Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM 5

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Lulus Mata Kuliah Genetika


Dosen Pengampu: Eko Prasetya, M. Sc

Oleh:

Kelompok 4
Kartika Husna Nabila (4203341028)
Kelas PSPB 20 D

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
I. Judul Praktikum : Pola Pewarisan Sifat yang dipengaruhi oleh Gen Ganda
II. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui pola sulur jari tangan pada mahasiswa jurusan Biologi
2. Menghitung jumlah semua sulur per individu dan rata-ratanya pada populasi
3. Menguji perbandingan genetik pola sulur populasi mahasiswa dan jumlah rigi tangan
pria dan wanita dengan menggunakan chi-square
III. Tinjauan Pustaka :
Pada tahun 1880 Fauld (Seorang Ahli Anatomi Manusia) menyatakan bahwa pola
yang ada dibagian bawah jari tangan, akan menjadi hal yang penting dalam
mengindentifikasi dan menyelidiki tindak kejahatan. Sejak itu, pola sidik jari banyak
digunakan dalam dunia kepolisian. Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika
masih di dalam rahim. Untuk setiap manusia identitas (Dermatogfili) yang terbentuk di
bawah lapisan kulit atau dermal papillae, masih berada dikulit dan disidik jari akan selalu
ada (Siburian, 2010).
Dermatogfili berasal dari kata Derma yang artinya kulit dan Glyph yang artinya
mengukir, sehingga dermatogfili merupakan ukiran pada kulit yang terdiri dari 4 bagian
utama yaitu Pola sidik jari, Jumlah triradius, Jumlah Sulur, dan Sudut Axial Triadius
Digital (ATD). Pola sidik jari terdiri dari Pola Arch, Whorl, dan Loop. Sudut ATD adalah
sudut yang dibentuk garis hubung dari triradius ‘a’ ke triradius ‘t’ dan dari triradius ‘d’.
terdapat tiga sulur pada sudut 190 yang mengaruh ketiga arah sehingga terbentuklah titik
yang disebut titik triradius (Mundijo, 2020).
Manusia memiliki triradius ukiran ditelapak tangan dan telapak kaki. Ukiran sidik
jari pertama kali diteliti oleh Cummins dan Midlo (1926) dan menemukan istilah
Dermatoglyphics, yang artinya derma atau kulit dan glyph adalah ukiran. Sidik jari tidak
pernah tidak pernah sama pada manusia dan tidak pernah berubah. Sudah hampir 150 tahun
yang lalu, dermatogfili digunakan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan Biologi, Kesehatan, Genetik, dan Evolusi. Selain itu, digunakan
secara luas sebagai alat identifikasi seseorang.
Sidik jari terbentuk sejak awal perkembangan embrio yaitu pada umur embrio 13
minggu sampai embrio 24 minggu. Pola sidik jari ditentukan oleh banyak gen (Poligen)
sehingga secara genetik tidak pernah berubah seumur hidup. Kecuali dipengaruhi
lingkungan seperti kerusakan oleh lingkungan.
Pola sidik jari telah dikelompokkan oleh Galton, secara garis besar menjadi tiga
pola, yaitu Tipe Arch, Tipe Loop, dan Tipe Whorl. Tipe Arch berupa garis yang
melengkung ke arah distal dan pada pola ini tidak terdapat triradius. Pola Loop memiliki
lengkung seperti kait dengan satu triradius, dan Pola Whorl berbentuk pusaran dan
memiliki dua triradius.
Sidik jari telah dimanfaatkan untuk berbagai bidang, diantaranya sebagai identitas
diri dan alat forensic serta banyak diaplikasikan untuk pemanfaatannya untuk E-Card
seperti E-Ktp. Sidik jari berhubungan dengan penyakit kelainan yang disebabkan oleh
kromosom (Wati, 2015).
Pola Pain Whorl mempunyai garis pusar paling sedikit satu garis yang melingkar
dan mempunyai titik triradius lebih dari satu. Garis pusar tersebut mempunyai paling
sedikit satu garis pusar yang saling bersinggungan. Pola Central Pocket Loop mempunyai
garis pusar paling sedikit satu yang melingkar dan mempunyai titik triradius lebih dari satu.
Garis pusar tersebut tidak saling bersinggungan. Pola Double Loop Whorl merupakan pola
terpisah berlawanan dengan dua titik triradius sehingga pola double loop whorl membentuk
pola seperti hurus ‘S’. Accidental Whorl merupakan gabungan antara dua pola atau lebih
yang dilengkapi dengan titik triradius lebih dari dua. Sidik jari digunakan dalam bidang
kepolisian sebagai alat identifikasi dan bukti forensik, selain itu juga digunakan dalam
bidang kedokteran untuk mendiagonosis berbagai kelainan klinis.
Kelainan yang dapat diungkap melalui sidik jari dapat disebabkan oleh mutasi gen
atau aberasi kromosom. Aberasi kromosom dapat mengakibatkan abnormalitas struktur
dan jumlah kromosom. Adanya abnormalitas jumlah kromosom dapat mengakibatkan
kelainan yaitu sindrom turner, sindrom down, sindrom (Yunitasari, 2019).
Ilmu sidik jari mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Ilmu sidik jari pada
awalnya adalah untuk mengindentifikasi seseorang karena sidik jari tiap manusia berbeda
(unik). Ilmu mengidentifikasi seseorang melalui sidik jari disebut Daktiliskopi. Ilmu ini
kemudian digunakan untuk keperluan forensic kriminal di kepolisian.
Ilmu sidik jari kemudian berkembang setelah Dr. Harold Cummins
memperkenalkan Dermatoglyphics. Dermatoglyphics berasal dari bahasa yunani Derma
berarti kulit dan Glyph berarti ukiran. Ilmu ini mendasarkan pada teori epidermal atau
garis-garisan pada permukaan kulit. Dermatoglyhphics mempunyai dasar ilmu
pengetahuan yang kuat karena didukung oleh penelitian, ilmu ini menyakini bahwa sidik
jari adalah ‘cetak biru’ seseorang. Para peneliti menemukan bahwa pola garis pada sidik
jari seseorang, memiliki hubungan yang bersifat ilmiah dengan kode genetik dari sel otak
dan potensi kecerdasan seseorang.
Pola sidik jari manusia sangat unik dan dipengaruhi oleh proses pembentukannya
secara genetik. Praktisi fingerprint, sidik jari manusia tidak akan pernah berubah dan
berhubungan erat dengan perkembangan sistem syaraf. Pembentukan sidik jari dimulai
sejak janin berusia 13 minggu, bersamaan dengan pembentukan sel otak. Prosesnya akan
sempurna pada minggu ke-24. Sidik jari manusia tidak pernah berubah dan tidak bisa
dibohongin.
Saat ini juga telah berkembang metode analisa sidik jari untuk mengungkap tipe
kecerdasan dan personaliti seseorang. Metode ini menghubungkan Ilmu Dermatoglyphics,
Neuroscience (Otak) dan Psikologi (Perilaku). Ilmu ini berkembang melalu riset yang
diambil dari ratusan ribu sample sidik jari yang kemudian dapat diketahui bahwa pola-pola
sidik jari menyatakan hubungan dengan perilaku tertentu. Dari analisa sidik jari juga dapat
kelainan-kelainan bahkan kesehatan seseorang (Indonesia, 2019).
Sulur sulur dermis diwariskan secara poligen. Sulur –sulur ini akantetep mulai usia
3-4 tahun kehamilan, dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan sistem galton
dapat dibedakan 3 pola utama dari sulur – sulur dermis yaitu pola arch atau pola lengkung,
pola loop atau pola sosol dan pola whorl atau pola lingkaran. Pada pola loop ada dua macam
yaitu loop radial bila terbuka keujunga jari dan loop ulnar bila terbuka ke pangkal jari. Pada
pola loop mempunyai satu triradius, pola whorl mempunyai lebih dari satu triradius.
Triradius adalah titik-titik dari mana sulur menuju ketiga arah dengan sudut kira-kira 1200.
(Widianti, 2014).
Frekuensi pola – pola tersebut berbeda untuk setiap bangsa, juga berbeda untuk
laki-laki dan perempuan. Untuk membandingakn frekuensi tipe pola pada populasi yang
berbeda digunakan indeks tipe pola dan indeks intensitas pola. Jumlah sulur ujung jari
tangan dihitung mulai dari triradius sampai ke pusat pola sulur. Jika ada dua atau lebih
triradius maka yang diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak. Untuk mendapatkan
jumlah perhitungan sulur maka sulur dari semua jari dijumlahkan. Ini disebut total finger
ridge count. Menurut Suryo (1986) rata-rata jumlah semua sulur pada perempuan 127
sedangkan pada laki-laki 144.
Pada populasi orang kulit putih dan kulit hitam banyak dijumpai pada populasi
bangsa Mongoloid, populasi penduduk asli Australia dan populasi bangsa Melasiana di
Pasifik. Pada pola Arch dijumpai paling sedikit ditemukan untuk semua populasi Bushman
(Bangsa Negroid yang hidup di Afrika Selatan) pola arch dijumpai lebih dari 10%. Dalam
suatu populasi rata-rata pola Arch 5%, pola loop 65-70% sedangkan pola whorl 25-30%.
(Widianti, 2014)
Dermatoglifik pertamakali dikenalkan oleh Nehemiah Grew pada tahun 1648.
Masyarakat Cina diduga yang pertamakali menggunakan dermatoglifik sebagai bagian dari
acara ritual). Dermatoglifik sebagai alat identifikasi diperkenalkan pertama kali di India
pada tahun 1870-an oleh Sir William Herschel. Pada tahun 1880 Herschel dan Henry
Faulds memperkenalkan dermatoglifik kepada masyarakat Inggris sebagai metoda yang
sangat potensial untuk mengidentifikasi kejahatan. Francis Galton kemudian berupaya
keras menggunakan dermatoglifik yang didasari kaidah ilmiah. Istilah dermatoglifik
diperkenalkan pertama kali oleh Cummin dan Midloo pada tahun 1926. Pada awalnya
dermatoglifik hanya diketahui keberadaannya pada manusia. Namun kemudian
dermatoglifik ditemukan pula pada semua jenis primata. Pada primata yang menggunakan
ekornya sebagai alat penggantung, dermatoglifik juga ditemukan pada ekornya (Supriyo,
1989)
Menurut Schaumann dan Alter, 1976, pola dermatoglifik berdasarkan klasifikasi
Galton dibedakan atas tiga pola dasar yaitu arch (busur) genotif ll, whorl (pusaran) genotif
LL, dan loop (lengkung) genotif Ll. Disamping ketiga pola dasar tersebut juga dikenal pola
dasar open field yang berupa garis lurus sejajar. Arch adalah pola dermatoglifik yang
dibentuk oleh rigi epidermis yang berupa garis-garis sejajar melengkung seperti busur. Ada
dua macam pola arch yaitu plain arch dan tented arch. Sekitar 10% sidik jari manusia
berpola arch. Pola arch pada dermatoglifik monyet (Macaques) kurang umum dikenal.
Justru sebaliknya pola open field lebih dikenal pada dermatoglifik monyet (Iwamoto dan
Sukarto, 1990).
Ada empat macam pola whorl yaitu plain whorl, central pocket loop, double loop,
dan accidental whorl. Komponen pola dermatoglifik ada tiga yaitu garis tipe (type line),
delta dengan tri radii-nya, dan pusat (core). Garis tipe adalah dua buah garis yang paling
dalam di daerah pola, yang berjalan sejajar, divergen, mengelilingi atau cenderung
mengelilingi daerah pola. Daerah pola adalah cetakan dermatoglifik yang mengandung
pola dermatoglifik yang difinitif. Delta merupakan daerah yang berbentuk segitiga dengan
pusat yang disebut tri radii. Titik tengah dari tri radii disebut triradiant point. Triradial point
merupakan titik dari mana garis-garis rigi epidermis dihitung. Sedangkan pusat (core)
adalah pusat dari pola dermatoglifik. Walaupun secara umum garis-garis rigi epidermis
yang membentuk pola dermatoglifik kelihatan sama tetapi bila diamati secara seksama
akan memperlihatkan detail yang berbeda-beda. Detail struktur rigi epidermis oleh Galton
disebut minutiae. Detail rigi ini sangat bervariasi dalam jumlah, tipe, bentuk, dan posisi
serta sangat khas untuk tiap individu. (Naugler dan Ludman, 1996).
IV. Metode

a. Kegiatan 2a. Pola Pewarisan Sifat yang dipengaruhi oleh Gen Ganda
Alat & Bahan :
 Tinta Stempel
 Kertas Tulis
 Lup
 Bantalan Stempel
 Sidik jari 50 Responden

Prosedur Kegiatan:

1. Gunakan semua jari untuk mengidentifikasi sidik jari pada bantalan stempel
2. Tempelkan masing-masing jari tangan ke dalam tabel yang telah disediakan, sesuaikan
dengan tangan kanan dan tangan kiri
3. Amati pola sulur ke-10 jari tangan dengan lup, dan tentukan pola ke-10 jari tangan.
Hitung frekuensi masing-masing pola jari tangan dan ambil datanya.
4. Hitung juga Total Finger Ridge Count pada setiap responden serta hitunglah rata-rata
jumlah rigi pada Pria dan Wanita
5. Kumpulkan juga data mengenai suku, warna kulit, dan tempat tinggal responden
6. Uji statistik dengan menggunakan Tabel Chi-Square

b. Kegiatan 2b. Pigmentasi Kulit Manusia


Alat & Bahan :
 Alat Tulis
 Fitzpatrick Scale (Di print dari LK ini)
 Kulit pada 50 responden

Prosedur Kegiatan:

1. Amati warna kulit responden, dan bandingkan warnanya dengan Fitzpatrick Scale
2. Catat data tersebut di dalam tabel

1. Analisis Chi-square Jumlah Pola Sulur Jari Tangan dan Jumlah Rigi Jari Tangan

Berdasarkan sistem Galton, sulur dermis dapat dibedakan menjadi 3 pola utama, yaitu
Arch (lengkung), Pola Loop (sosok), dan Pola Whorl (lingkaran). Dalam melakukan
pengamatan sulur dermis diambil sampel sebanyak 50 responden. Data yang didapatkan setelah
melakukan pengambilan sidik jari disebut sebagai Observed (data pengamatan) dan
disimbolkan dengan “o”. Setelah pengambilan sidik jari dari 50 responden, hitung berapa
jumlah pola sulus arch, pola loop dan pola whorl dari jari tangan sampel 50 orang tersebut.

Pola Arch = 39

Pola Loop = 331

Pola Whorl = 130

Selanjutnya untuk menentukan Ekspektasi data (e) digunakan rasio genotipe pada
pola sulur jari manusia untuk 50 orang adalah adalah 25:350:125.

Pola Arch = 25

Pola Loop = 350

Pola Whorl = 125

Setelah menentukan nilai e, analisis data menggunakan rumus Chi-square (x2), yaitu: x2 =

d2/e. Namun, sebelum menganalisis data menggunakan rumus Chi-square, terlebih dahulu
dicari nilai d (deviasi), yaitu data observed (data pengamatan) dikurang nilai ekspektasi (d
= o-e), maka diperoleh nilai deviasi =

Pola Arch = 39-25 = (14) à d2 = (14)2 = 196

Pola Loop = 331-350 = (-19) à d2 = (-19)2 = 361

Pola Whorl = 130-125 =5 à d 2 = 52 = 25

Selanjutnya, analisis data menggunakan rumus Chi-square (x2), x2 = d2/e.

Pola Arch = 196/ 25 = 7,84

Pola Loop = 361/ 350 = 1,03

Pola Whorl = 25/ 125 = 0,2

Maka, ∑x2 = 7,84+1,03+0,2 = 9,07


Kemudian, diinterpretasi dengan membandingkan nilai ∑x2 dan tabel x2. Dalam hal ini,
∑x2 disebut sebagai Fhitung dan nilai tabel x2 disebut sebagai Ftabel. Berikut tabel Chi-Square:
 dF = jumlah kombinasi – 1

Jadi, dF = 3-1 = 2

 Alfa standart adalah 0,05

 ∑x2 (Fhitung) = 9,07 dan nilai tabel x2 (Ftabel) = 5,991


Jika Fhitung < Ftabel berarti sesuai dengan konsep probabilitas. Namun jika Fhitung >
Ftabel berarti tidak sesuai dengan konsep probabilitas. Berdasarkan hasil interpretasi dengan
membandingkan nilai ∑x2 dan tabel x2 diperoleh Fhitung > Ftabel yaitu 9,07 > 5,991 berarti
tidak sesuai dengan konsep sistem Galton.

2. Analisis Chi-square Jumlah Rigi Jari Tangan Pria & Wanita

Dalam melakukan pengamatan sulur dermis diambil sampel sebanyak 50 responden. Data
yang didapatkan setelah melakukan pengambilan sidik jari disebut sebagai Observed (data
pengamatan) dan disimbolkan dengan “o”. Setelah pengambilan sidik jari dari 50 responden,
hitung berapa jumlah rigi jari tangan laki-laki sama perempuan diantara 50 orang tersebut.
Dalam menentukan observed kita ambil rata-ratanya, yaiu jumlah seluruh rigi pada wanita
dan laki-laki dibagi jumlah wanita dan laki-laki dari keseluruhan sampel, dapat dituliskan
sebagai berikut :

5.407
Pada wanita : = 118
46

Pada laki-laki 524


: = 131
4

Selanjutnya untuk menentukan Ekspektasi data (e) digunakan rasio genotipe rata-rata
jumlah rigi jari perempuan sama laki-laki adalah adalah 127 : 144.

Perempuan = 127

Laki-laki = 144

Setelah menentukan nilai e, analisis data menggunakan rumus Chi-square (x2), yaitu: x2 =

d2/e. Namun, sebelum menganalisis data menggunakan rumus Chi-square, terlebih dahulu
dicari nilai d (deviasi), yaitu data observed (data pengamatan) dikurang nilai ekspektasi (d = o-
e), maka diperoleh nilai deviasi =

Jumlah rigi pada wanita =118 -127 = (-9) à d2 = (-9)2 = 81

Jumlah rigi pada laki-laki = 131-144 = (-13) à d2 = (-13)2 = 169

Selanjutnya, analisis data menggunakan rumus Chi-square (x2) x2 = d2/e.

Jumlah rigi pada wanita = 81/ 127 = 0,637


Jumlah rigi pada laki-laki = 169/ 144 = 1,173

Maka, ∑x2 = 0,637+1,173= 2,36

Kemudian, diinterpretasi dengan membandingkan nilai ∑x2 dan tabel x2. Dalam hal ini,
∑x2 disebut sebagai Fhitung dan nilai tabel x2 disebut sebagai Ftabel. Berikut tabel Chi-
Square:

 dF = jumlah kombinasi – 1

Jadi, dF = 2-1 = 1

 Alfa standart adalah 0,05

 ∑x2 (Fhitung) = 2,36 dan nilai tabel x2 (Ftabel) = 3, 841

Jika Fhitung < Ftabel berarti sesuai dengan konsep probabilitas. Namun jika Fhitung >
Ftabel berarti tidak sesuai dengan konsep probabilitas. Berdasarkan hasil interpretasi dengan
membandingkan nilai ∑x2 dan tabel x2 diperoleh Fhitung < Ftabel yaitu 2,36 < 3,841 berarti
sesuai dengan konsep sistem Galton.
V. Hasil & Pembahasan

a. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pola & Jumlah Sulur Jari Tangan Mahasiswa Biologi

No Responden Warna Tempat Jenis Etnis Jumlah Pola Sulur Total Finger
Kulit Tinggal Kelamin Ridge Count
Arch Loop Whorl

1. FS Gol IV Samosir PR Batak - 6 4 155 sulur

2. PW Gol II Pekanbaru PR Batak - 8 2 128 sulur

3. AS Gol III Medan PR Minang - 10 - 89 sulur

4. RM Gol III Medan PR Batak 1 7 2 137 sulur

5. RN Gol II Medan PR Batak - 8 2 124 sulur

6. SN Gol III Medan PR Jawa - 10 - 127 sulur

7. PH Gol II Binjai PR Batak - 10 - 137 sulur

8. RTN Gol III Medan PR Minang - 8 2 121 sulur

9. AJC Gol II Medan PR Jawa 1 7 2 128 sulur

10. IPM Gol II Pakkat PR Batak 1 3 6 125 sulur

11. CM Gol II Dolok S PR Batak 1 2 7 137 sulur

12. GG Gol II Saribu Dolok PR Batak 1 7 2 109 sulur

13. PS Gol II Balige PR Batak 1 6 3 149 sulur

14. ISS Gol II P. Siantar PR Batak 7 1 2 134 sulur

15. TBN Gol II Medan PR Batak - 3 7 90 sulur

16. MP Gol II Medan PR Batak - 4 6 127 sulur

17. TA Gol II Medan PR Batak - 8 2 128 sulur

18. BS Gol II P. Siantar PR Batak - 9 1 89 sulur

19. PHH Gol II Lintong PR Batak 3 5 2 134 sulur


20. RAM Gol III Brastagi PR Karo 4 2 4 125 sulur

21. RH Gol II Tebing Tinggi LK Jawa 2 4 4 148 sulur

22. RAL Gol III Medan LK Minang 3 6 1 140 sulur

23. GN Gol III Siantar PR Batak - 6 4 128 sulur

24. MK Gol III Binjai PR Karo 2 5 3 135 sulur

25. AR Gol II Medan PR Jawa 5 2 3 124 sulur

26. PR Gol II Tebing Tinggi PR Jawa - 10 - 92 sulur

27. AP Gol II Tanjong Balai PR Batak - 8 2 132 sulur

28. IP Gol II Rantau Prapat PR Batak - 8 2 110 sulur

29. DR Gol III Langka PR Jawa - 10 - 85 sulur

30. TJ Gol III Mlaka PR Toba - 10 - 95 sulur

31. CM Gol II Binjai PR Jawa 3 5 2 128 sulur

32. DD Gol III Tebing Tinggi PR Batak - 9 1 89 sulur

33. NA Gol III Tangerang PR Karo 1 6 3 117 sulur

34. DH Gol IV Brandan PR Jawa - 8 2 120 sulur

35. AS Gol III Kota Pinang PR Batak - 10 - 98 sulur

36. CIS Gol III Samosir PR Batak - 7 3 113 sulur

37. PBS Gol III Humbahas PR Batak - 1 9 109 sulur

38. DA Gol IV Tebing Tinggi PR Jawa - 9 1 121 sulur

39. FAW Gol IV Kisaran LK Jawa - 9 1 124 sulur

40. EMS Gol IV Medan PR Karo - 4 6 118 sulur

41. SGS Gol IV Tarutung PR Batak - 7 3 82 sulur

42. FA Gol II Sidikalang PR Batak 2 4 4 121 sulur

43. YS Gol II Siborong PR Batak 1 9 - 121 sulur


44. NCS Gol III Rantau Prapat PR Batak - 4 6 121 sulur

45. RA Gol III Medan LK Minang - 2 8 112 sulur

46. EN Gol IV Tarutung PR Batak - 10 - 85 sulur

47. A Gol III Batubara PR Melayu - 10 - 128 sulur

48. SAK Gol III Medan PR Jawa - 9 1 120 sulur

49. KJS Gol III Kisaran PR Batak - 7 3 112 sulur

50. RS Gol IV Medan PR Batak - 8 2 110 sulur

Table 2. Hasil Pengamatan Warna Kulit Mahasiswa Biologi

Fenotipe Genotipe Tally Frekuensi


(Golongan Warna
Kulit)

Gol. I Putih Pucat - -


(Aabbcc,aaBbcc, aabbCc)

Gol. II Putih IIII IIII IIII IIII II 22


(AaBbcc,
AabbCc,aaBbCc,AAbbcc,
aaBBcc, aabbCC)

Gol. III Cokelat Terang IIII IIII IIII IIII 20

(AABbcc, AaBBcc,
AaBbCc), AAbbCc,,
AabbCC, aaBBCc,
aaBbCC)

Gol. IV Cokelat IIII III 8


(AABbCc, aaBBCc,
AaBbCC, AABBcc,
AaBBCc,

AAbbCC

Gol. V Cokelat Tua - -


(AaBBCC, AABbCC,
AABBCc)

Gol. VI Cokelat menuju Hitam - -


(AABBCC)

25

20

15

10

0
gol 1 gol 2 gol 3 gol 4

Kolom1 Kolom2 Seri 3

Grafik 1. Pewarisan Poligon pada Pigmentasi Kulit dari 50 Responden

Table 3. Hasil Analisis Chi-Square Jumlah Pola Sulur Jari Tangan dan Jumlah Rigi Jari
Tangan

a. Hasil Analisis Chi-Square Jumlah Pola Sulur Jari Tangan

Arch Loop Whorl Jumlah

O 39 331 130 500

e 25 350 125 500

d 14 -19 5 0
d2/e 7,84 1,03 0,2 9,07

∑X2 9,07

b. Hasil Analisis Chi-Square Jumlah Rigi Jari Tangan Pria & Wanita

Jenis Kelamin

Pria Wanita

O 131 118

e 144 127

d -13 -9

d2/e 1,73 0,63

∑X2 2,36

Pembahasan:

a. Hasil Pengamatan Pola & Jumlah Sulur Jari Tangan Mahasiswa Biologi

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan adanya tiga jenis pola rigi pada mahasiswa
FMIPA Biologi Unimed Stambuk 2021 NonDik. Ditemukan adanya tipe arch, loop dan
whorl. Sidik jari merupakan sifat yang diwariskan dari gen ganda. Pola arch tidak memiliki
triradius sehingga tidak memiliki jumlah rigi. Pada tipe loop terdapat satu triradius dan whorl
terdapat 2 triradius untuk itu diambil rigi yang terbanyak.

Dari seluruh populasi mahasiswa stambuk 2021 NonDik memiliki jumlah sulur dan tipe
pola yang berbeda-beda. Adapun pola sulur dari kesepuluh jari tangan saya tidak sama, dari
tiap pola memiliki jumlah sulur yang berbeda-beda. Dari keseluruhan jumlah jari responden
dapat ditemukan 331 pola loop, 130 pola whorl, dan 39 pola arch. Pola yang terbanyak dari
50 responden adalah pola Loop dan frekuensi masing-masing pola yakni Tipe Arch 1.29 %,
tipe Loop 67.10% dan tipe Whorl 31.61 %. Pola data tersebut menunjukan bahwa loop
memiliki jumlah yang terbanyak. Dari data frekuensi terlihat bahwa loop memiliki jumlah
terbanyak, hal ini terjadi karena sebagian besar mahasiswa memiliki kulit sawo matang yang
merupakan ciri khas kulit daerah orang tropis. Jumlah yang didapat pada saat percobaan
menunjukkan bahwa besar tipe jari yang mereka miliki adalah loop, kemudian baru whorl dan
yang paling sedikit adalah arch, karena merupakan bentuk gerigi yang dimiliki oleh sebagian
besar orang yang berkulit hitam.

Dari semua data responden yang telah kami kumpulkan, rata-rata etnis yang paling banyak
kami dapat adalah suku Batak, suku Jawa, dan suku Minang. Pada suku Batak, rata-rata pola
sulur pada jari responden adalah berbentuk pola Loop dengan warna kulit kebanyakan pada
gol II (putih), pada suku Jawa rata-rata pola sulur pada jari responden adalah berbentuk pola
Loop dengan warna kulit kebanyakan pada gol II (putih), dan pada suku Minang rata-rata pola
sulur pada jari responden adalah berbentuk pola Lopp dengan warna kulit kebanyakan pada
gol III (cokelat terang).

Sidik jari bisa menemukan potensi kekurangan atau kelemahan pada anak sehingga dapat
ditentukan solusi yang baik sehingga anak tetap bisa berprestasi dan produktif. Variasi
dermatoglifi pada populasi dapat terjadi karena adanya beberapa faktor seperti, seleksi, isolasi,
dan genetic drift. Populasi dalam strata pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui
perbedaan lapisan masyarakat berdasarkan dermatoglifi, karena pada setiap kenaikan tingkat
pendidikan seseorang berlaku seleksi. Adapun dari pola sidik jari dapat diketahui bakat dan
minat anak melalui tes penelusuran minat dan bakat atau yang dikenal dengan nama metode
sidik jari atau finger prints analysis. Pengukuran dengan pemindaian (scanning) sidik jari anak
untuk mengetahui gaya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi
bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak. Analis Fingerprint Test, secara garis besar,
jari kelingking menggambarkan penglihatan, jari manis untuk pendengaran, jari tengah
berhubungan dengan sentuhan, keseimbangan, pergerakan, serta koordinasi tangan dan kaki,
jari telunjuk untuk proses informasi – tangan kiri untuk logika, tangan kanan untuk pikiran,
dan ibu jari untuk berpikir serta membuat keputusan.

b. Tabel Hasil Pengamatan Warna Kulit Mahasiswa Biologi


Pada pengamatan yang telah kami lakukan mengenai warna kulit dari 50 responden
mahasiswa FMIPA Biologi Unimed Stambuk 2021 NonDik, kami mendapatkan hasil yaitu
sebanyak 22 orang memiliki warna kulit pada golongan II (Putih), lalu sebanyak 20 orang
memiliki warna kulit pada golongan III (Cokelat Terang), dan sebanyak 8 orang memiliki
warna kulit pada golongan IV (Cokelat). Dari data frekuensi terlihat bahwa warna kulit
dengan jumlah terbanyak (dominan) adalah warna gelap, hal ini terjadi karena sebagian
besar mahasiswa memiliki ciri khas kulit daerah orang tropis.

VI. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan adanya tiga jenis pola rigi pada mahasiswa
FMIPA Biologi Unimed Stambuk 2021 NonDik. Ditemukan adanya tipe arch, loop dan
whorl. Sidik jari merupakan sifat yang diwariskan dari gen ganda. Pola arch tidak
memiliki triradius sehingga tidak memiliki jumlah rigi. Pada tipe loop terdapat satu
triradius dan whorl terdapat 2 triradius untuk itu diambil rigi yang terbanyak.
Dari seluruh populasi mahasiswa stambuk 2021 NonDik memiliki jumlah sulur dan tipe
pola yang berbeda-beda. Adapun pola sulur dari kesepuluh jari tangan saya tidak sama,
dari tiap pola memiliki jumlah sulur yang berbeda-beda.
2. Dari keseluruhan jumlah jari responden dapat ditemukan 331 pola loop, 130 pola whorl,
dan 39 pola arch. Pola yang terbanyak dari 50 responden adalah pola Loop dan frekuensi
masing-masing pola yakni Tipe Arch 1.29 %, tipe Loop 67.10% dan tipe Whorl 31.61
%. Pola data tersebut menunjukan bahwa loop memiliki jumlah yang terbanyak. Dari data
frekuensi terlihat bahwa loop memiliki jumlah terbanyak, hal ini terjadi karena sebagian
besar mahasiswa memiliki kulit sawo matang yang merupakan ciri khas kulit daerah
orang tropis. Jumlah yang didapat pada saat percobaan menunjukkan bahwa besar tipe
jari yang mereka miliki adalah loop, kemudian baru whorl dan yang paling sedikit adalah
arch, karena merupakan bentuk gerigi yang dimiliki oleh sebagian besar orang yang
berkulit hitam.
3. Berdasarkan hasil perhitungan melalui data yang telah dikumpulkan, di dapat hasil ∑x2
= 521.
Berdasarkan hasil interpretasi dengan membandingkan nilai ∑x2 dan tabel x2
diperoleh Fhitung > Ftabel yaitu 521 > 5,99 berarti H0 diterima
Ha diterima = percobaan tidak sesuai dengan teori
Referensi

Indah, Y. Mahriani, Rike, O. (2019). Pola Sidik Jari Tangan dan Ciri Fisik Penderita Sindrom
Down Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Jember. Berkala Sainstek. 7(2). 34-38.

Jodion, S. Evita, A. S, F. H. (2010). Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah Sulur Serta Besar
Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi. Biospecies.
2(2). 12-17.

Meliya, W. RRP, Megahati, Weni, N. S. (2015). Pola Khas Yang Ditemukan Pada Sidik Jari Dan
Telapak Tangan Pada Anak-Anak Tuna Netra Di Kota Padang. BioConcetta. 1(2).

Sidik, J. I, Rahasia Analisa Sidik Jari, OutofTheBox, 2019.

Soepriyo, A. 1989. Dermatoglifik ensiklopedi nasional Indonesia 4. Jakarta : Cipta Adi Pustaka.
Soekarto, A. 1978. Teknik dermatoglifik yang diterapkan dalam kedokteran. B Ilmu Kedokteran.
Jakarta : UI Press.

Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.

Trisnawati, M. Vina, P. Febiyolan. (2020). Pola Sidik Jari Besaran Sudut Axial Triradius Digital
(ATD) pada Pengguna Narkotika Jenis Shabu-Shabu di Kota Palembang. Magna Medica.
7(2).

Widianti, T., Aini H.N. 2014. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA
Unnes.
Yatim, Wildan. 2003 . Genetika Cetak Ulang Edisi Ke 5. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai