Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRATIKUM GENETIKA

Acara 3
Hukum Mandel l

Nama : Fardhan Syach


NMP : E1J018104
Shift : B1. Rabu (13:00 – 15:00)
Kelompok : 2
Dosen : Dr.Ir Rustikawati M.Si
Co-ass : Kriston Alfredo Siregar ( E1J017001 )

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan
mengetahui pola pewarisan sifat dari induk kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk
membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses
pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas Hukum Mendel I disebut juga dengan
hukum segregasi. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan
F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama
Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Persilangan
dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen Mendel
dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode
Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama
dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang
memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda (Eri Kustiani, 2016)

Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominan (menang) , sedangkan yang tidak
muncul di sebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi
symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang
ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi.
Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada
kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (istamar samsyuri.2004).

Pada galur murni akan menamfikan sifat – sifat dominan alel (AA) maupun sifat resesif (aa)
dari satu karakter tertentu. Bila di silangkan F1 akan mempunyai dua macam alel Aa tetapi
menampakan sifat dominan apabilah dominat lengkap. Sedangkan individu heterozigot (F1)
menghasilkan gamet – gamet: setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya
mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi
F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif
yaitu 3 dominan (AA atau Aa): 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) :2
hibrida (Aa): 1 resesif lengkap (aa).(wiladan.2007)
Genetika yang sesunggunya dimulai semenjak decade ke dua dari abad ke 19, setelah mandel
menyajikan secara hati – hati hasil persilangan yang telah dia lakukan pada tanaman kacang arcis
atau kacang kapri. Eksferimen mandel dimulai dari dia berada di biara brunn dan didorong oleh
kaingin tahuan beliau tentang ciri tumbuhan yang diturunkan oleh induk keturunannya. Dan jika
mesteri ini dapat di pecahkan maka petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar.
Mandel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut di teliti kelompok,
bukan sejumlah turunan yang istimewa. ( paska.2010)

Apabila dominansi nampak penuh, maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotip 9:3:3:1. Juga hasil perkawinan dihibrid = hasil perkawinan monohibrid 1x
hasil perkawinan monohibrid II. Pada semidominansi (dominansi tidak Nampak penuh, sehingga
ada sifat intermedier) maka hasil perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 1:2:1. Pada semi dominansi, perkawinan dihibrid akan menghasilkan
keturunan dengan perbandingan 1:2:1 x 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Contohnya dapat dilihat pada
persilangan tanaman pukul empat (Vivi Riyana, 2010)

1.2 Tujuan Pratikum


1. Mencari angka – angka perbandingan sesuai dengan hukum mandel
2. Menemuhkan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan
3. Memahami pengertian dominan,resesif,genotipe, fenotipe
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang perwarisan sifat atau karakter yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Penurunan sifat itu
melalui gen yang didalamnya terdapat kromosom (Rosman,dkk.2006).
Orang yang pertama kali mengadakan percobaan persilangan ialah Gregory Mendel, seorang
rahib Australia yang kini dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika(Suryo.2008).
Gregor Mendel mengidentifikasikan sifat yang diwariskan dari varietas kacang polong yang
berbeda. Hasil penemuan Mendel ditolak sampai ditemukan lagi oleh peneliti Amerika pada
1900. Kemudian Johann Kjeldahl (Netherland), menemukan metode analisa nitrogen dalam
protein. Pengakuan teori Mendel tentang penurunan sifat pada semua tanaman dan hewan
(Pramashinta.2014)
Sejak penemuan Gregory Mendel (1822-1884), pengetahuan tentang genetika berkembang
dan menjadi satu lapangan ilmu pengetahuan dalam biologi. Mendel telah melakukan berbagai
percobaan persilangan terhadap banyak jenis tumbuhan dan beberapa jenis binatang. Dalam
penyerbukan silang tanaman banyak digunakan tanaman ercis(kapri) diperkarangan biara sebagai
kebun percobaannya(Rosman,dkk.2006).
Mengkomunikasikan konsep-konsep yang terkait dengan Hukum Mendel dan persilangan
dengan berbagai sifat beda, mengembang- kan konsep-konsep tersebut dan menggunakan
konsep yang telah dikuasai untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
(Susantini.2012)
Teori perwarisan sifat ini dikenal dengan nama Hukum Mendel. Hukum Mendel I yang
dikenal sebagai hukum pemisahan gen sealel. Dengan mempelajari perwarisan sifat ini dapat
membantu petani menemukan dan menghasilkan bibit bibit unggul baik pada tanaman atau pada
hewan(Syamsuri.2004)
Hukum Mendel I ini sering dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi.
Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas
dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid.
(Syamsuri.2004).
Hukum segregsi mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan bersegregasi, atau
berpisah, selama proses pembentukan gamet. Melalui distribusi acak, sebagian gamet akan berisi
gen ibu asli, lainnya berisi gen ayah asli (Sloane.2004)
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara
bebas (Fransisca.2010).
BAB III
METODELOGI

2.1 Alat dan Bahan

 Model gen ( kancing genetik ) 2 warna


 Dua buah stoples

2.2 Cara Kerja

1. Mengambil model gen merah dan putih , masing – masing 30 pasang atau 60 biji ( 30
jantan dan 3 betina )
2. Menyisikan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini
diminsalkan individu merah dan individu putih.
3. Membukah pasangan gen pada langka 2, ini diminsalkan pemisahan gen pada
pembentukan gamet, baik oleh individuh merah maupun individu putih.
4. Menggabungkan model gen jantan merah dan model gen betinah putih dan begitupun
sebaliknya. Ini menggambarkan hasil persilangan atau F1 , keturunan individu merah dan
individu putih.
5. Memisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan
pemisahaan gen pada pembentukan F1.
6. Selanjutnya semua model gen jantan baik merah maupun putih masukan dalam stoples
dan model gen betinah maupun merah atau putih masukam kedalam stoples betinah.
7. Dengan tampa mellihat dan sambil mengaduk atau mencampur gen – gen tersebut
mengambil secara acak sebuah gen dari masing – masing stoples , kemudian
dipasangkan.
8. Dilakukan secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat
setiap pasangan gen yang terambil ke dalam tabel pencatat.
9. Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil ( langka 8 ) ke dalam stoples
masing – masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi.melakukan
percobaan serupa untuk pengambilan 20 x, 40x, dan 60x.
BAB III

HASIL

3.1 Hasil

Tabel untuk pengambilan 20x

No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah


1 Merah-Merah II III 2 3
2 Merah-Putih IIII IIII II IIII IIII I 13 11
3 Putih-Putih IIII I IIII I 5 6

Tabel untuk pengambilan 40x

No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah


1 Merah-Merah IIII II IIII IIII 7 9
2 Merah-Putih IIII IIII IIII IIII IIII IIII 21 23
IIII I IIII III
3 Putih-Putih IIII IIII II IIII IIII IIII I 12 8

Tabel untuk pengambilan 60x

No Pasangan Tabulasi ijiran Jumlah


1 Merah-Merah IIII IIII IIII IIII IIII IIII 18 15
III
2 Merah-Putih IIII IIII IIII IIII IIII IIII 28 23
IIII IIII III IIII IIII IIII
3 Putih-Putih IIII IIII IIII IIII IIII IIII I 14 16
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil yang di peroleh di atas dari percobaan mandel satu dengan menggunakan
model gen yang warna merah dan warna putih pada wada stoples yang telah disediakan dengan
percobaan dengan pengambilan pertama 20 x dan kedua 40 x dan yang ke tiga dengan
percobaan pengambilan 60 x. dengan data yang di peroleh di percobaan pertama yaitu
pengambilan 20 x yaitu MM itu ada 5 dan Mm ada 10 dan mm ada 5 jika dibuat
perbandingannya 1:2:1 atau sama dengan 3:1, sesuai dengan hukum mandel satu tampa
melakukaan percobaan ulang 75% bersifat dominan dan 25 % resesif.

Dan dalam percobaan kedua dengan 40 x pengambilan secara acak di peroleh hasil
perbandingan yang masih sesuai dengan hukum mandel satu, 3:1 atau MM di dapatkan 9 pasang
dan Mm ada 20 pasang dan di mm ada 11 pasang. Perbandingan di percobaan 40 x pengambilan
ini perbandingan yang di dapat tidak jauh melenceng dan masih sesuia dengan hukum mendel
Satu.

Pada percobaan ketiga terjadi pelencengan pada percobaan pertama yang di dapat dalam
60 x percobaan adalah sebagai berikut, MM 15 pasang, Mm 30 pasang, dan pada mm 15 pasang.
Disini perbandingan dari hukum mendel I yaitu 3 :1 di percobaan ini tidak melenceng sangat
sesuai dengan hokum mendel 1
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Angka – angka dalam hukum mendel pada gametonesisnya F1.F1 itu memiliki
genotif heterozigot dan perbandingan fenotipe 1 MM: 2 Mm : 1mm dan genotifnya
3:1
2. Perbandingan/nisbah fenotife pengamatan/observasi (0) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20 x fenotipe merah obsevasi 15
harapan 15 deviansi 0. Putih observasi 5 harapan 5 dieviansi 0. Untuk 40 x merah
observasi 29 harapan 30 deviansi -1 dan putih observasi 11 harapan 10 deviasi 1.
Untuk 60 x. merah observasi 45 .harapan 45 deviasi 0 . dan putih observasi 15
harapan 15 deviasi 0.
3. Dominan : adalah hasil dari persilangan F1 hampir semuanya sama biasanya
heterozigot
Resesif : sifat yang tidak tampak namun di turunkan
Genotype : komposisi atau sifat yang tidak tampak
Fenotipe : karakter yang dapat dilihat dan diukur,sifat yang diamati .
Jawaban pertanyaan

1.berapa macam pasangan genotype yang anda peroleh ?

Jawab ; Ada tiga MM ,Mm, dan mm

2. berapa perbandingannya?

Jawab : pada percobaan 1 20 x pengambilan MM 2 : Mm 13 : mm 5 ( 1: 2 : 1 )

pada percobaan 1 20 x pengambilan MM 3 : Mm 11 : mm 6 ( 1: 2 : 1)

Pada percobaan 40 x pengambilan MM 7 : Mm 21 : mm 8 ( 1: 2 : 1 )

Pada percobaan 40 x pengambilan MM 9 : Mm 23 : mm 12 ( 1: 2 : 1 )

Pada percobaan 60 x pengambilan MM 18 : Mm 28 :mm 29 (1: 1 :2 )

Pada percobaan 60 x pengambilan MM 15 : Mm 29 :mm 16 (1: 2 :1 )

3.Jika model gen merah dominan , berapa perbandingan fenotipe yang di peroleh ?

Jawab : Yaitu mendekati 3 dominan (MM dan Mm) : 1 resesif (mm) atau 3 merah : 1 putih, atau
75% Merah : 25% Putih.

4.apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan mandel 1 ini ?

Jawab : Pada percobaan ini, dimana pada F2 terdapat 3 macam genotip yaitu merah-merah,
merah-putih, dan putih-putih, dan memiliki perbandingan MM:Mm:mm (1:2:1), sedangkan pada
F1 semuanya menghasilkan 100 % merah sehingga dapat disimpulkan bahwa gen merah
dominan dan gen putih adalah resesif. Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid (F2)
adalah 3:1 karena gen merah adalah dominan.
DAFTAR PUSTAKA

Fandri.2008.Hukum Mandel I.Gaja Mada press.Yogyakarta

Paska.2010.Genetika Dasar Hukum Mendel I. IPB.Bogor

Suryati, Dotti. 2013. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu. Lab Agro Bengkulu.

Syamsuri istamar .2004.Biologi.Erlangga.Jakarta

Wildan.2007. Genetika Tumbuhan.Bandung.Tarsito

Cahyono, Fransisca. 2010. Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel. Jurnal


Probabilitas dan Statistik. Vol. 1 : 1-6.

Ethel, Sloane. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
jurnal Hukum Mendel I dan II

Pramashinta, A, dkk. 2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan Potensi Risiko.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 3 (1): 1-6.

Rosman,yunus,dkk.2006.Teori Darwin Dalam Pandangan Sains dan Islam.Prestasi:Jakarta


Suryo.2008.Genetika.UGM press: Yogyakarta
Susantini, E, dkk. 2012. Pengembangan Petunjuk Praktikum Genetika Untuk
Melatih Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol 1 (2): 102-108.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai