Anda di halaman 1dari 3

SOAL TOKSIKOLOGI KLINIK

S2 ILMU LABORATORIUM KLINIK


UNIMUS TA 2021/2022
Dr. Maya Dian Rakhmawatie, M.Sc., Apt

Jawablah pertanyaan dengan singkat, jelas, dan benar!


1. Apakah yang dimaksud dengan fase eksposisi pada keracunan? Sebutkan jalur fase
eksposisi spesifik untuk keracunan logam Arsenik (As)?
JAWAB :
fase eksposisi pada keracunan merupakan kontak suatu organisme dengan
xenobiotika/tokson, pada umumnya, kecuali radioaktif dan hanya dapat terjadi efek
toksik/farmakologis setelah xenobiotika terabsorpsi. Jalur fase spesifik untuk keracunan
logam Arsenik yaitu jalur jalur inhalasi

2. Jelaskan mengapa fase absorpsi dapat mempengaruhi penanganan keracunan narkotika!


JAWAB :
krn absorpsi ini akan menyebabkan perpindahan toksikan dari luar organisme menuju ke
aliran darah dari organisme. Umumnya mengikuti proses pemaparan dan menunjukkan dosis
zat toksikan yang diterima oleh organisme.. Tokson dapat terabsorpsi umumnya apabila
berada dalam bentuk terlarut atau terdispersi molekular. Absorpsi sistemik tokson dari
tempat extravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi
(sifat membran biologis dan aliran kapiler darah tempat kontak), serta sifat-sifat fisiko-kimia
tokson dan bentuk farmseutik tokson (tablet, salep, sirop, aerosol, suspensi atau larutan

3. Bagaimana mekanisme keracunan bisa ular jenis neurotoksik terhadap neuromuscular


junction?
JAWAB :
bisa ular akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel endotel dinding pembuluh darah,
sehingga menyebabkan kerusakan membran plasma. Komponen peptida bisa ular dapat
berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh korban. Bradikinin, serotonin dan
histamin adalah sebagian hasil reaksi yang terjadi akibat bisa ular. Enzim yang terdapat
pada bisa ular misalnya L- arginine esterase menyebabkan pelepasan bradikinin. Bisa ular
dari famili Crotalidae/Viperidae bersifat sitolitik yang menyebabkan nekrosis jaringan,
kebocoran vaskular dan terjadi koagulopati. Komponen dari bisa ular jenis ini mempunyai
dampak hampir pada semua sistem organ. Bisa ular dari famili Elapidae dan Hydrophidae
terutama bersifat sangat neurotoksik, dan mempunyai dampak seperti kurare yang memblok
neurotransmiter pada neuromuscular junction. Aliran dari bisa ular di dalam tubuh,
tergantung dari dalamnya taring ular tersebut masuk ke dalam jaringan tubuh

4. Monitoring keracunan dapat dilakukan dengan analisis biomarker, jelaskan hal tersebut
dalam hal keracunan karbon monoksida!
JAWAB :
Monitoring keracunan dapat dilakukan dengan analisis biomarker yang merupakan suatu
cara deteksi adanya paparan zat beracun dan berbahaya (toksikan). Cara pemantauan
tersebut pada prinsipnya menggunakan pemahaman (kaidah) toksikologi dan merupan
acupan temuan penting dalam investigasi toksikologi. Biomarker ini sebagai parameter yang
dapat dipakai untuk mengidentifikasi suatu efek beracun dalam organisme karena iomarker
merupakan suatu senyawa spesifik yang digunakan sebagai penanda terjadinya paparan
bahan-bahan toksik, baik pada tingkat individu, maupun pada populasi masyarakat.
Senyawa spesifik tersebut mampu menggambarkan jenis paparan (bahan kimia), status
paparan, mekanisme aksi suatu paparan dan perubahan biokimia (biomolekular) atau
fisiologis atau perubahan lainnya yang dapat diukur (ditentukan) serta memprediksi risiko
dampak/penyakit yang akan muncul.

5. Jelaskan bagaimana toksin microcystin dapat dimetabolisme oleh tubuh!


JAWAB :
Mekanisme toksin microcystin dapat dimetabolisme oleh tubuh yaitu racun yang diproduksi
oleh cyanobacteria dan yang paling beracun dari microcystins. menyebabkan terkonsentrasi
dengan cepat di hati, Intoksikasi dengan microcystin menyebabkan penurunan kadar
sitokrom dan peningkatan sitokrom lainnya yang di ubah. Pada fase biotransformasi
senyawa terkonjugasi dengan beberapa zat endogen yang berbeda. Microcystin diketahui
diekskresikan sebagai konjugat glutathione, konjugat sistein dan konjugat diena ADDA
teroksidasi. Glutathione dan sistein berkonjugasi dengan bagian Mda. ADDA teroksidasi
terkonjugasi pada ikatan terkonjugasi .
6. Jelasan terapi yang dapat dilakukan untuk penanganan keracunan pestisida karbamat?
JAWAB :
Terapi yang dapat dilakukan untuk penanganan keracunan pestisida karbamat yaitu dengan
cara terapi antidotum yang ditujukan untuk membatasi intensitas efek toksik zat beracun
atau untuk menyembuhkan efek toksik yang dit imbulkannya, sehingga bermanfaat untuk
mencegah bahaya selanjutnya. Beberapa asas umum yang mendasari terapi antidot tersebut
meliputi sasaran, strategi dasar, cara,dan pilihan terapi antidot. Antidotum lini pertama yang
dipilih jika terjadi intoksikasi organofosfat maupun karbamat adalah Atropin Sulfat secara IV
atau IM. Pada pasien dengan gejala intoksikasi ringan, digunakan 1 mg atropin pada orang
dewasa dan 0,01 mg/kg pada anak-anak secara intravena. Pada pasien dewasa dengan
intoksikasi sedang sampai berat, 2 sampai 5 mg atropin harus diberikan secara IV dan
diulang setiap 10 sampai 20 menit (0,02-0,5 mg/kg padaanak-anak dengan interval yang
sama).

Anda mungkin juga menyukai