Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

PERSILANGAN DIHIBRID

ABDURRAHMAN
A1C410044

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai persilangan


dihibrid dan menguji hasilnya dengan menggunakan uji Tes Chi- Square. Dihibrid
merupakan bagian dari hukum Mendel II, yaitu pengelompokan gen secara bebas
(Independent Assortment of Genes). Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan
genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus
memperlihatkan hubungan dominan dan resesif.

Kata kunci : Dihibrid Mendel, Chi-square

PENDAHULUAN

Dihibrid merupakan bagian dari hukum Mendel II, yaitu pengelompokan gen
secara bebas (Independent Assortment of Genes). Hukum ini berlaku ketika pembentukan
gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis.
Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid, yakni persilangan dari
individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda. Disebut juga Hukum Asortasi
(Yatim, 1983 : 36).

Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada
penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w),
dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan bahwa warna
biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan nisbah 3:1.
Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan
nisbah fenotipe 9:3:3:1. Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan
genotipe-genotipe yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett
(Crowder, 1999 : 30).

1
Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan


kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan
cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada
kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut mengalami
pemilihan bebas secara meiosis (Goodenough, 1984).

Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada
pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Pengamatan
ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak,
yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan
secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada
keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat
beda (Pai, 1992 : 42).

Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi
yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog
pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4
macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-
periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang
dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida
adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan
hubungan dominan dan resesif (Stansfield, 1991).

Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning, 101 ercis
keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriput-hijau. Ciri khas karya Mendel yang
cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe
terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya. Hanyalah 32 ercis
keriput-hijau yang merupakan genotipe tunggal. Hasil-hasil ini membuat Mendel
mendirikan hipotesisnya yang terakhir (hukum Mendel kedua): Distribusi satu pasang
faktor tidak bergantung pada distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum
pemilihan bebas (Kimball, 1983 : 46).

Mendel memperoleh bukan hanya dua tipe induk, tetapi juga dua tipe baru sebagai
hasil dari pencampuran karakter dari kedua induk. Ini menunjukkan bahwa kedua faktor
tersebut tidak cenderung tinggal bersama dalam kombinasi yang sama dengan di mana

2
Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

mereka ditemukan pada induk asli, P1 nya. Pemisahan kelakuan di antara gen-gen inilah
yang dinamakan hukum pemilihan bebas (Winchester, 1958).

Pada persilangan dihibrid pada tanaman kapri, yaitu memiliki sifat warna kuning
dan bentuk biji bulat (dominan) dengan biji berkerut dan warna hijau (resesif). Jika F1
diturunkan sesamanya menghasilkan F2, jika X2hit < X2tabel maka hasil percobaan sesuai
dengan Hukum Mendel (Hasyim, 2005). Metode chi kuadrat adalah cara yang dapat kita
pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan dengan hasil
yang diharapkan (Kusdiarni, 1999 : 64).

Untuk dapat menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak
dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya
penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Metode tersebut dikenal dengan
uji Chi-Square yang dapat digunakan untuk membandingkan data percobaan yang
diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis
secara teoritis ( Crowder,2006 :34). Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut
dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan
dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Anonim, 2011):

Beberapa sifat muncul tidak sesuai genetic, artinya terjadi peristiwa penyimpangan.
Penyimpangan juga dapat dilihat dari adanya perbedaan perbandingan. Perbandingan
fenotipe yang ditentukan pada persilangan monohibrid dan dihibrid pada dasarnya
hanyalah perbandingan teoritis. Jika diambil dari data hasil percobaan sendiri,
perbandingan tersebut tidak akan sama persis, tetapi mendekati ke angka tersebut. Suatu
data dikatakan baik jika hasil percobaan mendekati nilai teoritis, artinya tidak ada faktor-
faktor lain yang mengganggu. Akan tetapi, jika nilai observasi dengan jumlah yang
diharapkan jauh dari satu data tersebut, berarti terdapat faktor lain di luar sifat genetis. Hal
inilah yang meyebabkan timbulnya penyimpangan-penyimpangan(Yatim, 1980 : 38).

METODE PELAKSANAAN

3
Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

Praktikum ini di laksanakan pada tanggal 20 November 2012 di gedung G3


Universitas Jambi pukul 14:00 WIB. Alat dan bahan yang di gunakan antara lain adalah
kancing genetika yang dibuat dari kertas kacang berwarna merah, putih, hijau, kuning
pena, dan buku tulis. Prosedur kerjanya adalah kancing genetika yang telah dibuat,
digabungkan antara warna merah dengan warna hijau, warna merah dengan warna kuning,
warna putih dengan warna hijau, dan warna putih dengan warna kuning. Masing-masing
berjumlah 8 buah sehingga semua jumlahnya 32 buah yang diletakkan dalam dua kantong
pada baju praktikum, dengan ketentuan dalam satu kantong terdapat masing-masing 4
(warna merah hijau), 4 (warna merah kuning), 4 (warna putih hijau), dan 4 (warna putih
kuning). Kemudian secara acak kancing tersebut diambil masing-masing satu dari setiap
kantong dengan ketentuan bahwa jika kancing yang terambil adalah kombinasi berwarna
merah dan hijau pada tangan kanan atau pada kedua tangan (kiri dan kanan) maka
genotifnya R_G_, dan fenotifnya adalah merah bulat, jika yang diambil adalah kombinasi
warna merah dan kuning pada tangan kiri, dan pada tangan kanan tidak ada warna hijau,
maka genotifnya adalah R_gg dan fenotifnya merah lonjong, jika yang diambil adalah
kombinasi warna putih dan hijau pada tangan kanan dan pada tangan kiri tidak ada warna
merah maka genotifnya adalah rrG_ dan fenotifnya putih bulat, dan jika yang diambil
adalah kombinasi warna putih dan kuning pada kedua tangan (kanan dan kiri), maka
genotifnya adalah rrgg dengan fenotif putih lonjong. Percobaan ini di lakukan sebanyak 10
kali pengulangan. Dan di catat hasilnya pada tabel pengamatan. Kemudian dihitung
persentasi masing-masing genotif dan dilakukan pengujian Chi-Square terhadap data kelas
dengan menggunakan tabel Chi-Square sebagai pedoman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil data pengamatan perseorangan

Pengambila R_G_ R_gg rrG_ rrgg Jumlah


n Ke- Merah Bulat Merah Lonjong putih Bulat putih lonjong

1. 9 3 3 1 16
2. 8 4 3 1 16
3. 10 2 3 1 16
4. 9 3 3 1 16
5. 9 3 4 0 16
6. 10 2 3 1 16
7. 7 4 4 1 16

4
Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

8. 8 3 4 1 16
9. 10 2 2 2 16
10. 8 4 3 1 16
JUMLAH 88 30 32 10 160

Tabel 2. Hasil data pengamatan kelompok

Pengambila R_G_ R_gg rrG_ rrgg Jumlah


n Ke- Merah Bulat Merah Lonjong putih Bulat putih lonjong

Gustri 91 26 29 14 160
Susi 96 26 29 9 160
Uul 90 29 31 10 160
Nurul K. 95 31 24 10 160
Rafa 84 36 33 7 160
Fajar 100 22 26 12 160
Rahman 88 30 32 10 160
Rini 87 33 32 8 160
JUMLAH 731 233 236 80 1280

Tabel 3. Hasil data pengamatan kelas

Pengambila R_G_ R_gg rrG_ rrgg Jumlah


n Ke- Merah Bulat Merah Lonjong putih Bulat putih lonjong

1. 430 146 172 52 800


2. 731 233 236 80 1280
3. 273 95 92 20 480
4. 545 181 167 67 960
5. 285 63 73 59 480
6. 620 217 210 73 1120
7. 633 202 214 71 1120
8. 471 194 200 95 960
JUMLAH 3988 1331 1364 517 7200

Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi
yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog
pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4
macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-
periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang
dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida
adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan
hubungan dominan dan resesif (Stansfield, 1991).

5
Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

Dengan menggunakan kancing genetik yang telah diberi perlakuan seperti pada
metode di atas, maka di cari genotif dan peniotifnya serta persentasi rasionya. Selain itu,
data-data yang telah diperoleh di uji kebenarannya menggunakan rumus Chi-Square.
Pada percobaan yang telah dilakukan diambil datanya perseorangan, kelompok, dan kelas.
Rasio fenotif data perseorangan yang didapat merah bulat : merah lonjong : putih bulat :
putih lonjong adalah 88 : 30 : 32 : 10. Dengan rasio persentasi 55% : 18,75% : 20% ;
6,25%. Hal tersebut membuktikan bahwa perbandingan rasionya hampir sama dengan
rasio fenotif klasik yaitu 9 : 3 : 3: 1 sehingga masih dapat diterima kebenarannya. Untuk
data kelompok rasio fenotif yang didapat adalah 731 : 233: 236 : 80 dengan persentasi
rasionya 57,11% : 18,20% : 18,44% : 6,25 setelah membandingkan dengan rasio klasik
yaitu 9 : 3 : 3: 1 maka rasio fenotif tersebut masih bisa diterima karena hampir sama
dengan rasio klasik yang seharusnya diharapkan. Sedangkan untuk data kelas, di sini
digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan kebenaran dari data kelas yang
diperoleh. Menurut Crowder 92006 :34), untuk dapat menentukan apakah suatu fenomena
yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian
dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Metode
tersebut dikenal dengan uji Chi-Square yang dapat digunakan untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan
berdasarkan hipotesis secara teoritis.
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel diatas, maka pengujian yang
digunakan adalah menggunakan tes Chi-Square. Hasil yang diperoleh dari perhitungan
tersebut adalah X2hit = 11,5 sedangkan X2tabel = 7,82. Jika X2hit ≤ X2tabel maka hipotesis
diterima dan data tersebut sesuai kebenarannya menurut hukum mendel II. Dari hasil
perhitungannya ternyata X2hit > X2tabel ( 11,5 > 7,82 ). Hasil ini membuktikan bahwa hasil
yeng diperoleh tidak bisa diterima dan menyimpang jauh dengan hukum mendel II.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dihibrid merupakan bagian dari
hukum Mendel II, yaitu pengelompokan gen secara bebas (Independent Assortment of
Genes). Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah
9:3:3:1. Setelah di uji kebenaran data kelas menggunakan persamaan Chi-square ternyata
hasil perhitungan yang diperoleh ternyata X2hit > X2tabel ( 11,5 > 7,82 ). Hasil ini
membuktikan bahwa hasil yeng diperoleh tidak bisa diterima dan menyimpang jauh
dengan hukum mendel II.
6
Jurnal Praktikum Genetika 20 November 2012

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Simulasi Percobaan Monohibrid Mendel. http://bima.ipb.ac.id/~tpbipb/


materi/prak_biologi/SIMULASI%20PERCOBAAN%20MONOHIBRID%20M
ENDEL.pdf. diakses tanggal 18 November 2012.

Crowder, L.V. 1999. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada Uiversity Press.

Goodenough, U. 1984. Genetika. Jakarta : Erlangga.

Kimball, J.W. 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Kusdiarni, N. 1999. Genetika. Jakarta : Erlangga.

Pai, A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat. Jakarta : Erlangga.

Stansfield, W.D. 1991. Genetika. Jakarta : Erlangga.

Yatim, W. 1983. Genetika. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai