Disusun Oleh :
EYRENE
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dermatoglifi berasal dari dua kata Yunani yaitu derma = kulit dan glyphe = mengukir dan
mengacu pada formasi garis-garis pola yang muncul pada telapak tangan dan telapak kaki.
Dermatoglifi merupakan studi ilmiah dari pola sidik jari. Istilah ini mulai dipopulerkan oleh Dr
Harold Cummins, yang dianggap sebagai bapak analisis sidik jari Amerika, meskipun proses
identifikasi sidik jari sudah digunakan selama beberapa ratus tahun.
Dermatoglifi sangat khas pada setiap individu. Antara satu orang dengan yang lainnya tidak
mungkin memiliki gambaran yang sama persis, bahkan pada saudara kembar sekalipun. Pada
seseorang juga tidak mungkin ditemukan pola yang sama satu dengan yang lain di antara
kesepuluh jarinya sendiri. Di bidang kedokteran, dermatoglifi dapat dipakai untuk membantu
menentukan diagnosa suatu penyakit. Kelainan-kelainan sejak lahir yang sangat erat
hubungannya dengan perubahan-perubahan pada kromosom, umumnya disertai juga dengan
kelainan dermatoglifi atau gambaran pola dermatoglifi yang khas. Pada sidik jari ini juga
digunakan untuk mendeteksi penyakit pada pola dermatoglifi seperti pada penyakit diabetes
mellitus, obesitas, sindrom down, skizofrenia, disseleksia, hemophilia, hipertensi, bahkan ada
beberapa penelitian dermatoglifi yang meneliti korelasi perkembangan sel-sel saraf dengan pola
dermatoglifi
Menurut Olivier dermatoglifi atau pola sidik jari didefinisikan sebagai gambaran sulur-sulur
dermal yang pararel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki. Istilah
dermatoglifi diperkenalkan pertama kali oleh Cummin dan Midloo pada tahun 1926.
Dermatoglifi (Sidik jari) adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil,
dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh
dengan kulit telapak tangan/kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai
dari pangkal pergelangan sampai ke semua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai
dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol
yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah/alur yang membentuk lukisan tertentu.
Pembentukan dermatoglifi dimulai dengan proliferasi sel epitel basal epidermis volar pad
sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11 kehamilan. Sel-sel kemudian membentuk lipatan-
lipatan dan menjadi rigi epidermis. Pada bulan ke-enam kehamilan pembentukan dermatoglifi
berakhir sepenuhnya.
Adapun pola dermatoglifi berdasarkan klasifikasi galton dibedakan atas beberapa pola dasar
yakni sebagai berikut :
1. Arch merupaka pola dermatoglifi yang dibentuk oleh rigi epidermis yang berupa garis-garis
melengkung seperti busur. Ada 2 macam pola arch yaitu palin arch dan tented arch. Sekitar
10% sidik jari manusia berpola arch.
2. Loop merupakan dermatoglifi berupa alur garis2 sejajar yang berbalik 1800. Pada dasarnya
ada 2 macam loop yaitu loop ulna dan loop radial sedangkan pada kaki loop tibial dan loop
fibular.
a) Ulnar loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan kelingking,
melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sisi
semula.
b) Radial loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan jempol,
melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sisi
semula.
3. Whorl merupakan pola dermatoglifi yang dibentuk oleh rigi epidermis yang memutar
berbentuk pusaran. Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya
satu garis melingkar didalam pattern area, berjalan didepan kedua delta. Jenis whorl terdiri
dari plain whorl, central pocket loop whorl, double loop whorl dan accidental whorl.
4. Triradius juga disebut “delta” adalah titik yang dibentuk oleh tiga sulur yang mengarah
ketiga arah dengan sudut 1200 dapat digunakan untuk menunjuk dengan tepat pusat dari
setiap gunung. Di dalam dermatoglifi juga dikenal dengan menghitung total sulur atau
ridge count (TRC). Total hitung sulur adalah jumlah sulur yang dilalui oleh garis yang
ditarik dari titik pusat ke titik triradius. Dengan demikian pola lengkung tidak
mempunyai hitung sulur. Pada pola sosok, jika bagian yang terbuka dari bentuk sosok
menghadap ke tulang ulna atau ibu jari, disebut sosok ulnar. Jika bentuk sosok
menghadap ke tulang radius atau ke jari kelingking, disebut sosok radial. Untuk
mendapatkan total hitung sulur maka jumlah sulur dari semua jari dijumlahkan. Pada
perempuan, rata-rata total hitung sulur adalah 127, sedangkan pada laki-laki rata-rata
total hitung sulur adalah 144. Selain pada sidi jari, pada telapak tangan juga dapat dilihat
adanya suatu gambaran yang berupa sudut yang disebut sudut ATD yang
menghubungkan titik triradius di bawah jari telunjuk, triradius distal, dan triradius di
bawah jari kelingking. Besarnya sudut ATD merupakan rata-rata dari besarnya sudut
ATD tangan kanan dan tangan kiri. Rata-rata sudut ATD adalah antara 35° – 50°.
Rumus sidik jari (classification formula) merupakan salah satu cara identifikasi. Dalam
dunia kepolisian, rumus jari digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi seseorang. Karena
sidik jari merupakan bentuk bentuk yang unik dan berbeda pada setiap orang, maka rumus sidik
jari pun akan berbeda pada tiap orang. Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan
pembubuhan tanda tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang menunjukkan interpretasi mengenai
bentuk pokok, jumlah bilangan garis, bentuk loop, dan jalannya garis.
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi sidik jari sendiri, menentukan pola dari sidik
jari tersebut, menghitung jumlah sulur dari sidik jari tersebut, menghitung frekuensi dari poa
sidik jari tersebut
BAB II
METODE KERJA
C. CARA KERJA
1. Penentuan Pola Dermatoglifi pada jari-jari tangan
a) Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b) Mula-mula jari-jari tangan dilekatkan pada papan kaca yang telah diberi tinta hitam,
sampai keseluruhan bagian jari bagian telapak dilekati tinta. Dimulai dari ibu jari sebelah
kanan berlanjut sampai jari kelingking.
c) Pada kertas yang telah disiapkan, tempelkan setiap jari yang telah ditekatkan pada tinta
dimulai dengan ibu jari, dilekatkan sampai dengan membentuk pola sidik jari dan adanya
titik triradius untuk hitung sulur.
d) Jika pada setiap tempelan pola yang dibentuk telah terdapat titik triradius maka dilakukan
hitung jumlah sulur. Titik triradius merupakan titik yang ditandai dengan pertemuan dari 3
lengkung pola sidik jari berupa daerah berbentuk segitiga.
e) Hitung jumlah sulur dilakukan dengan cara membuat sebuah garis dari titik triradius ke
titik bagian pusat pola sidik jari.
f) Untuk pola loop maka dilakukan perhitungan jumlah sulur dari titik triradius ke titik pusat
loop.
g) Untuk pola whorl terdapat dua titik triradius, maka dilakukan perhitungan sulur dari titik
triradius pertama ke titik pusat whorl ditambah dengan jumlah sulur dari titik triradius ke
dua ke titik pusat whorl.
h) Perhitungan jumlah sulur dilakukan terhadap jari-jari tangan kiri dan kanan.
2. Penentuan Sudut ATD
a) Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b) Mula-Mula keseluruhan telapak tangan bagian kanan ditempelkan pada papan kaca yang
telah dibei tinta, dibiarkan sampai merata.
c) Kemudian pada kertas yang telah disediakan dilakukan penempelan telapak tangan tersebut
sampai semua bagian telapak tangan tercetak setiap polanya pada kertas dan didapatkan
titik triradius di bagian bawah telapak tangan dekat pergelangan, titik triradius dibawah jari
telunjuk dan titik triradius dibawah jari kelingking.
d) Dilakukan juga dengan cara yang sama terhadap telapak tangan kiri.
e) Sudut ATD diukur dari besar sudut garis lulus antara titik triradius dekat pergelangan
tangan dan titik triradius dibawah jari telujuk dan titik triradius dibawah jari kelingking.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PRAKTIKUM
Nama : Eyrene
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosis : Beresiko Diabetes Tipe II
Suku Bapak : Toraja
Suku Ibu : Toraja
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat di simpulkan bahwa pola sidik dari
kesepuluh jari tangan adalah rata pola loop, sehingga pasien dapat di diagnosa beresiko DM tipe
II. Dimana yang ditandai dengan terjadinya peningkatan loop ulnar dan penurunan whorl di
tangan kiri untuk pasien wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Camin, Y.R., R. Widowati, Harini Nurcahya dan Darnelly. 1999. Penuntun Genetika Praktek.
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Nasional. Jakarta.
http://genetikamodern.blogspot.com/p/dermatoglifi.html. 16:51.02/11/2014.
http://dermatoglyphics.org/dermatoglyphics-analysis/
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.424.2535&rep=rep1&type=pdf
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1511008/pdf/archdisch00628-0063.pdf
Soepriyo, A. 1989. Dermatoglifik ensiklopedi nasional Indonesia 4. Cipta Adi Pusaka, Jakarta