 : 50 : 25 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 75 : 25.
Perbandingan ini sesuai dengan hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada
persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor
dominan dan resesif pada genotifnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan
monohibrid yang diambil secara acak berdasarkan data di atas jelas sesuai dengan hukum
Mendel. Dan jika kita menuliskan persilangannya juga akan sesuai dengan hukum Mendel
tersebut, yaitu:
P: ♀MM >< ♂ mm
(Merah) ↓ (Putih)
F1: Mm
(Merah)
F1>< F1: ♀ Mm >< ♂ Mm
(Merah) ↓ (Merah)
G: M,m M,m
F2:
Fenotif (genotif)
MERAH (M)
PUTIH (m)
MERAH (M)
MM
Mm
PUTIH (m)
Mm
mm
Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil persilangan dengan
perbandingan yaitu sebagai berikut:
- Rasio Genotifnya = MM : Mm : mm
25 : 50 : 25 → 1 : 2 : 1
- Rasio Fenotifnya = Merah : Putih
75 : 25 → 3 : 1
II. Persilangan dihibrid
Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau hukum berpasangan secara bebas.
Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain.
Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bukan
termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan memiliki perbandingan 9 : 3: 3 :
1.
Pada percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid dengan menggunakan 2 sifat beda
yaitu kancing genetik warna merah dengan gamet (BB) bersifat dominan bulat terhadap kancing
genetik warna putih, dan yang bersifat resesif keriput dengan gamet (bb). Serta dengan kancing
genetik warna kuning dengan gamet (KK) yang bersifat dominan warna kuning terhadap warna
hijau resesif dengan gamet (kk). Pada parentalnya memiliki sifat fenotif bentuk bulat berwarna
kuning (BBKK) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki fenotif bentuk keriput
berwarna hijau (bbkk). Diagram persilangannya sebagai berikut :
P: ♀ BBKK >< ♂ bbkk
(Bulat Kuning) ↓ (Keriput Hijau)
F1: BbKk
(Bulat Kuning)
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
Bulat Hijau (Bk)
BBKk
BBkk
BbKk
Bbkk
Keriput Kuning (bK)
BbKK
BbKk
BbKK
BbKk
Keriput Hijau (bk)
BbKk
Bbkk
bbKk
bbkk
Namun, pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan terjadi penyimpangan dari hukum
mendel, ini karena rasio fenotif yang dihasilkan adalah 9 : 4 : 3 : 0, sedangkan hukum Mendel II
mempunyai rasio fenotif 9 : 3 : 3 ; 1. Penyimpangan ini adalah penyimpangan yang semu dan
jarang terjadi. Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat menurun yang
dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel yang penampakkannya saling mempengaruhi
(berinteraksi). Tergantung pada macam interaksi ini, perbandingan fenotif itu berubah dalam
berbagai bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan sifat-sifat menurun adalah tetap
sama. Keganjilan ini bukanlah disebabkan oleh penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah
karena adanya dua pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu organisme.
Dan dalam hal ini adalah bentuk Bulat Kuning dan Keriput Hijau.
H. Kesimpulan
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya. Orang petama yang mengadakan percobaan perkawinan silang adalah
Gregar Mendel (1822-1884).
1. Peristiwa penyimpangan terhadap hukum Mendel ke-I terjadi karena adanya
interaksi antara gen-gen. Yaitu adanya sebuah atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan)
atau dikalahkan ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Monohibrid adalah persilangan yang
hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Hukum I
Mendal pada intinya mengungkapkan bahwa dua alat yang mengakhiri sifat tertentu akan
terpisah pada dua gamet yang berbeda.
2. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda Hukum Mendel ke-II menyatakan
bahwa apabila 2 individu memiliki 2 pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sifat secara
bebas tidak bergantung pada pasangan sifat yang lainnya.
Pada proses persilangan akan dihasilkan gen yang bersifat dominasi penuh dan bersifat
dominasi sebagian/intermediat. Dominasi penuh merupakan sifat dominan yang paling banyak
muncul atau sifat yang menutupi, sedangkan dominasi sebagian/intermediat adalah sifat yang
akan tampak dan merupakan campuran dari dua sifat.
LAPORAN PRAKTEK BIOLOGI
Kelas XII IPA 4
Tahun Ajaran 2013-2014
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Biologi
Oleh :
Ideh Wartika
Muhammad Agia Sofa Poer
Neng Sal Rusmayanti
Rimba Mugia
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMA NEGERI 1 SUKATANI
Jln. Jatijajar No. 20 Telp. (0264) 271 893 Sukatani- Purwakarta 41167
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : Pendahuluan 1
1.1 Tujuan Kegiatan 1
1.2 Perumusan masalah 1
BAB II : Materi 1
2.1 Landasan teori 1
2.2 Hipotesis 2
BAB III : Laporan Kegiatan 3
3.1 Alat dan Bahan 3
3.2 Cara Kerja 3
3.3 Jawaban perumusan masalah dan hasil pengamatan 3
3.4 Pembahasan 6
BAB IV : Penutup 6
4.1 Kesimpulan 6
4.2 Saran 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Hormat kami,
Penulis
i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Kata kunci
Dominan : Sifat yang Muncul.
Fenotip 1 : Sifat yang dapat kita lihat oleh mata pada keturunan pertama.
Fenotip 2 : Sifat yang dapat kita lihat oleh mata pada keturunan kedua.
a. Monohibrid, yaitu suatu hibrid dengan satu sifat beda (MM x mm) dengan hasil F1 dominan
menutupi resesif (Mm). Serta pada persilangan generasi berikutnya (Mm x Mm) menghasilkan
F2 dominan, dominan menutupi resesif, dan resesif. Dengan perbandingan pada F2 yaitu 1:2:1.
b. Dihibrid, yaitu suatu hibrid dengan dua sifat beda (contoh : MMbb x mmBB) dengan hasil F1
dominan menutupi resesif (MmBb). Serta pada persilangan generasi berikutnya (MmBb x
MmBb) menghasilkan F2 dominan-dominan, dominan-resesif, resesif-dominan, resesif-resesif.
Hukum Mendel l
Hukum Mendel II
Hukum Mendel II dikenal pula sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara
Bebas. Yaitu setiap gen/ sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/ sifat lain yang
harus menyertai terbentukya gamet pada perkawinan dihibrid. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.
Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan
dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat + keriput) dan
warna biji (kuning + hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji
keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat
berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning,
keriput kuning, bulat hijau, dan keriput hijau. Dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika kedua gen
itu letaknya berdekatan, hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel II ini juga tidak berlaku untuk
persilangan monohibrid.
2.2 Hipotesis
1. Perbandingan frekuensi berdasarkan hukum mendel 2 akan mengasilkan perbandingan dengan
pola 9:3:3:1.
2. Jika merah dominan dan putih resesif, maka warna merah akan menutup warna putih. Serta jika
kuning dominan, dan hijau resesif, maka warna kuning akan menutup warna hijau.
3. Diagramnya akan tinggi, datar, kemudian turun.
KEGIATAN 1 : MONOHIBRID
3.1 Alat dan Bahan
1. 2 buah gelas kimia
2. 30 pasang kancing genetika warna merah dominan
3. 30 pasang kancing genetika warna putih resesif
4. Buku catatan
3.2 Cara Kerja I
1. Ambil 30 pasang kancing genetika berwarna merah kemudian letakkan pada gelas kimia 1.
2. Ambil 30 pasang kancing genetika berwarna putih kemudian letakkan pada gelas kimia 2.
3. Pisahkan setiap pasang kancing genetika antara jantan (memiliki tonjolan) serta betina (tidak
memiliki tonjolan) baik kancing genetika yang berwarna putih atau merah pada gelas kimia yang
berbeda.
4. Kocoklah kedua gelas kimia agar letak kancing genetika setiap warna tidak berkumpul di satu
sudut.
5. Ambil satu persatu kancing genetika jantan dan kancing genetika betina secara bersamaan
dengan mata tertutup untuk kemudian di pasangkan dan diletakkan secara berjajar.
6. Lakukan kegiatan 5 secara berulang sampai kancing genetika habis.
7. Jika ada pasangan kancing genetika berwarna merah dan putih, maka letakkan kancing genetika
berwarna merah diatas sebagai tanda dominan.
8. Hitunglah jumlah pasangan kancing genetika yang berwarna merah-merah, merah-putih, putih-
putih.
9. Catatlah hasil penghitungan.
3.3 Jawaban perumusan masalah dan hasil pengamatan
Persilangan monohibrid P1 : MM x mm
Ket :
֩ = Jantan M= Merah dominan
ָ = Betina m = Putih resesif
Persilangan monohibrid P2 : Mm x Mm
Tabel Persilangan Monohibrid
ָ M m
֩
M MM Mm
M Mm mm
KEGIATAN 2 DIHIBRID
Alat dan Bahan
1. 4 buah gelas kimia
2. 30 pasang kancing genetika warna merah dominan
3. 30 pasang kancing genetika warna putih resesif
4. 30 pasang kancing genetika warna kuning dominan
5. 30 pasang kancing genetika warna hijau resesif
6. Buku catatan
Cara Kerja II
1. Ambil 30 pasang kancing genetika berwarna merah kemudian letakkan pada gelas kimia 1.
2. Ambil 30 pasang kancing genetika berwarna putih kemudian letakkan pada gelas kimia 2.
3. Ambil 30 pasang kancing genetika berwarna kuning kemudian letakkan pada gelas kimia 3.
4. Ambil 30 pasang kancing genetika berwarna hijau kemudian letakkan pada gelas kimia 4.
5. Pisahkan setiap pasang kancing genetika antara jantan (memiliki tonjolan) serta betina (tidak
memiliki tonjolan) baik kancing genetika yang berwarna putih dan merah pada gelas kimia 1 dan
2, serta kancing genetika berwarna kuning dan hijau pada gelas kimia 3 dan 4.
6. Kocoklah keempat gelas kimia agar letak kancing genetika setiap warna tidak berkumpul di satu
sudut.
7. Ambil satu persatu kancing genetika jantan dan kancing genetika betina secara bersamaan
dengan mata tertutup untuk kemudian di pasangkan dan diletakkan secara berjajar.
8. Lakukan kegiatan 7 secara berulang sampai kancing genetika habis.
9. Jika ada pasangan kancing genetika berwarna merah dan putih, maka letakkan kancing genetika
berwarna merah diatas sebagai tanda dominan.
10. Jika ada pasangan kancing genetika berwarna kuning dan hijau, maka letakkan kancing genetika
berwarna kuning diatas sebagai tanda dominan.
11. Hitunglah jumlah pasangan kancing genetika yang berwarna merah dominan + kuning
dominan, merah dominan + hijau, putih + kuning dominan, putih + hijau. Catatlah hasil
penghitungan.
4
Persilangan Dihibrid : P1 Merah Kuning
X Putih Hijau
G1 MK
X mk
MmKk
F1 ( merah kuning )
P2 MmKk X MmKk
G2 MK, Mk, mK, mk
Perbandingan fenotip 2 : merah kuning : merah hijau : putih kuning : putih hijau
9 : 3 : 3 : 1
Diagram Perbandingan
5
3.4 Pembahasan
Dari tabel dan hasil kegiatan 1 dapat disimpulkan bahwa hasil F1 seluruhnya merah dominan
menutupi putih resesif(30 pasang merah putih). Hasil F2 yaitu, merah dominan(17 pasang),
merah dominan-putih resesif(26 pasang), putih resesif(17 pasang). Dengan perbandingan
MM:Mm:mm = 1:2:1.
Dari tabel dan hasil kegiatan 2 dapat disimpulkan bahwa hasil F1 menghasilkan Merah-
Kuning/ MmKk (60 pasang), setelah melakukan kegiatan maka dapat diketahui hasil F2 nya
adalah 36 pasang Merah-Kuning, 9 pasang Merah-hijau, 9 pasang Putih-Kuning, 6 pasang Putih-
Hijau. Dengan perbandingan MK: Mk: mK: mk = 12: 3: 3: 2.
Ada ketidakcocokan antara hukum mendel dengan hasil praktikum, ini kemungkinan
dikarenakan kurangnya ketelitian dalam memasangkan kancing-kancing genetika.
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Saran kami, ketika siswa melakukan praktikum ini. Siswa lebih teliti dalam
memasangkan kancing- kancing genetika. Karena apabila salah memasangkan, maka akan salah
pula hasil persilangannya. Mengingat materi pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupan
mendatang, maka disarankan kepada seluruh siswa agar rajin mempelajarinya.