Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR
(PERSILANGAN SATU DAN DUA SIFAT BEDA)
(PET-1313)

Disusun Oleh :
NAMA : SUPARMAN M
NIM : 60700114031
KELAS :A
KELOMPOK : 3 ( Tiga )
ASISTEN : NUR FATIMAH JAMRAH

LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang Sains yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya, serta hereditas dan variasi herediter disebut genetika. Genetika
berasal dati bahasa latin yaitu Genos yang berarti asal usul. Pengetahuan tentang adanya
sifat menurun pada mahkluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang, hanya belum
dipelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui
pada abad ke-19 oleh ilmuan Australia Gregor Johann Mendel (1822-1884) yang dalam
percobaannya menggunakan biji kapri (Campbell, 2008 : 40).
Ilmu pengetahuan modern tentang genetika berawal dari penemuan Gregor Mendel
tentang ciri-ciri faktor keturunan yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari
generasi kegenarasi berikutnya yang disebut unit genetik atau gen yaitu bahan yang
mempunyai persyaratan antara lain diwariskan dari generasi ke generasi dimana
keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi tersebut, selain itu juga membawa
informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan sifat-sifat biologi lain (Sugiri, 1983 :
31).
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi heriditer.
Orang tua memberikan infrmasi terkode kepada anak-anaknya dalam bentuk unit herediter
yang disebut gen. Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan ayah merupakan tautan genetic kita
dengan orang tua, dan gen-gen inilah yang menyebabkan kemirikan keluarga seperti warna
mata atau bintik-bintik yang mirip. Gen-gen kita memprogram sifat-sifat spesifik yang
muncul saat kita berkembang dari sel yang menjadi dewasa (Suryati, 2011 : 11).
Berdasarkan uaraian diatas, maka dilakukanlah percobaan persilangan satu dan dua
sifat beda untuk mengetahui persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan
suatu model.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui persilangan satu sifat beda (persilangan monohibrid) dengan
menggunakan suatu model?
2. Bagaimana cara mengetahui persilangan dua sifat beda (persilangan dihibrid) dengan
menggunakan suatu model?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari persilangan satu sifat
beda (monohibrid) dan dua sifat beda (dihibrid) dengan menggunakan suatu model.
2. Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mempelajari persilangan satu
sifat beda (monohibrid) dan dua sifat beda (dihibrid) dengan menggunakan suatu model.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi hereditas.

Unit-unit hereditas yang di pindahkan dari satu generasi ke generasi berikunya di sebut gen.

Gen-gen itu berada didalam suatu molekul pangjang yang di sebut asam deckasiri binoleat

(DNA) (Apandi, 1991: 1).

Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh

mendelHukum mendel disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang sealel.

Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama

pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga masing-masing gamet hanya

mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada saat fertilisasi,

keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum

mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan

dari generasi ke generasi (Campbell, 2008 : 38).

Sebelum Mendel melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri (Pisum

sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan yang

berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi

mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh mendel dan disamping itu

peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk membuktikan pemikiran mereka belum ada

(Pratiwi, 2004 : 26).


Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh mendel

sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri belim mengetahui

bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya menyebutkan sebagai factor

penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen (1857-1927) yang berasal dari suku

terakhir pangen yaitu istilah yang di kemukakan oleh Darwin. Hasil penelitian

dikemukakan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan

pengetahuan alam di Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan disebarluaskan oleh

perhimpunan tersebut keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika. Di dalam genetika

di kenal istilah persilangan, peristiwa persilangan memberikan hasil rasio genotip maupun

fenotif yang dapat diramalkan melalui perhitungan menurut teori kemungkinan (Pratiwi,

2004 : 28).

B. Tinjauan Khusus

Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal pula sebagai pewarisan

sifat atau dikenal juga dengan sebuatan hereditas

dalam percobaannya, Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki sifat

beda. Misalnya, menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau dengan yang

kulit bijinya putih (Winarmi, 2009 : 21).

Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar genetika yang

dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi

menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan

dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid dengan

dominansi. Hukum Mendel II dikenal dengan hukum Independent Assortment menyatakan

bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka
diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan yang lainnya.

Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, 2010).

Alasan Mendel menggunakan kacang kapri dalam percobaannya karena dapat

melakukan penyerbukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan penyerbukan

sendiri cenderung mmiliki sifat yang tetap (konstan), sedangkan yang melakukan

penyerbukan silang memiliki banyak variasi,mudah dilakukan penyerbukan silang, dengan

jalan mengambil serbuk sari dari tumbuhan yang satu diletakkan di kepala putik tumbuhan

kacang kapri lain. Cepat menghasilkan keturunan. Mempunyai keturunan yang

banyak. Antar varietas kacang kapri memiliki pasangan sifat beda yang kontras.

Proses pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya berlangsung menurut aturan

tertentu. Aturan itu dikenal sebagai prinsip pewarisan sifat atau prinsip hereditas. Prinsip-

prinsip hereditas disebut pula Hukum Mendel (Winarmi, 2009 : 22).

Dalam hukum pemisahan mendel mengemukakann bahwa pasangan alel-alel yang

menentukan suatu tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan pengecualian

yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel-alel yang secara normal

dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi lain. Fenomena ini yang disebut

hukum segregasi atau ukum pemisahan, digambarkan oleh persilangan F1 x F1. Hanya jika

kedua gen , T dan t, dari setiap tanaman F1 berpisah dalam gamet yang berbeda dan

dipindahkan secara terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkunkan untuk

diperoleh kombinasi seperti (Pai, 1985).

Persilangan monohibrid dalam ilmu genetika persilangan monohibrid ditentukan

oleh gen-gen yang memisah secara bebas, di mana pada pembentukan gamet

(Gametogenesis) untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam sel
anakan. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu

gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing menuju ke satu gamet. Hal ini

dikenal juga dengan Hukum I Mendel (The Law of Segregation of Allelic Genes) (Zaifbio,

2010).

Berbeda dengan persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat beda,

maka persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan dua sifat

beda. Ciri-ciri persilangan Dihibrid : Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda,

Jumlah Gamet yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n), Fenotip individu

ditentukan oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai maksimal 16 variasi genotip pada F2, 7 sifat

kontras yang dimiliki ercis (Pisum sativum), 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Zaifbio,

2010).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :

Hari / Tanggal : Senin, 24 November 2014

Pukul : 13.00 – 15.00 WITA

Tempat : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata – Gowa.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah toples.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah untuk persilangan monohibrid dan

persilangan dihibrid yaitu kancing genetika warna merah 15 buah, kancing genetika warna

putih 10 buah, warna hitam 10 biji danwarna hijau 3 biji.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Persilangan Monohibrid

1.1. Menyiapkan alat dan bahan percobaan

1.2. Mengambil kancing genetika berwarna merah 6 biji dan kancing genertika berwarna putih

6 biji.
1.3. Kemudian kedua kancing genetika warna merah dan putih tersebut dicampurkan dan

diacak didalam kantong baju lab ataupun toples yang telah disediakan.

1.4. Memasukkan tangan kedalam kantong baju dan mengambil kancing satu pasang secara

bersamaan tanpa dilihat dan dipilih secara acak. Kemudian kancing yang diambil tadi

disimpan diatas meja, sehingga hasil kombinasi kancing genetika berupa merah-merah,

merah-putih, dan putih-putih.

1.5. Mencatat hasil pengambilan

1.6. Kemudian mengulangi proses ini sebanyak 12 kali pengambilan.

2. Persilangan Dihibrid

2.1. Menyiapkan alat dan bahan percobaan.

2.2. Mengambil kancing genetika berwarna merah (M), putih (m), hitam (B), hijau (b) masing-

masing merah 9 biji, putih 4 biji, hitam 10 biji, dan hijau 3 biji.

2.3. Kemudian keempat warna jenis kancing genetika itu dimasukkan atau dicampurkan dan

diacak didalam kantong baju lab ataupun toples yang telah disediakan.

2.4. Memasukkan tangan kedalam kantong baju lab atau toples dan mengambil kancing satu

pasang secara bersamaan tanpa dilihat dan dipilih secara acak. Kemudian kancing diambil

disimpan diatas meja, sehingga membentuk gabungan MB, Mb, mB, mb.

2.5. Mencatat hasil pengambilan.

2.6. Kemudian mengulangi proses ini sebanyak 13 kali pengambilan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Persilangan Monohibrid
1.1. Tabel Pengamatan 1
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 2 8 2
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.2. Tabel Pengamatan II
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 3 6 3
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.3. Tabel Pengamatan III
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 2 8 2
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.4. Tabel Pengamatan IV
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 4 4 4
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.5. Tabel Pengamatan V
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 1 10 1
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.6. Tabel Pengamatan VI
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 3 6 3
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.7. Tabel Pengamatan VII
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 2 8 2
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.8. Tabel Pengamatan VIII
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 1 10 1
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.9. Tabel Pengamatan IX
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 3 6 3
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
1.10. Tabel Pengamatan X
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 

Frekuensi 3 6 3
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
2. Persilangan Dihibrid
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah Merah Putih Putih
Hitam Hijau Hitam Hijau
(MB) (Mb) (mB) (mb)
1 
2 
3 

4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 
13 
Frekuensi 6 3 4 0
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014
3. Tabel Frekuensi
Hasil Pengambilan
Pengambilan Merah- Merah Merah-Putih Putih-Putih
(MM) (Mm) (mm)
1 2 8 2
2 3 6 3
3 2 8 2
4 4 4 4
5 1 10 1
6 3 6 3
7 2 8 2
8 1 10 1
9 3 6 3
10 3 6 3

Frekuensi 24 72 24
Jumlah 120
Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Negeri Alauddin Makassar, 2014

B. Analisis Data
Adapun analisis data dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Persilangan monohibrid
MM (Merah – Merah) = 24 x 100% = 20%
120
Mm (Merah – Putih) = 72 x 100% = 60%
120
Mm (Putih – Putih) = 24 x 100% = 20%
120

2. Persilangan dihibrid
MB (Merah – Hitam) = 6 x 100% = 46,15%
13
Mb (Merah – Hijau) = 3 x 100% = 23,07%
13
Mb (Putih – Hijau) = 4 x 100% = 30,76%
13
mb (Putih – Putih ) = 0 x 100% = 0%
13
C. Pembahasan
Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Persilangan monohibrid
Persilangan monohibrid yaitu persilangan satu sifat beda, dengan menggunakan
kancing genetika merah 6 biji dan putih 6 biji. Pada percobaan ini terdapat frekuensi
berbeda dari setiap pengambilan kancing yaitu pada tabel pengamatan 1 memiliki frekuensi
2 : 8 : 2, tabel pengamatan 2 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel pengamatan 3 memiliki
frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 4 memiliki frekuensi 4 : 4 : 4, tabel pengamatan 5
memiliki frekuensi 1 : 10 : 1, tabel pengamatan 6 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel
pengamatan 7 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 8 memiliki frekuensi 1 : 10 : 1,
tabel pengamatan 9 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel pengamatan 10 memiliki frekuensi 3 :
6 : 3.
Dilihat dari frekuensi tabel pengamatan 1 sampai 10 yang ada maka perbandingan
frekuensi yang paling sering muncul adalah perbandingan 3 : 6 : 3. Dari data diatas dapat
ditentunkan data dominan dari perbandingan yang ada yaitu 24 untuk (Merah – Merah),
72 untuk (Merah – Putih), dan 24 untuk (Putih – Putih), kemudian dibagi banyaknya data
yang diperoleh dari tabel pengamatan sebanyak 120 lalu dikalikan 100% akan
menghasilkan (MM) = 20%, (Mm) = 60%, (mm) = 20%.
Berdasarkan hasil tabel frekuensi diatas bahwa pada persilangan monohibrid kancing
genetika berwarna merah-putih (Mn) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil
persilangan lainnya merah-merah (MM) dan putih-putih (mm). Hal tersebut sama dengan
percobaan yang dilakukan oleh mahasiswa UNM yang bernama Arsil bahwa warna merah-
putih (Mn) lebih dominan dibandingkan warna merah-merah (MM) dan putih-putih (mm),
dengan frekuensi perbandingannya 2 (MM) : 8 (Mm) : 2 (mm).
2. Persilangan dihibrid
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat berbeda, dengan menggunakan
kancing genetika berwarna merah (M), putih (m), hitam (B), dan hijau (b). Pada percobaan
dihibrib ini dilakukan dengan cara menggabungkan masing-masing warna kancing genetika
yaitu warna merah dengan hitam (MB), merah dengan hijau (Mb), putih dengan hitam
(mB), dan putih dengan hijau (mb). Kemudian masing-masing warna kancing genetika
dimasukkan kedalam kantong baju lab/toples yang disediakan secara terpisah sebanyak 13
biji. Pada percobaan dihibrib ini terdapat satu tabel dan 1 data dengan frekuensi 6 : 3 : 4 :
0. Dari data yang diperoleh setelah frekuensi dibagi banyaknya data yaitu 13 dan dikalikan
dengan 100% maka diperoleh hasil persilangan dihibrid kancing genetika yaitu (MB) =
46,15%, (Mb) = 23,07%, (Mb) = 30,76%, (mb) = 0%.
Berdasarkan hasil tabel frekuensi diatas bahwa pada persilangan dihibrid kancing
genetika berwarna merah-hitam (MB) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil
persilangan lainnya merah-hijau (Mb), putih-hitam (mB), dan putih-hijau (mb). Hal
tersebut sama dengan percobaan yang dilakukan oleh mahasiswa UNM yang bernama Arsil
bahwa warna merah-hitam (MB) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil
persilangan lainnya merah-hijau (Mb), putih-hitam (mB), dan putih-hijau (mb), dengan
frekuensi perbandingannya 6 (MB) : 3 (Mb) : 4 (mB) : 3 (mb).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persilangan monohibrid yaitu persilangan satu sifat beda dengan menggunakan

kancing genetika berwarna merah 6 biji, kancing berwarna putih 6 biji dan kancing

berwarna merah-merah (MM), merah putih (Mm) dan putih-putih (mm) dengan jumlah

frekuensi 24 : 72 : 24 dan perbandingannya yaitu (MM) = 20%, (Mn) = 60%, (mn) = 20%.
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dua sifat beda dengan menggunakan kancing

berwarna merah (M), putih (m), hitam (B) dan hijau (b). Pada percobaan ini dilakukan

dengan cara menggabungkan masing-masing warna yaitu merah dengan hitam (MB),

merah dengan hijau (Mb), putih dengan hitam (mB) dan putih dengan hijau (mb).

Kemudian masing-masing warna di masukkan ke dalam toples lalu dikocok-kocok sampai

tercampur dan mulai pngambilan tanpa melihat ke dalam toples. Kemudian mencatat hasil

kombinasi pada pasangan tersebut. Pada hasil pengamatan di dapat frekuensi 6 : 3 : 4 : 0

dan perbandingannya yaitu (MB) = 46,15%, (Mb) = 23,07%, (Mb) = 30,76%, (mb) = 0%.

B. Saran

Saran saya dalam praktikum ini adalah sebaiknya laboran menyiapkan alat dan

bahan sesuai percobaan yang ada pada buku tuntunan, karena pada saat praktikum kancing

genetika yang disediakan masih kurang, sehingga menghambat berjalannnya

praktikum/percobaan yang dilakukan oleh praktikan. Saya harap praktikum selanjutnya

laboran menyiapkan alat dan bahan percobaan demi berjalannya praktikum sesuai yang

diinginkan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Apandy, Machidin dan Lanny T. Haty. 1991.Genetika. Jakarta: Erlangga.

Campbell. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Munandar, Arsil. 2013. Persilangan monohibrib dan dihibrid.
http://arsilmunandar.blogspot.com/2013/06/laporan praktikum persilangan monohibrib
dan dihibrib.html. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2014 pukul 20.14 WITA).

Pratiwi, dkk. 2004. Pewarisan Sifat. Jakarta : Erlangga.

Pai, Anna C. 1985. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.

Sugiri. 1983. Biologi Dasar. Bogor: Erlangga.

Suryati, Dotti. 2011. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi.

Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga. Universitas Bengkulu.

Winarni, Susi. 2009. Pewarisan Sifat. Semarang: IAIN Walisongo Semarang.

Zaifbio. 2010. Biologi Online Blog Pendidikan Biologi. http:// Pewarisan Sifat-biologi-online.html.
(Diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 21.11).

Anda mungkin juga menyukai