Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

DERMATOGLIFI
Dosen : Dr. Harini Nurcahya, MSI

Oleh :
Dimas Mulya Pratama
( 183112620150058 )

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kadang kala suatu kelas fenotip selalu dianggap mudah untuk dibedakan dari kelas
fenotip yang lain. Misalnya suatu tanaman ada yang berbunga merah dan ada pula yang
berbunga putih, tubuh manusia ada yang tinggi ada yang pendek, warna kulit manusia ada
yang putih dan ada yang hitam. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik, dalam
kenyataannya kelas fenotip tersebut tidak dapat dibedakan semudah itu. Hal ini
dikarenakan diketahui adanya beberapa variasi di dalam kelas suatu fenotip. Misalnya,
bunga merah ada yang merah darah, merah bata, dan merah muda. Tinggi manusia bila
diukur dengan satuan panjang akan beraneka tingginya. Kulit manusia ada yang hitam,
coklat, sawo matang, kuning, dan sebagainya. Penelitian menunjukkan bahwa timbulnya
berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip tersebut disebabkan karena pengaruh gen-gen
ganda (poligen atau multiple gen)

B. Tinjauan Pustaka
Dermatoglifi adalah ilmu tentang bentuk atau pola sidik jari. penelitian tentang sidik
jari ini telah dilakukan selama 200 tahun lebih. Sidik jari memiliki bentuk yang tetap, tidak
akan mengalami perubahan dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Pola dermatoglifi terbentuk sejak awal perkembangan embrio mulai dari embrio berumur
13 minggu sampai 24 minggu kehamilan. Pembentukan dermatoglifi ini bersifat poligen
yaitu dipengaruhi oleh banyak gen. Dermatoglifi yang terbentuk bersifat permanen seumur
hidup dan tidak akan berubah setelah bayi dilahirkan kecuali terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan rusaknya bagian kulit (Misbach, 2010).

Dermatoglifi atau sidik jari manusia merupakan salah satu contoh kelas fenotip akibat
poligen. Dermatoglifi merupakan salah stau pola yang terdapat pda telapak tangan, telapak
kaki, dan ujung jari. Sulur merupakan tonjolan atau papilla epidermis. Selain dari poligen,
dermatoglifi juga dipengaruhi oleh multifaktor, yaitu faktor lingkungan, obat-obatan,
infeksi virus, dan lain sebagainya. Jumlah sulur yang membentuk dermatoglifi seseorang
akan tetap seumur hidupnya pada waktu kira-kira minggu ke dua belas setelah konsepsi
dan setelah itu akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan lagi.

Sidik jari telah terbukti cukup akurat, aman, mudah dan nyaman untuk dipakai sebagai
identifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari antara lain :

1. Perennial Nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit
manusia seumur hidup.

2. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah kecuali mendapatkan
kecelakaan yang serius.

3. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang

Dermatoglifi yang berada di ujung jari lebih dikenala sebagai sidik jari. Sidik jari
diklasifikasikan berdasarkan tiga karakteristik utama yaitu :

1. Pola sidik jari, berupa lengkung atau arch, sosok atau loop dan lingkaran atau whorl
2. Total hitung sulur atau ridge count (TRC)
3. Jumlah titik triradius
Titik triradius adalah titik yang dibentuk oleh tiga sulur yang mengarah ke tiga arah
dengan sudut 120 derajat. Pola sidik jari lengkung tidak memilki titik triradius, pola
sosok memiliki satu triradius, pola lingkaran memilki dua triradius.
A. Loop (Sangkuatan)

Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi
lukisan,melereng,menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dancore
berhenti atau cenderung berhenti kearah sisi semula.

Syarat-syarat (ketentuan) Loop :

 Mempunyai sebuah delta.

 Mempunyai sebuah core.

 Ada garis melengkung yang cukup.

 Mempunyai bilangan garis (RidgeCounting)>=1

Bentuk loop terdiri dari 2 jenis,yaitu:

 Ulnar loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan kelingking
melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sisi semula.

 Radial loop : garis nya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan
jempol,melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sis
isemula.

B. Arch (Busur)

Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi
lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan
bergelombang naik ditengah-tengah. Arch terdiri dari:
1. Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis dating dari sisi
lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit bergelombang naik
ditengah.
2. Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis
tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.
C. Whorl (Lingkaran)

Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis
melingkar di dalam pattern area, berjalan didepan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain
whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl.

Sulur ada yang lurus ada yang terputus. Bila garis yang menghubungkan titik pusat
dengan triradius kebetulan tidak memotong bagian sulur yang terputus-putus, tidak
dihitung dalam jumlah sulur.
Total hitung sulur adalah jumlah sulur yang dilalui oleh garis yang ditarik dari titik
triradius ke pusat. Dengan demikian pola lengkung tidak memiliki hitung sulur.
Frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari dengan jari
lainnya. Kira-kira 5 % dari bentuk sidik jari adalah pola lengkung. Pola sosok kira-kira
65% - 70%, dan kira-kira 25% - 30% adalah pola lingkaran.

Untuk mendapatkan total hitung sulur maka jumlah sulur dari semua jari dijumlahkan.
Pada perempuan, rata-rata total hitung sulur adalah 127, sedangkan pada pria rata-rata total
hitung sulur adalah 144.

Selain dari sidik jari, pada telapak tangan juga dapat dilihat adanya suatu gambaran yang
berupa sudut yang disebut sudut ATD yang menghubungkan titik triradius di bawah jari
telunjuk, triradius distal, dan triradius di bawah jari kelingking. Besarnya sudut ATD
merupakan rata-rata dari besarnya sudut ATD tangan kanan dan tangan kiri. Rata-rata sudut
ATD adalah antara 35 – 50 derajat.
Deaton melaporkan bahwa pola sidik jari tangan, telapak tangan, dan telapak kaki
mempunyai hubungan erat dengan berbagai macam penyakit keturunan atau cacat karena
kelainan kromosom, misalnya pada penderita sindroma Down. Lebih dari setengah jumlah
anak-anak penderita sindroma Down memiliki garis telapak tangan seperti kera, dan
banyak yang memiliki sidik jari bentuk lingkaran atau sosok ulnar.

Gen yang menyangkut suatu penyakit kemungkinan juga ada hubungannya dengan gen
dermatoglifi. Misalnya diabetes mellitus dan hipertensi.
BAB III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan pembahasan

Hasil dari praktikum ini sebagai berikut:


A. Tangan Kanan
a. Pola sulur pada ibu jari adalah Whorl dengan total hitung sulur sebanyak 36
b. Pola sulur pada telunjuk adalah Radial Loop dengan total hitung sulur sebanyak 20
c. Pola sulur pada jari tengah adalah Whorl dengan total hitung sulur sebanyak 36
d. Pola sulur pada jari manis adalah Whorl dengan total hitung sulur sebanyak 43
e. Pola sulur pada kelingking adalah Whorl dengan total hitung sulur sebanyak 34
A. Tangan Kiri
a. Pola sulur pada ibu jari adalah Whorl dengan total hitung sulur sebanyak 37
b. Pola sulur pada telunjuk adalah Ulnar Loop dengan total hitung sulur sebanyak 15
c. Pola sulur pada jari tengah adalah Ulnar Loop dengan total hitung sulur sebanyak
12
d. Pola sulur pada jari manis adalah Whorl dengan total hitung sulur sebanyak 40
e. Pola sulur pada kelingking adalah Radial Loop dengan total hitung sulur sebanyak
12
Hasil total hitung sulur atau ridge count (TRC) dari tangan kanan dan kiri adalah 285.
Sedangkan untuk jumlah titik radius (ATD), tangan kanan didapat sudut sebesar 43° dan
tangan kiri dengan sudut 50°. Setelah dijumlah dan didapatkan rata-rata ATD adalah
46,5°.

B. Pembahasan

Pada praktikum ini tiap sidik jari dihitung total hitung sulurnya atau ridge count (TRC)
yang didapat dengan menjumlahkan total keseluruhan sulur yang ada pada tangan kanan
dan kiri. Dengan rumus sebagai berikut:
TRC total = TRC tangan kanan + TRC tangan kiri

Hasil total hitung sulur atau ridge count (TRC) dari tangan kanan dan kiri adalah 285,
pada pria jumlah rata-rata total hitung sulur adalah 144 berarti jumlah total sulur
praktikan di atas rata-rata dengan perbedaan yang cukup jauh. Perbedaan pola sidik jari
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya hormon, jenis kelamin, faktor lingkungan
dan kromosom. Selain itu kita juga harus menghitung jumlah titik triradius (ATD) yang
didapat dari sudut rata-rata pada telapak tangan kanan dan telapak tangan kiri. Dengan
rumus sebagai berikut:

ATD rata-rata = ATD tangan kanan + ATD tangan kiri

Hasil yang didapat kita bandingkan dengan kisaran rata-rata sudut ATD yang kita dapatkan
dari literatur dimana nilai normalnya adalah berkisar antara 35°–50°. Dan hasil ATD yang
didapat dari percobaan adalah :

ATD rata-rata = ATD tangan kanan + ATD tangan kiri


2
= 43° + 50°
2
= 46,5°
Hasil ATD ini menunjukan bahwa nilai 46,5° masih dalam ukuran pria normal. Pola sidik
jari tangan, telapak tangan, dan telapak kaki mempunyai hubungan erat dengan berbagai
macam penyakit keturunan atau cacat karena kelainan kromosom. Perbedaan pola sidik jari
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya hormon, jenis kelamin, faktor lingkungan
dna kromosom. dari pola sidik jari dapat diketahui penyakit turunan yang disebabkan oleh
faktor genetik.
BAB IV.

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pola sidik jari tangan,telapak tangan,dan telapak kaki mempunyai hubungan erat dengan
berbagai macam penyakit keturunan atau cacat karena kelainan kromosom.Dari hasil TRC dan
ATD yang di dapat bisa disimpulkan bahwa sidik jari praktikan masih dalam batas normal sidik
jari pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai