Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENTIKA

ACARA 3

HUKUM MENDEL I

Disusun oleh:

Nama : Putri Wiranti


NPM : E1J020067
Shift : C2, Jumat (Jam 14.00-16.00 WIB)
Dosen : Dr. Ir. Rustikawati, M.Si.
Co-Ass : Shanty Anggraini (E1J017097)

LABORATORIUM AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum mendel I: segregasi adalah pasangan alel memisah (terpisah) selama pembentukan gamet
menggunakan mekanisme pembelahan sel meiosis. Karena, pemisahan ini, masing-masing gamet akan
terdiri dari perempuan dan laki-laki menciptakan pasangan alel lagi. (Arumingtyas, E. L. 2016).

Dalam analisisnya, Mendel menemukan bahwa pasangan alela yang menentukan suatu sifat tertentu
ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan pengecualian yang jarang terjadi di alam tidak ada
pasangan alela yang secara normal dipindahkan secara bersama-sama dari satu generasi ke generasi
yang lain. Fenomena ini yang disebut hukum segregasi atau hukum pemisahan, digambarkan oleh
persilangan F1 x F1 (Pai, 2011).

Menurut Turelli (2016) Mendel menggunakan rasionya untuk mempelajari varian kualitatifnya
untuk menggambarkan perbedaan diskrit yang ditentukan oleh gen individu, dominasi umum yang
tampak dan variasi yang indipenden, variasi alam yang menarik mengenai hibridisasi, persilangan dan
evolusi. Penemuan Mendel yang mendasar sempat diabaikan selama beberapa dekade karena relevansi
perbedaan fenotipnya sempat dipertanyakan.

Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat missalnya
bunga pukul empat Mirabilis jalaps berbunga merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih,
maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan
homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot. Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan
penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang
berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-
jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh
F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih, jika itu kita tumbuhkan
kita peroleh F3 yang berbunga putih. Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang
terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam
perbandingan 1:2:1 lagi. Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara
merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet
(Dwidjosepoetro, 2010).
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip pewarisan sifat.
Pertama, individu yang disilangkan adalah parental atau orangtua (P) dari individu keturunannya. Fillal
adalah keturunan atau anak dari parental. F1 adalah fillal generasi pertama, dan F2 adalah fillal
generasi ke dua. Setiap parental akan menghasilkan gen yang disebut gamet. Gamet disebut juga
dengan istilah sel kelamin. Gamet adalah hasil pembelahan sel pada sebuah individu yang akan
bergabung dengan gamet dari individu lain membentuk individu baru. Persilangan monohibrid adalah
persilangan antara satu gen yang mewakili satu sifat. Persilangan dihibrid adalah persilangan antara
satu gen yang mewakili satu sifat (Cahyono, 2010). Contoh penjelasan simbolik persilangan yang
dikemukakan J.G. Mendel yaitu persilangan monohibrid. Persilangan monohibrida adalah dasar untuk
ilmu genetika Mendel. Informasi terkait yang berhubungan dengan pemisahan genetik seperti yang
muncul dalam kombinasi monohibrida. Persilangan semacam itu dapat terjadi dalam semua kelompok
organisme utama yang bereproduksi secara seksual (Firdauzi, 2013).

Dominan adalah sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu perkawinan sifat ini
dapat mengalahkan sifat pasangannya.Gen dominan adalah gen yang dapat mengalahkan atau menutupi
gen lain yang merupakan pasangan alelnya, disimbolkan dengan huruf besar. Resesif adalah sifat yang
tidak muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu perkawinan sifat ini dapat dikalahkan (ditutupi)
oleh sifat pasangannya. Gen resesif adalah gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen lain yang
merupakan pasangan alelnya, baru muncul apabila Bersama sama gen resesif lain, disimbolkan dengan

huruf kecil. (Huda, D. N. 2015).

Persilangan dapat dilakukan secara acak maupun terkontrol. Penyebaran gen dengan persilangan
acak dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan diferensi atau persamaan beda hingga.
Penelitian tentang penentuan probabilitas genotip keturunan dalam suatu populasi dengan
menggunakan persamaan diferensi sudah pernah dilakukan. Misalnya, persamaan diferensi
diaplikasikan untuk menentukan probabilitas genotip keturunan hasil persilangan monohibrid pada
kondisi normal. Sedangkan persamaan diferensi diaplikasikan untuk menentukan probabilitas genotip
keturunan hasil persilangan monohibrid pada kondisi terjadi mutasi. Penyebaran gen dengan
persilangan terkontrol dapat diselesaikan dengan diagonalisasi matriks. Untuk mencari probabilitas
genotip dalam persilangan acak tidak dapat menggunakan diagonalisasi matriks karena dalam
persilangan acak akan menghasilkan persamaan-persamaan yang tak linier (Wijayanto dkk., 2013).
Pada kenyataanya nisbah teoritis yang merupakan peluang diperolehnya suatu hasil percobaan
persilangan tidak selalu terpenuhi. Penyimpangan (devisiasi) yang terjadi bukan sekedar modifikasi
terhadap nisbah Mendel seperti yang telah diuraikan di atas, melainkan sesuatu yang adakalanya tidak
dapat diterangkan secara teori. Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah
teoritis (9:3:3:1) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara
statistika. Uji X2 (Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit).
apabila x2h lebih kecil daripada x2t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil
persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X 2h lebih besar daripada
X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel pada nilai
peluang tertentu (biasanya 0,05) (Susanto, 2011).

Informasi genetik diperlukan untuk mengetahui mutu genetik suatu organisme yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi dan persilangan. Salah satu penelitian dasar
untuk menggali informasi genetik adalah pengamatan fenotipik dengan ukuran morfologi. Jarak genetik
merupakan tingkat perbedaan gen (genom) diantara suatu populasi atau spesies (Mariandayani dkk.,
2013). Persilangan monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dari spesies yang sama yang
memiliki satu sifat berbeda. Persilangan monohibrid sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segregasi yang berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang
merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan”. Persilangan dihibrid adalah perkawinan
antara dua individu dari spesies yang sama yang memiliki dua sifat berbeda. Persilangan Dihibrid
sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes” atau
pengelompokan gen secara bebas (Akbar dkk., 2015).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan hukum mendel.
2. Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
3. Memahami pengertian dominan, resesif, genotipe dan fenotipe.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

 Model gen (kancing genetik) 2 warna


 Dua buah toples

2.2 Metode Praktikum

1. Mengambil model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan
dan 30 betina).
2. Menyisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan.
Dimisalkan individu merah dan individu putih.
3. Membuka pasangan gen diatas (langkah 2), dan dimisalkan pemisahan gen pada
pembentukan gamet, baik oleh individu merah dan individu putih.
4. Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya.
Digambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.
5. Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan
pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
6. Selanjutnya, semua model gen jantan merah maupun putih dimasukkan kedalam stoples
jantan dan model gen betina baik merah maupun putih kedalam stoples betina.
7. Dengan tanpa melihat dan sambil mencampur gen-gen tersebut, diambil secara acak sebuah
gen dari masing-masing stoples, kemudian dipasangkan.
8. Dilakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap
pasangan gen yang terambil kedalam tabel pencatatan.
9. Dengan mengembalikan model gen yang terambil dari langkah 8 kedalam stoples masing-
masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi. Melakukan percobaan serupa
untuk pengambilan sebanyak 20x, 40x dan 60x
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Adapun hasil yang didapatkan pada saat melakukan pengamatan adalah antara lain:

Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20x

No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah


1 Merah-merah |||| || 7
2 Merah-putih |||| |||| 9
3 Putih-putih |||| 4

Tabel 2. Pencatatan untuk pengambian 40x

No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah


1 Merah-merah |||| |||| |||| 15
2 Merah-putih |||| |||| |||| ||| 18
3 Putih-putih |||| || 7

Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60x

No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah


1 Merah-merah |||| |||| |||| 14
2 Merah-putih |||| |||| |||| |||| |||| |||| |||| 34
3 Putih-putih |||| |||| || 12
Tabel 4. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected
(E) untuk pengambilan 20x

Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi


(Observasi=O) (Expected) (O-E)
Merah 16 15 1
Putih 4 5 -1
Total 20 20 0

Tabel 5. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected


(E) untuk pengambilan 40x

Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi


(Observasi=O) (Expected) (O-E)
Merah 33 30 3
Putih 7 10 -3
Total 40 40 0

Tabel 6. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected


(E) untuk pengambilan 60x

Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi


(Observasi=O) (Expected) (O-E)
Merah 48 45 3
Putih 12 15 -3
Total 60 60 0
3.2 Pembahasan

Pada praktikum genetika kali ini memasuki ke acara 1 yang berjudul hukum mendel I, praktikan
melakukan uji coba mengamati kancing genetik dengan dua warna yang berbeda yaitu kancing warna
merah sebagai gen dominan dan kancing berwarna putih sebagai gen resesif, dan diambil secara acak
dengan jumlah pengambilan sebanyak 20 kali, 40 kali dan 60 kali.

Menurut Suryati dkk (2016) hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempumyai
satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang berkembangbiak secara seksual terbentuk dari
peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap sifat/ karakter
ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel satu berlaku pada waktu gametogenesis F1 X F1
itu memiliki genotipe heterozigot. Dalam perestiwa meiosis, gen sealael akan terpisah, masing-masing
akan membentuk gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 X F1) dan pada proses fertilisasi
gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat empat macam peleburan
atau perkawinan.
Dari pengamatan yang telah dilakukan menggunakan kancing genetik dengan 2 warna berbeda
yaitu kancing gen berwarna merah dan kancing gen berwarna putih, yang diambil secara acak didalam
toples sebanyak 20x, 40x dan 60x memiliki perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Pada tiap pengambilan
kancing genetik dari dalam toples, dihitung dan dicatat pada tabel pengamatan.
Untuk pengamatan pertama dilakukan pengambilan kancing genetik sebanyak 20x,
menghasilkan tabulasi ijiran untuk pasangan merah-merah sebanyak 7 pasang, tabulasi ijiran pasangan
merah-putih sebanyak 9 pasang, dan tabulasi ijiran putih-putih sebanyak 4 pasang.
Kemudian pada pengamatan kedua dilakukan pengambilan kancing genetik sebanyak 40x,
didapat hasil tabulasi ijiran pasangan merah-merah sebanyak 15 pasang, tabulasi ijiran pasangan
merah-putih sebanyak 18 pasang, dan tabulasi ijiran pasangan putih-putih sejumlah 7 pasang.
Dan pada pengamatan ketiga dilakukan pengambilan kancing genetik sebanyak 60x, didapatkan
tabulasi ijiran pasangan merah-merah berjumlah 14 pasang, tabulasi ijiran pasangan merah-putih
berjumlah 34 pasang, dan tabulasi ijiran pasangan putih-putih berjumlah 12 pasang.
Setelah melakukan pengambilan sebanyak 20x, 40x dan 60x, kemudian selanjutnya menghitung
perbandingan nisbah setiap fenotipe yaitu fenotipe merah dan putih pengamatan
(pengambilan)/observasi (O) dengan nisbah harapan (E) untuk mendapatkan deviasi (O-E). Nisbah
harapan (H) dapat diketahui dengan rumus perbandingannya, untuk fenotipe warna merah (sebagai
dominan) adalah 3/4 kali jumlah pengambilan kancing genetik (20 kali, 40 kali, 60 kali) untuk fenotipe
warna putih (sebagai resesif) adalah 1/4 kali jumlah pengambilan kancing genetik (20 kali, 40 kali, 60
kali).
Pada pengambilan 20 kali, didapatkan fenotipe merah memiliki jumlah 16 dalam observasi (O)
dan harapan berjumlah 15 dari hasil perhitungan menggunakan rumus harapan 3/4 x 20 yaitu 15,
sehingga didapatkan deviasinya (O-E) = (16-15) = 1. Untuk fenotip putih, memilik observasi (O) yang
berjumlah 4, dan memiliki harapan (E) berjumlah 5 dari hasil perhitungan rumus harapan 1/4 x 20 yaitu
5, sehingga deviasinya (O-E) = (4-5) = -1. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 20, harapan
20, dan deviasi total berjumlah 0.
Pada pengambilan 40 kali, didapatkan fenotipe merah memiliki jumlah 33 dalam observasi (O)
dan harapan berjumlah 30 dari hasil perhitungan menggunakan rumus harapan 3/4 x 40 yaitu 30,
sehingga didapatkan deviasinya (O-E) = (33-30) = 3. Untuk fenotip putih, memilik observasi (O) yang
berjumlah 7, dan memiliki harapan (E) berjumlah 10 dari hasil perhitungan rumus harapan 1/4 x 30
yaitu 10, sehingga deviasinya (O-E) = (7-10) = -3. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 40,
harapan 40, dan deviasi total berjumlah 0.
Dan pada pengambilan 60 kali, didapatkan fenotipe merah memiliki jumlah 48 dalam observasi
(O) dan harapan berjumlah 45 dari hasil perhitungan menggunakan rumus harapan 3/4 x 60 yaitu 45,
sehingga didapatkan deviasinya (O-E) = (48-45) = 3. Untuk fenotip putih, memilik observasi (O) yang
berjumlah 12, dan memiliki harapan (E) berjumlah 15 dari hasil perhitungan rumus harapan 1/4 x 60
yaitu 15, sehingga deviasinya (O-E) = (12-15) = -3. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 60,
harapan 60, dan deviasi total berjumlah 0.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perbandingan genotipe
dan fenotipe nya. Perbandingan genotipe dapat dilihat pada tabel hasil 1, 2 dan 3 dengan
perbandingan genotype 1:2:1. Genotipe adalah susunan genetik yang tidak tampak dari
luar, hanya disimbolkan dengan huruf-huruf. Perbandingan fenotipe dapat dilihat
pada tabel hasil 4, 5 dan 6 dengan perbandingan fenotip 3:1. fenotipe adalah Karakter
yang dapat dilihat dan diukur, sifat yang dapat diamati, merupakan interaksi antara faktor
genotipe dan lingkungan. Penampilan individu (tentang sifat fisis, biokemis, fisiologis
dan sebagainya) sebagai hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua atau
parental yang memiliki satu sifat beda (monohibrid). Nisbah pengamatan yang telah dilakukan
semuanya mendekati teori yang ditemukan oleh hukum mendel I. Sifat dominan adalah sifat yang
banyak muncul atau mendominasi hasil persilangan sedangkan sifat resesif adalah sifat yang sedikit
atau kecil munculnya dari hasil persilangan. Genotipe adalah susunan genetik yang tidak tampak, dan
disimbolkan dengan huruf-huruf, sedangkan fenotip adalah sifat yang tampak seperti warna, dan bentuk

4.2 Saran

Untuk kedepannya diharapkan praktikan mempelajari terlebih dahulu materi yang ada di buku
penuntun praktikum dan lebih memerhatikan lagi penjelasan atau arahan dari dosen dan coass agar
kegiatan praktikum dapat berjalan lancar dan lebih baik lagi.
JAWABAN PERTANYAAN

1) Berapa macam pasangan genotip yang anda peroleh?

Jawab: ada 3 macam genotip yang didapat yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm) dan
putih-putih (mm).

2) Berapa perbandingannya?

Jawab: perbandingan genotipnya yaitu 1:2:1, dan dari pengamatan yang dilakukan pada 20x
pengambilan didapatkan perbandingan 7:9:4, untuk 40x pengambilan didapatkan perbandingan
15:18:7, dan pengambilan 60x didapat perbandingan 14:34:12.

3) Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotip yang diperoleh?

Jawab: perbandingan fenotip nya adalah 3 (merah):1 (putih).

4) Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan model 2 ini?

Jawab: kesimpulan yang saya dapatkan adalah gen merah dominan terhadap gen putih, karena gen
merah memiliki genotip merah-merah, merah-putih dan putih-putih dan perbandingan fenotipnya
MM, Mm, dan mm yaitu 1 : 2 : 1 dan rasio fenotipnya 3 : 1.
DAFTAR PUSTAKA

Arumingtyas, E. L. (2016). Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika. Universitas
Brawijaya Press.

Meilinda. (2017). Teori Hereditas Mendel: Evolusi atau Revolusi (Kajian FilsafatSains). JURNAL
PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017.
Dwidjoseputro. 2010. Pengantar Genetika. Bhratar Karya Aksara, Jakarta.

Susanto, H. A. 2011. Genetika. Graham Ilmu, Yogyakarta.

Huda, D. N. (2015). Aplikasi Pembelajaran Persilangan Berdasarkan Hukum Mendel. Jurnal Bangkit
Indonesia, 4(2), 45-45.

Akbar. R. T., S. Hardhienata & A. Maesya. 2015. Implementasi Sistem Hereditas Menggunakan
Metode Persilangan Hukum Mendel untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit
Manusia. Jurnal Online Mahasiswa. 1(1): 1-13.

Wijayanto, D. A., R. Hidayat & M. Hasan. 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam
Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu
Dasar. 14(2): 79-84.

Turelli, M. 2016. Edward East on the Mendelian Basis of Quantitative Trait Variation. Genetics. 204:
1321 – 1323.

Firdauzi, N. F. 2013. Rasio Perbandingan F1 dan F2 pada Persilangan Strain n x b, dan Strain n x tx
Serta Resiproknya. Jurnal Biology Science & Education.

Suryati Dotti, dkk. 2016. Penuntun Pratikum Genetika. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai