Anda di halaman 1dari 19

IMITASI PENAMPILAN MODIFIKASI RASIO FENOTIPE

(Laporan Praktikum Genetika)

Oleh :

Siti Nurlela Wati

2017061020

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Imitasi Penampilan Modifikasi Rasio Fenotipe.

Tanggal praktikum : Kamis,14 Oktober 2021

Tempat Praktikum : Laboraturium Botani 1

Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui macam-macam fenotipe dan


penyimpanganya.

Nama : Siti Nurlela Wati

NPM : 2017061020

Jurusan :Biologi

Fakultas :Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : 2 (Dua)

Bandar Lampung,14 Oktober 2021

Menyetuhui,

Asisten

Aura Priscilla Sabatini

NPM:1817021009
I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang diketahui bahwa sifat-sifat yang diwariskan oleh induk kepada
keturunanya dan Mendel melakukan membuat suatu model pewarisan sifat-
sifat tersebut yang kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu dengan
mengunakan metode matematis yang membantu menganalisis data yang
dihasilkan.
Faktor keturunan pada setiap individu terdapat secara berpasangan dalam
bentuk unit. Mendel berpendapat bahwa pasangan tersebut terpisah secara
seimbang dalam bentuk komponen reproduksi jantan dan betina (gamet).
Dengan demikian, masing-masing karakter ini akan diwariskan pada generasi
berikutnya.
Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Mendel menggunakan kacang ercis
Pisum sativum, Mendel menarik kesimpulan bahwa dua alel yang berlawanan
untuk sifat tertentu seperti fenotip tinggi dan pendek. Alasan Mendel memilih
kacang ercis dikarenakan kacang ercis mudah diamati fenotipnya, dapat hidup
relatif singkat.

Apabila kita menghadapi suatu peristiwa/kejadian yang tidak dapat di


pastikan akan kebenarannya biasanya digunakan berbagai macam istilah
seperti kemungkinan atau peluang dan sebagainya. Misalnya, Seorang ibu
yang menghadapi kelahiran anaknya tentunya menghadapi kemungkinan
apakah anaknya laki-laki ataukah perempuan. Dalam ilmu Genetika,
kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya, soal pemindahan
gen-gen dari orang tua/induk ke gamet-gamet, jenis spermatozoa yang
membuahi sel telur, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga
terjadi berbagai kombinasi (Suryo, 2011).
Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah percobaan untuk membuktikan
teori Mendel dengan rasio fenotip F2 yang diperoleh 9:3:3:1 melalui imitasi
perbandingan genetis dan untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan
gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu sehingga akan bertemu
secara acak atau random.

Ketika Columbus mendarat di dunia baru (sekarang dikenal Amerika Serikat),


ia membuat tulisan singkat tentang suatu tumbuhan bangsa padi-padian yang
banyak ditanam oleh penduduk asli. Sekitar tahun 1800 diketahui bahwa
tumbuhan itu dinamakan jagung (Zea mays). Setelah itu, tanaman ini sukses
disomestikasi di berbagai daerah Pada akhir tahun abad 19 dikenal proses
meiosis, fertilisasi dan siklus tanaman jagung. Berdasarkan penemuan Mendel
kemudian diketahui bahwa persilangan dihibrid pada jagung menghasilkan
keturunan dengan rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1 dengan kombinasi genotip sebagai
berikut: 9 A-B- : 3 A-bb : 3 aaB- : 1 aabb (16 jenis kombinasi). Akan tetapi di
lapangan ditemui beberapa macam rasio fenotip lainnya yang sesungguhnya
merupakan modifikasi rasio di atas, seperti: 13 : 3, 9 : 7, 15 :1, 9 : 3 : 4, dan
12 : 3 :1. Dapat dilihat bahwa pada semua rasio fenotip tersebut masih tetap
menunjukkan adanya 16 kombinasi. Terjadinya berbagai modifikasi rasio 9 :
3 : 3 : 1 tersebut disebabkan oleh adanya interaksi antar gen.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Menunjukkan macam-macam penyimpangan rasio fenotip.
2. Untuk Menyebutkan jenis penyimpangan rasio fenotip.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Imitasi merupakan bagian dari teori Social Learning (Teori Pembelajaran


Sosial). Prinsip dasar social learning menyatakan sebagian besar dari yang
dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation), penyajian contoh
perilaku (modeling) (Kusuma, 2012).

Perbandingan genetis merupakan suatu cara membedakan dua hal atau tiga
hal berbeda dalam pewarisan sifat dari orang tua kepada keturunannya yang
akan menghasilkan perbandingan yang signifikan (Cahyono, 2010).Imitasi
perbandingan genetis adalahperbandingan yang dimiliki makhluk hidup
yang tidak dimiliki oleh orang lain karena memperhitungkan sifat genetik
yang dimiliki seseorang masing-masing berbeda(Cahyono, 2010).

Interaksi Gen

Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang


tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-
fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen
nonalelik (Ramandhani, 2013).

Selain terjadi interaksi antar alel, interaksi juga dapat terjadi secara genetik.
Selain mengalami berbagai modifikasi rasio fenotipe karena adanya
peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap
hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe, tetapi
menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau
interaksi dua pasang gen nonalelik. Peristiwa interaksi gen pertama kali
dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka mengamati
pola pewarisan bentuk jengger ayam (Suryo, 2011).

Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger ercis


menghasilkan keturunan dengan bentuk jengger yang sama sekali berbeda
dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil persilangan) ini
memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger
walnut disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan
fenotipe walnut : mawar : ercis : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1. Dari fenotipe
tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah
dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal (Ramandhani, 2013).

Munculnya fenotipe jengger tunggal dan walnut, mengindikasikan adanya


keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan
suatu fenotipe. Kedua pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh
fenotipe mawar dan fenotipe ercis (Ramandhani, 2013).

Penyimpangan Hukum Mendel

Penyimpangan semu hukum Mendel terjadinya suatu kerjasama berbagai


sifat yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti hukum-
hukum perbandingan genotip dari Mendel (Susanto, 2011).Penyimpangan
semu terjadi karena interaksi antar alel dan genetik sebagai berikut (Susanto,
2011). Beberapa jenis penyimpangan semu hokum mendel diantaranya
interaksi alel,kodominan,alel ganda,interaksi gen,epistasis dan
hipostatis,kriptomeri,atvisme dan pesilangan respirok.
III.METODELOGI

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya Tongkol jagung
dengan aneka warna biji sedemikian rupa sehingga memperlihatkan
modifikasi rasio tertentu.

B. Langkah Kerja

Adapun langkah-langkah pada percobaan kali ini adalah ssebagai berikut:


1. Amatilah dengan seksama tongkol jagung yang telah disediakan
kemudian hitung dan kelompokkan bijinya berdasarkan warnanya.
2. Catatlah hasil pengamatan saudara pada tabel yang telah disediakan
pada lembar laporan kegiatan.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tong Warna biji Jumlah Rasio Jenis


kol yang Epistasis
Diharapkan Diperoleh
1 Merah 24 13:3 1 Dominan
Kuning 224 9,33 Resesif
Biru 58 2,416
2 Merah 77 9:7 1 Resesif
Kuning 119 1,54 Ganda
Biru 78 1,01
3 Merah 90 15:1 1,5 Dominan
Kuning 208 3,46 Ganda
Biru 60 1
4 Merah 43 9:3:4 1 Resesif
Kuning 241 5,6
Biru 73 1,69

B. Pembahasan
Dari data diatas,diperoleh hasil bahwa kemungkinan atau peluang yang
dimiliki setiap gen berbeda. Dan setiap kemungkinan gen memiliki
peluang,namun persentase peluang tiap gen berbeda.
Gambaran tentang persentase gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet
akan bertemu secara acak (Random) juga berbeda. Dari data diatas
diperoleh hasil sebagai berikut:

A. Pada tongkol jagung 1 dengan warna


Merah 24,kuning 224,biru 58 dengan rasio yang diharapkan 13:3 dan yang
didapatkan dengan rasio 1:9,33 : 2,416. Nama jenis epistasisnya adalah
Dominan Resesif.
B. Pada tongkol jagung 2 dengan warna
Merah77 ,kuning 119,biru 78 dengan rasio yang diharapkan 9:7 dan yang
didapatkan dengan rasio 1:1,54 : 1,01. Nama jenis epistasisnya adalah
Resesif Ganda.
C. Pada tongkol jagung 3 dengan warna
Merah 90 ,kuning 208,biru 60 dengan rasio yang diharapkan 15:1 dan
yang didapatkan dengan rasio 1,5:3,46:1. Nama jenis epistasisnya adalah
Dominan Ganda.
D. Pada tongkol jagung 4 dengan warna
Merah 43 ,kuning 241,biru 73 dengan rasio yang diharapkan 9:4:3 dan
yang didapatkan dengan rasio 1:5,6,:1,69. Nama jenis epistasisnya adalah
Resesif.

 Beda rasio fenotip dihibrid dan monohybrid


Mono berarti tunggal dan hibrida untuk jenis campuran. Monohibrid
adalah jenis hibrida yang hanya ada satu perbedaan sifat pada orang tua;
hibrida ini memiliki konfigurasi heterozigot pada gen tertentu. Persilangan
monohibrid adalah persilangan antara dua organisme normal dari spesies
yang berbeda untuk mempelajari pewarisan sepasang alel tunggal.
Akibatnya, menghasilkan beberapa rasio genotif, fenotipik dan uji rasio
silang. Rasio monohibrid genotipik generasi F2 adalah 1: 2: 1; rasio
monohibrid fenotipik adalah 3: 1 dan uji rasio silang dalam persilangan
monohibrid adalah -1: 1.
Dalam silang monohibrid, fokus utamanya adalah pada fenotipe dan
genotipe keduanya. Sebagai contoh, Fenotipe dari tanaman warna kuning
adalah (YY), dan fenotipe tanaman warna hijau adalah (yy), ketika mereka
disilangkan, gamet akan heterozigot. Fenotipe dua akan berwarna kuning,
tetapi genotipe akan menjadi (Yy), satu akan menjadi (YY) berwarna
kuning, dan satu akan berwarna hijau (yy). Rasio fenotipikal akan menjadi
3: 1 dan rasio genotip akan menjadi 1: 2: 1.
Dihibrid adalah jenis hibrida di mana ada dua perbedaan sifat hadir dalam
orang tua; hibrida ini memiliki konfigurasi heterozigot untuk alel dari dua
gen yang berbeda. Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua
organisme normal dari spesies yang berbeda untuk mempelajari pewarisan
dua pasang alel. Akibatnya, menghasilkan beberapa rasio genotif,
fenotipik dan uji rasio silang. Rasio genotipik dihibrid dari generasi F2
adalah 1: 2: 1: 2: 4: 2: 1: 2: 1, rasio dihiprida fenotipik adalah 9: 3: 3: 1
dan uji rasio silang dalam salib dihibrid adalah -1: 1: 1: 1.

Dalam persilangan dihibrid, dua karakteristik disilangkan bersama untuk


mendapatkan hasil akhir. Misalnya, bentuk kacang dan warnanya. Satu
atau dua alel Y akan memberikan warna kuning atau fenotipe, sedangkan
alel (yy) akan memberikan warna hijau. Berikut ini dua alel lagi yang akan
memberi bentuk kacang sebagai bulat atau keriput. Alel dominan (R) akan
mengubah kacang menjadi bentuk bulat, dan alel (r) akan mengubahnya
menjadi bentuk keriput.

monohibrid Dihibrid

Mono berarti tunggal dan Di berarti ganda dan hibrida


Pengertian
hibrida adalah jenis campuran. adalah campuran.

Orangtua pada monohibrid Orang tua dalam dihibrid


Sifat
hanya memiliki satu perbedaan memiliki perbedaan sifat
Orangtua
sifat. ganda.

Persilangan monohibrid
Persilangan dihibrid digunakan
digunakan untuk mempelajari
Penggunaan untuk mempelajari pewarisan
pewarisan pasangan alel
dua alel yang berbeda.
tunggal.

Rasio Rasio genotip monohibrid Rasio genotip dari dihibrid


Genotip adalah 1: 2: 1 dari generasi F2. adalah 1: 2: 1: 2: 4: 2: 1: 2: 1.
Rasio fenotipik monohibrid
Rasio fenotip 9:3:3:1.
adalah 3: 1 dari generasi F2.

Rasio uji Rasio uji silang monohbrid


-1:1:1:1.
silang adalah -1: 1.

 Jenis-jenis penyimpangan semu Hukum Mendel :


Penyimpangan Hukum Mendel dikenalkan oleh Gregor Johann Mendel,
bapak genetika dunia. Istilah penyimpangan ini berawal dari ditemukannya
sifat-sifat menyimpang dari persilangan yang seharusnya. Ada
penyimpangan semu Hukum Mendel dan penyimpangan Hukum Mendel.
Sebelumnya, Mendel mampu merumuskan perbandingan keturunan hasil
persilangan monohibrid (satu sifat beda) dan dihibrid (dua sifat beda),
yaitu sebagai berikut : 1. Filial 2 (F2) monohibrid memiliki perbandingan
fenotip 3 : 1. 54 .Filial 2 (F2) dihibrid memiliki perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Tetapi dari perbandingan tersebut ternyata muncul suatu permasalahan
yang kemudian melatarbelakangi tercetusnya penyimpangan Hukum
Mendel. Hasil persilangan yang masih mengacu pada perbandingan
Mendel disebut sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel, sedangkan
hasil persilangan yang jauh berbeda dengan hasil perbandingan Mendel
disebut penyimpangan Hukum Mendel. Tapi, keduanya tetap termasuk
dalam penyimpangan Hukum Mendel.

Penyimpangan Semu Hukum Mendel merupakan suatu bentuk persilangan


yang dapat menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid
berdasarkan hukum Mendel. Fenotip sendiri merupakan suatu karakteristik
yang bisa diamati dari suatu organisme yang dapat diatur oleh genotip
dengan lingkungan atau interaksi antar keduanya. Karakteristik dari
fenotip mencangkup biokimia, struktural, perilaku, dan fisiologis serta dari
berbagai tingkat gen dari suatu organisme. Disebut semu karena
sebenarnya hukum mendel masih berlaku dalam pola pewarisan tersebut,
hanya terdapat sedikit kelainan akibat sifat gen-gen yang unik.
Penyimpangan semu hukum mendel dapat diamati pada kasus kodominan,
interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasishipostasis, gen komplementer,
atavisme, dan gen dominan rangkap. Berikut beberapa mengenai jenis-
jenis penyimpangan semu hukum mendel.
Interaksi alel adalah berbagai bentuk interaksi alel yang merupakan
interaksi dominan tidak sempurna, kodominan, variasi dua atau lebih gen
sealel (alel ganda), dan alel letal. Dominansi tidak sempurna (Incomplete
Dominance) adalah alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif
sepenuhnya sehingga keturunan yang heterozigot memiliki sifat setengah
dominan dan setengah resesif.

1. Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen.
Umumnya gen tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat
terjadi akibat mutasi dan mutasi menyebabkan banyak variasi alel.
Gejala adanya dua atau lebih fenotipe yang muncul dalam suatu populasi
dinamakan polimorfisme.Alel letal adalah alel yang dapat menyebabkan
kematian bagi individu yang memilikinya. Alel letal resesif adalah alel
yang dalam keadaan homozigot resesif dapat menyebabkan kematian.
Contoh alel letal resesif adalah albino pada tumbuhan dan sapi bulldog.
Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan dominan dapat
menyebabkan kematian. Contohnya ayam jambul.
2. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen
tersebut berdiri sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi
dengan gen dominan lainnya, maka sifat gen dominan yang tersembunyi
sebelumnya akan muncul. Contoh kriptomeri adalah persilangan pada
bunga Linaria maroccana yang menghasilkan perbandingan fenotipe
bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4
3. KODOMINAN Merupakan ekspresi dua alel secara bersamaan yang
kemudian menghasilkan fenotip berbeda. Alel-alel kodominan ditulis
dengan huruf kapital dengan tambahan huruf lain di atasnya.
Kodominan juga dapat diartikan dengan hubungan antara dua versi gen
yang sama. Individu menerima versi gen, yang disebut alel, dari masing-
masing orangtua. Jika alel berbeda, alel dominan biasanya akan
diekspresikan, sedangkan efek alel lainnya, yang disebut resesif,
ditutupi. Tetapi ketika ada kodominan, maka kedua alel tidak resesif dan
fenotip dari kedua alel diekspresikan.

Contoh yang kasus kodominan adalah pola pewarisan sistem MN pada


golongan darah manusia. Contoh kodominansi yang terjadi pada
manusia adalah golongan darah. Ada tiga versi gen yang berbeda untuk
protein yang muncul di luar sel-sel darah kita dan membantu tubuh kita
untuk mengidentifikasi sel sebagai sel mereka sendiri. Alelalel ini
adalah A, B, dan O. Alel “O” sebenarnya tidak mengkode untuk protein
sama sekali, sehingga orang dengan “O” kekurangan sifat baik protein A
dan B. Protein A dan B, di sisi lain, adalah kode untuk dua protein yang
berbeda. Protein ini, seperti warna yang berbeda dalam bunga, dapat
muncul bersama. Seseorang yang mewarisi alel A dari satu orangtua dan
alel B dari yang lain akan mengekspresikan kedua protein secara
kodominan, menghasilkan golongan darah AB. Ciri “O”, di sisi lain,
adalah contoh yang baik dari hubungan dominan / resesif: jika A atau B
diekspresikan, sifat “O” tidak ditampilkan.
4. DOMINANSI TIDAK SEMPURNA
Alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhna. Akibatnya,
individu yang heterozigot memiliki sifat yang setengah dominan dan
setengah Genetika Dasar _ 59 resesif. Misalnya, tanaman bunga
snapdragon merah disilangkan dengan tanaman snapdragon putih.
Ternyata menghasilkan anakan tanaman berbunga merah muda. Hasil
persilangan sesama tanaman berbunga merah muda menghasilnya rasio
keturunan ¼ merah, ½ merah muda, dam ¼ putih. Hasil uji silang
menunjukkan hasil 50% merah muda dan 50% putih, sedangkan
persilanganbalik menghasilkan 50% merah dan 50% merah muda.

5. POLIMERI Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen


bukan sealel namun mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri
memiliki letak lokus yang berbeda, polimer bentuk interaksi gen yang
bersifat kumulatif atau saling menambah. Polimeri terjadi akibat
interaksi atara dua gen atau lebih sehingga disebut juga sifat gen ganda.
Pada permasalahan polimeri terdapat beberapa ciri-ciri yang
menandakan bahwa adanya polimeri, yaitu semakin banyaknya gen yang
bersifat dominan maka sifat karakteristiknya semakin kuat. Hasil dari
persilangan polimeri biasanya mempunyai fenotip pada F2 nya adalah
15:1 (Astarini, 2018).

6. ATAVISME (INTERAKSI GEN) Pada persilangan dihibrid hukum


Mendel, kedua alel yang terlibat memberikan kontribusi pada fenotip
keturunannya secara bebas (independent). Ketika Mendel menyilangkan
tanaman kacang ercis homozigot round-yellow.ialah satu contoh
fenomena atavisme adalah interaksi bentuk pada pial (jengger) ayam
yang pertama kali di perkenalkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet.
Karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen
yang berinteraksi. Pada beberapa jenis ayam, gen R mengatur jengger
untuk bentuk ros, gen P untuk fenotip pea, gen R dan gen P jika
bertemumembentuk fenotip walnut. Adapun gen r bertemu p
menimbulkan fenotip single. Berdasarkan hasil persilangan tersebut, kita
mendapatkan rasio fenotip 9 Walnut : 3 Ros : 3 Pea : 1 Single. Berbeda
dengan persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan kacang ercisnya
maka sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam sangatlah ganjil.
Dengan adanya interaksi antara dua gen dominan dan gen resesif
seluruhnya akan menghasilkan variasi fenotip baru, yakni ros dan pea.
Gen dominan R yang berinteraksi dengan gen dominan P akan
menghasilkan bentuk jengger pea. Perbedaan bentuk jengger ayam ini
dinamakan dengan atavisme.

7. ALEL LETAL

Alel letal merupakan alel yang dapat menyebabkan kematian bagi


individu yang memilikinya. Kematian terjadi pada individu tersebut
karena tugas gen aslinya adalah untuk menumbuhkan karakter atau
bagian tubuh yang sangat penting. Adanya gen letal akan membuat
pertumbuhan karakter atau bagian tubuh vital terganggu dan dapat
menyebabkan individu mati. Kematian karena alel letal dapat terjadi
pada stadium embrio awal atau sampai beberapa waktu setelah
dilahirkan. Alel letal terjadi saat keadaan homozigot biasanya
mengakibatkan hidup sehat sampai dewasa. Ada dua alel letal, yaitu alel
letal resesif dan alel letal dominan.

Contoh fenomena homozigot letal adalah pada penentuan warna bulu


tikus. Mutasi yang menyebabkan munculnya warna bulu kuning pada
tikus merupakan salah satu contoh gen letal bekerja. Warna bulu kuning
bervariasi dari warna normal agouti (wild type). Persilangan variasi
warna yang ada menghasilkan strain tikus dengan warna bulu yang tidak
seperti wild type (Agouti). Munculnya variasi warna ini dapat dijelaskan
meskipun dikendalikan oleh sepasang alel, pada alel mutan kuning
(AY), alel ini besifat dominan terhadap alel wild type (Agouti /A),
sehingga tikus heterozigot akan memiliki warna bulu kuning. Nmaun
dalam kondisi alel kuning homozigot, tikus akan mati.

8. EPISTASIS DAN HIPOSTASIS


Epistasis dan hipostatis adalah salah satu bentuk interaksi antara gen
dominan yang mengalahkan gen dominan lainya. Epistasis berarti
menutupi dan hipostatis berarti tertutupi. Pada peristiwa epistasis, gen
yang bersifat epistasis tidak akan menutupi gen yang menjadi
pasangannya, tetapi akan menutupi gen lain yang bukan pasangannya.
Peristiwa epistasis dibedakan menjadi epistasis dominan dan epistasis
resesif. , epistasis resesif yaitu gen dengan alel homozigot resesif
mempengaruhi gen lain, epistasis gen dominan rangkap adalah peristiwa
dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotipe
tunggal, dan komplementer adalah interaksi beberapa gen yang saling
melengkapi. Interaksi gen tersebut disebut juga epistasis gen resesif
rangkap.
9. Persilangan resiprok (persilangan kebalikan) ialah persilangan tukar
kelamin atau persilangan ulang dengan jenis kelamin yang
dipertukarkan. Persilangan yang merupakan kebalikan dari persilangan
yang semula dilakukan. Sebagai contoh dapat digunakan percobaan
Mendel lainnya (Suryo, 2011):
H = Gen yang menentukan buah polong berwarna hijau
h = Gen yang menentukan buah polong berwarna kuning

Mula-mula, serbuk sari dan bunga pada tanaman berbuah polong hijau
diserbukkan pada putik bunga pada tanaman berbuah polong kuning.
Pada persilangan berikutnya cara tersebut diatas dibalik. Dari kedua
macam persilangan tersebut adalah ternyata didapatkan keturunan
F1 atau F2 yang sama (Suryo, 2011).

Penyimpangan dari hukum Mendel memang banyak terjadi di alam


bebas. Hal ini dikarenakan sejatinya sangat tidak memungkinkan bagi
sebuah individu yang dilahirkan di alam liar yang terbuka bebas dan
memiliki kondisi yang sangat tidak stabil menghasilkan individu yang
memenuhi hukum-hukum Mendel. Akibat hal tersebut dalam
penerapannya hukum Mendel akan selalu dilanggar, tetapi ada sebuah
persimpangan yang dianggap sangat jauh dari penyimpangan hukum
mendel. Beberapa kasus diantarnya adalah tautan/pautan, pindah silang
dan gagal pindah (Van et al 2016).
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Interaksi gen menyebabkan terjadinya atavisme, polimeri, kriptomeri,


epistasis dan hipostasis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan
rasio tidak sesuai dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya
variasi.
2. Penyimpangan dari hukum Mendel memang banyak terjadi di alam bebas.
Hal ini dikarenakan sejatinya sangat tidak memungkinkan bagi sebuah
individu yang dilahirkan di alam liar yang terbuka bebas dan memiliki
kondisi yang sangat tidak stabil menghasilkan individu yang memenuhi
hukum-hukum Mendel. Akibat hal tersebut dalam penerapannya hukum
Mendel akan selalu dilanggar, tetapi ada sebuah persimpangan yang
dianggap sangat jauh dari penyimpangan hukum mendel. Beberapa kasus
diantarnya adalah tautan/pautan, pindah silang dan gagal .
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, F., 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Institut


Teknologi Bandung.

Ernawiati,Eti,et.al,2019, Penuntun Praktikum Genetika, Program Studi S1


Biologi, Jurusan Biologi FMIPA Unila.

Nusantari, E., 2013. Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar
di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Sains. 1 (1): 59-60.

Oktarisna, F. A., Andy, S., Arifin, N. S., 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna
Polong pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris
L.) Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi
Tanaman. 1 (2): 82-84.

Putri E. D., 2013. Aplikasi Kombinator dalam Analisis Genetika Mendelian.


Jurnal Pendidikan Sains. 1(1): 23-26.

Suryo, 2011. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai