Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pratikum

Dermatoglifi
I. Judul Pratikum

Dermatoglifi

II. Tujuan Pratikum

Untuk mengenal dan mengidentifikasi pola-pola sidik jari serta perhitungan

jumlah sulur pada manusia.

III. Dasar Teori

Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-

jari tangan dan kaki, serta telapak tangan, dan telapak kaki. Dermatoglifi pada

setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak

berubah sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah

sampai lapisan sub dermis. Gambaran salur-salur dermal ditentukan oleh

banyak gen yang pengaruhnya saling menambah dan mungkin beberapa

diantaranya bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar sesudah

lahir, misalnya geografik, ekonomi, dan lain-lain. Sidik jari merupakan obyek

yang menarik untuk diselidiki dan telah digunakan baik untuk keperluan

identifikasi, hubungan keturunan, maupun membantu diagnosis.

Dermatoglifi berasal dari kata Yunani, Derma berarti kulit, glyphic berarti

ukiran merupakan ilmu yang diciptakan oleh Prof. Harold Cummins.

Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari

tangan dan kaki, serta telapak tangan, dan telapak kaki. Dermatoglifi pada

setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak

1
berubah sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah

sampai lapisan sub dermis. Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh

banyak gen yang pengaruhnya saling menambah dan mungkin beberapa

diantaranya bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar sesudah

lahir, misalnya geografik, ekonomi, dan lain-lain.

Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan

pada trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selama masa

embrio dan tidak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara

kebetulan akibat luka-luka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak

wajar pada jari dan telapak tangan.

Pola sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang

dengan predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena

sidik jari diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan

eksternal setelah lahir seperti geografi, ekonomi, dan lain-lain, sidik jari

memiliki ciri yang paling bermanfaat untuk menentukan hubungan

mendasar dalam kehidupan. Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom

kelainan kromosom, ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik

jari atau dermatoglifinya.

IV. Alat dan Bahan

a. Alat : Penggaris, busur, pensil, bantalan tinta, timbangan, dan kaca

pembesar.

b. Bahan : Sidik jari manusia

2
V. Cara Kerja

Langkah kerja dari pemeriksaan ini yaitu dengan mempersiapkan bahan -

bahan diatas kemudian dilanjutkan dengan langkah kerja di bawah ini :

1. Mengambil sidik jari tangan dengan cara menempelkan telapak tangan

pada stempad/bak tempat tangan dan meletakkannya pada kertas F4 70 gr.

2. Menganalisis dengan menghitung hasil dermatoglifi tiap-tiap jari pada10

jari tangan.

3. Menghitung pola sidik jari, jumlah ridge (TRC / Total Ridge Count), dan

frekuensi triradius total (PII/ Pattern Intensity Index).

4. Dibuat sudut jari tangan kanan dan tangan kiri dengan cara menekan jari

pada bantalan tinta, lalu ditempelkan pada kertas, kemudian dibuat sudut

ATD dengan menekan telapak tangan pada bantalan dan ditempelkan pada

kertas. Kemudian untuk sudut jari tentukan pola sidik jari, jumlah sulur,

jumlah triradius, sedangkan untuk sudut ATD, tentukan sudut ATD yang

dibentuk oleh triradius pada telapak tangan. Titik A triradius dibawah jari

telujuk, titik T triradius dibawah pergelangan tangan dan titik D.

VI. Pembahasan

Pola Sidik Jari


Sudut ATD
Jumlah
No. Nama
A LU LR W Sulur LH RH

1. Muh. Fadli S - - 10 - 143 40 40

3
Keterangan :

A : Arch

LU : Loop urnal

LR : Loop radial

W : Whorl

LH : sudut jari kiri

RH : sudut jari kanan

Dermatoglifi didefinisikan sebagai konfigurasi guratan- guratan di ujung

jari manusia. Pada pratikum ini yang akan diperiksa di sini adalah pola

dermatoglifi (whorl, arch, dan loop), jumlah ridge (TRC/Total Ridge Count),

dan frekuensi triradius total (PII/ Pattern Intensity Index).

Menurut penelitian (Siburian Dkk,2005) terlihat adanya kecenderungan

peningkatan pola arch pada kelompok DM dibandingkan kelompok normal.

Dalam hal ini dari 500 tipe pola pada penderita DM dijumpai 27 tipe pola

arch, sedangkan pada kelompok normal diperoleh 2 tipe pola arch dari 500

tipe pola. Begitu juga pada tangan kanan dan tangan kiri secara keseluruhan,

maupun untuk tangan kanan dan tangan kiri saja antara penderita DM dengan

kelompok normal. Peningkatan tipe pola arch ini terjadi karena gen-gen

penentu DM terpaut pada kromosom yang sama dengan gen-gen penentu pola

ujung jari yaitu pada kromosom no 2 (kromosom dimana informasi genetik

disimpan dalam inti sel), sehingga apabila gen-gen penentu Diabetes mellitus

berpautan dengan gen penentu pola arch, mengakibatkan terekspresinya pola

arch yang lebih banyak dibandingkan pola-pola lain pada penderita DM.

4
Hipertensi esensial atau juga dikenal dengan hipertensi primer adalah

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya sedangkan hipertensi sekunder

adalah hipertensi yang penyebabnya telah diketahui. Hipertensi esensial

adalah penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi dari faktor-faktor

risiko tertentu, yaitu genetis, diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, dan

merokok. Hipertensi esensial atau primer, merupakan 95% dari seluruh kasus

hipertensi, sedangkan 5% adalah hipertensi sekunder.

Penelitian yang dilakukan oleh Deepa G. (2013) di India, menemukan

rendahnya jumlah total sulur pada ujung jari, tingginya frekuensi pola arch,

dan rendahnya frekuensi pola loop pada jari telunjuk kanan pasien pria pada

kelompok hipertensi esensial dibandingkan kelompok tidak hipertensi

esensial. Penelitian kedua, yang dilakukan oleh Lahiri Arista (2013)

menemukan frekuensi pola whorl 4,57% dan frekuensi pola arch 5,79% pada

kelompok hipertensi esensial. Sedangkan pada kelompok tidak hipertensi

esensial, frekuensi pola whorl 0,44% dan frekuensi pola arch 1,33%.

Penelitian ketiga, yang dilakukan Rudragouda dkk. (2013) menemukan

frekuensi pola arch pada pasien hipertensi esensial lebih tinggi jumlahnya

daripada grup kontrol, sedangkan frekuensi pola whorl untuk pasien pria

hipertensi esensial berjumlah lebih sedikit dibandingkan grup kontrol.

Perbedaan yang signifikan tidak ditemukan pada pola radial loop dan ulnar

loop. Ketiga penelitian ini membuahkan hasil akan perlunya perhatian

terhadap pola arch.

5
Pada penderita Hemofilia, persentase tertinggi tipe Radial Loop, diikuti

Ulnar Loop, Plain Whorl, Double Loop Whorl, dan Central Pocket Loop

Whorl. Tipe Arch dan Accidental Whorl tidak dijumpai pada penderita

hemofilia. Sedangkan pada kelompok tidak hemofilia tipe yang tidak

dijumpai adalah Tented Arch dan Accidental Whorl. Perbedaan terdapat pada

besarnya persentase masing-masing tipe pola sulur. Persentase tipe pola sulur

Radial Loop, Ulnar Loop, dan Plain Whorl lebih tinggi pada penderita

hemofilia dibandingkan dengan tidak hemofilia. Sedangkan untuk tipe pola

sulur Double Loop Whorl, Central Pocket Loop Whorl, dan Plain Arch lebih

tinggi pada kelompok tidak hemofilia dibandingkan dengan penderita

hemofilia. Tipe pola sulur Tented Arch dan Accidental Whorl sama-sama

tidak dijumpai pada penderita hemofilia maupun tidak hemofilia.

Berdasarkan penelitian (Rosida Dkk, 2006), penderita sindrom down

memiliki gambaran dermatoglifi telapak tangan yang khas. Memiliki tipe pola

sidik jari yang terbanyak adalah Sinus ulnaris dan frekuensinya lebih tinggi

dari orang normal, memiliki pola triradius interdigital, sebagian besar

(58,4%) tidak memiliki pola tenar, sebagian besar (77,08%) memiliki pola

hipotenar, Memiliki pola Loop interdigital, dan memiliki garis simians.

Sindrom Down disebabkan karena adanya tiga kromosom nomor 21 di

dalam sel tubuh penderita yang terjadi akibat peristiwa gagal berpisah (non

disjunction) kromosom 21 pada saat terjadi pembelahan sel atau

pembentukan sel kelamin. Diagnosa sindrom Down ditegakkan dari ciri-ciri

secara klinis dan pemeriksaan sitogenetik. Selain itu, pemeriksaan

6
dermatoglifi juga dapat membentu diagnosis sindrom Down. Dermatoglifi

adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari tangan dan

kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki . Gambaran sulursulur dermal ini

ditentukan oleh banyak gen yang pengaruhnya saling menambah dan

mungkin beberapa diantaranya bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh

faktor luar sesudah lahir. Penderita sindrom Down memiliki gambaran

dermatoglifi yang khas dan berbeda dari orang normal sehingga dapat

digunakan untuk membantu diagnosis.

VII. Kesimpulan

Dermatoglifi yang berasal dari bahasa Yunani, derma (kulit) dan glyph

(ukuran), adalah suatu ilmu pengetahuan yang berdasar teori epidermal atau

ridge skill (garis-garis) pada permukaan kulit, jari-jari, telapak tangan,

hingga kaki. Ilmu pengetahuan tersebut sudah dikembangkan dan sudah

melalui penelitian sejak lebih dari 300 tahun yang lalu. Dermatoglifi ini

tidak akan pernah berubah sejak lahir sampai mati. Pola dermatoglifi pada

setiap orang tidak ada yang sama, sehingga tanda-tanda yang terdapat pada

ujung jari ini dapat dipakai sebagai alat identifikasi (Rafiah, 1988). Pola

dermatoglifi terbentuk sejak awal perkembangan embrio mulai dari embrio

berumur 13 sampai 24 minggu kehamilan. Pembentukan dermatoglifi ini

bersifat poligen yaitu dipengaruhi oleh banyak gen. Dermatoglifi yang

terbentuk bersifat permanen seumur hidup dan tidak akan berubah kecuali

terjadi kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya bagian kulit.

7
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dermatoglifi memiliki

hubungan dengan berbagai penyakit keturunan seperti DM, hipertensi,

sindrom down, dan hemofilia. Penderita kelainan keturunan, terutama

karena aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. POLA DERMATOGLIFI TANGAN PADA PASIEN


SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
http://core.ac.uk/download/pdf/12351011.pdf. Diakses pada tanggal 22 November
2015.

Yulian, rifki. 2011. POLA DERMATOGLIFI PADA UJUNG JARI DAN


TELAPAK TANGAN PADA PENDERITA HIPERTENSI ESENSIAL.
http://forensik093.blogspot.co.id/2011/01/abstrak-1.html. Diakses pada tanggal 22
November 2015.

Kentanus, Rigil. 2011. LAPORAN AKHIR PRATIKUM GENETIKA.


https://www.academia.edu/9483202/LAPORAN_AKHIR_PRAKTIKUM_GENE
TIKA. Diakses pada tanggal 22 November 2015.

9
LAPORAN PRATIKUM
GENETIKA
(Dermatoglifi)

Disusun Oleh:
Muh. Fadli. S
153112620120054

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2015

10

Anda mungkin juga menyukai