Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

ACARA 4
“HUKUM MENDEL II”

Disusun Oleh :

Nama : Emilda Tri Mauli


NPM : E1J021069
Tanggal Praktikum : 27 September 2022
Shift : C1 (08.00 - 10.00 WIB)
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rustikawati, M. Si
Nama Coass : Maria Asri Siagiani, S. P (E1J018068)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh
kromosom dan gen. Mekanisme pewarisan sifat mengikuti aturan-aturan tertentu
yang disebut pola-pola hereditas. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang
biarawan disebuah biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis atau
kacang kapri (Pisum sativum), kemudian hasil persilangan ditanam dan diamati,
Mendel melakukannya selama 12 tahun. Pernyataan tersebut didukung oleh
(Arumingtyas, E. L. 2016) Pada naskah Mendel menjelaskan pewarisan sifat dari
tetua kepada keturunannya melalui perhitungan matematika dengan menggunakan
model tanaman kapri (Pisum sativum. L).
Sifat yang tampak pada suatu individu merupakan hasil interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan. Suatu individu yang memiliki kenampakan
fenotipe sama belum tentu memiliki susunan genetik yang sama. Bisa juga
individu memiliki sifat genotype sama tetapi penampilan fenotipe berbeda. Hal
tersebut merupakan faktor lingkungan yang memberi pengaruh. Persilangan
dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan
hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet,
dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis.
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum acara 4 tentang Hukum Mendel II adalah
untuk menentukan dan membandingkan perbandingan fenotipe menurut hukum
Mendel pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrida).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent
assortment) Isi dari hukum pasangan bebas: “Segregasi suatu pasangan gen tidak
bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-
gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas”
(Cahyono, F., 2010).
Hukum Mendel kedua disebut juga Hukum berpasangan bebas atau Hukum
Asortasi bebas atau Hukum Independent Assortment. Jika hukum mendel 1
didasarkan pada pemisahan gen (Segregasi) maka hukum mendel 2 ini berdasarkan
pada berpasangan bebas. Yang maksudnya adalah: “bila dua individu mempunyai
dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain”. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
memengaruhi. Hukum mendel 2 atau hukum bebas berpasangan (berpasangan bebas)
atau Hukum Segregation memberi kesempatan pada kita untuk mendapatkan tanaman
yang bersifat unggul (Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A., 2015).
Menurut Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A. (2015). Hukum Mendel
2 atau Hukum Berpasangan bebas mempunyai tiga konsep dasar, yaitu:
1. Konsep Backcross Backcross (silang balik), adalah langkah silang antara
F1 dengan salah satu induknya. F1 x salah satu induk (P) .
2. Konsep Testcross. Testcross (uji silang) adalah persilangan antara suatu
individu yang genotifnya belum diketahui dengan individu yang telah
diketahui bergenotif homozigot resesif. Gunanya untuk mengetahui
apakah genotif suatu individu tersebut homozigot ataukah heterozigot. ? x
homozigot resesif.
3. Persilangan Resiprok. Persilangan resiprok adalah suatu persilangan
dimana sifat induk jantan dan betina bila dibolak-balik/dipertukarkan
tetapi tetap menghasilkan keturunan yang sama.
Menurut Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A. (2015). Secara garis
besar, hukum ini mencakup tiga pokok, yaitu:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya m), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan
huruf besar, misalnya M).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari induk jantan (misalnya
mm) dan satu dari induk betina (misalnya MM).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB), alel
dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari
luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip
pewarisan sifat. Pertama, individu yang disilangkan adalah parental atau orangtua (P)
dari individu keturunannya. Fillal adalah keturunan atau anak dari parental. F1
adalah fillal generasi pertama, dan F2 adalah fillal generasi ke dua. Setiap parental
akan menghasilkan gen yang disebut gamet. Gamet disebut juga dengan istilah sel
kelamin. Gamet adalah hasil pembelahan sel pada sebuah individu yang akan
bergabung dengan gamet dari individu lain membentuk individu baru. Gamet D
dikatakan sebagai alel dominan, sedang gamet d merupakan alel resesif. Gen D
dikatakan dominan terhadap gen d, karena ekpresi gen D akan menutupi ekspresi gen
d jika keduanya terdapat bersamasama dalam satu individu (Dd). Sebaliknya, gen
resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi gen lainnya. Individu Dd
dinamakan individu heterozigot, sedang individu DD dan dd adalah individu
homozigot yang masing-masing disebut sebagai individu homozigot dominan dan
homozigot resesif. Genotipe adalah susunan genetik yang membentuk suatu sifat
tertentu, sedangkan fenotipe adalah sifat-sifat fisik dari individu yang dapat langsung
diamati pada individu-individu tersebut, yakni tinggi, pendek, hijau, kuning, dan
lain-lain. (Cahyono, F., 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan :
 Kancing genetik 4 warna
 Dua buah toples
3.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah :
1. Sepasang model gen merah, putih, ungu, dan hitam diambil. Dalam hal ini
warna merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan
terhadap putih (b) pembawa sifat untuk biji keriput. Sedangkan warna gen
ungu (K) adalah pembawa sifat untuk warna biji ungu dan dominan
terhadap warna hitam (k) pembawa sifat untuk warna biji hitam.
2. Pasangan tersebut dibuka. Hal ini diumpamakan sebagai pemisah gen pada
saat pembentukan gamet dari kedua induk. Pada proses ini diasumsikan
bahwa fertilisasi terjadi secara acak.
3. Menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. Membuat pasangan model gen untuk meneruskan macam gen yang
terbentuk pada F1. Dengan catatan bahwa 1 pasang gen dianggap satu
macam gamet.
5. Membuat model gamet yang sama seperti di atas, masing-masing 16.
6. Delapan pasang dari masing-masing pasangan model gen (gamet)
dimasukkan ke dalam toples 1 dan delapan pasang lagi ke toples 2. Kocok
atau aduk hingga semua bercampur dengan baik.
7. Secara serentak dan acak, model gen diambil dari masing-masing toples
tersebut. Lalu dipasangkan guna untuk menentukan kombinasi
genotipenya.
8. Hasil kombinasi yang didapatkan dicatat.
9. Pasangan yang terambil kembalikan ke toples masing-masing dan
pengambilan dilakukan sebanyak 32 kali dan 64 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Nisbah Pengamatan Fenotipe

Fenotipe Genotipe Frekuensi Genotipe Rasio Fenotipe

32 x 64 x 32 x 64 x

Bulat- Kuning BBKK 2 6 18 36


BBKk 3 6
BbKK 7 10
BbKk 6 14

Bulat -hijau BBkk 1 3 5 13


Bbkk 4 10

keriput Kuning bbKK 3 4 8 10


bbKk 5 6

keriput hijau bbkk 1 5 1 5

Total 32 64 32 64

Tabel 2. Perbandingan Fenotipe Pengamatan/Observasi (O) dan Nisbah.


Harapan/teoritis/expected (E)

Fenotipe Pengamatan Harapan Deviasi

32 x 64 x 32 x 64 x 32 x 64 x
Bulat-kuning 18 36 18 36 0 0

Bulat-hijau 5 13 6 12 -1 1

keriput-Kuning 8 10 6 12 2 -2

keriput-hijau 1 5 2 4 -1 1

Total 32 64 32 64 0 0

4.2 Pembahasan
Percobaan dilakukan untuk menentukan dan membuktikan kebenaran
perbandingan fenotipe yang dilakukan oleh Mendel yang dilakukan pada
persilangan dua sifat beda atau dihibrid yaitu bentuk biji dan warna biji. Dalam
percobaan ini digunakan sedotan sebagai model gen dengan empat warna
dimana untuk gen warna merah (B) mewakili bentuk biji bulat dan warna putih
(b) mewakili bentuk biji keriput. Selanjutnya untuk gen berwarna ungu (K)
mewakili warna biji kuning dan untuk gen warna hitam (k) mewakili warna biji
hijau.
Persilangan yang dilakukan yaitu antara biji bulat kuning (BBKK)
dengan biji keriput berwarna hijau (bbkk) maka diperoleh filial 1 (F1) biji bulat
kuning (BbKk), hal ini didapat karena biji bulat dominan terhadap biji keriput
dan warna kuning dominan terhadap warna hijau. Maka, apabila F1
disilangkan dengan F1 makan akan didapatkan 4 macam fenotipe, antara lain :
1. Bulat kuning dengan genotipe BBKK, BBKk, BbKK, BbKk.
2. Bulat hijau dengan genotipe BBkk, Bbkk.
3. Keriput kuning dengan genotipe bbKK, bbKk.
4. Keriput hijau dengan genotipe bbkk.
BK Bk bK bk

BK BBKK BBKk BbKK BbKk

Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk

bK BbKK BbKk bbKK bbKk

bk BbKk Bbkk bbKk bbkk

Ket :

Perbandingan fenotipe= Bulat-Kuning : Bulat-Hijau : Keriput-Kuning :


Keriput-Hijau = 9 : 3 : 3 : 1. Menurut hukum Mendel perbandingan dihibrid
fenotipe pada F2 adalah 9 : 3 : 3 : 1. Untuk membuktikan pernyataan Mendel
tersebut dilakukan pengambilan model gen (kancing genetika) 4 warna secara
acak sebanyak 32 kali dan 64 kali.
Pangambilan secara acak sebanyak 32 kali dengan harapan
mendapatkan perbandingan fenotipe 18 : 6 : 6 : 2. Setelah dilakukan percobaan
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Fenotipe Biji Bulat-Kuning
a. BBKK = 2 Jumlah fenotipe adalah 18
b. BBKk = 3
c. BbKK = 7
d. BbKk = 6
2. Fenotipe Biji Bulat-Hijau
a. BBkk = 1 Jumlah fenotipe adalah 5
b. Bbkk = 4
3. Fenotipe Biji Keriput-Kuning
a. bbKK = 3 Jumlah fenotipe adalah 8
b. bbKk = 5
4. Fenotipr Biji Keriput-Hijau
a. bbkk = 1 Jumlah fenotipe adalah 1
Dari rincian data di atas pengambilan 32 kali diperoleh perbandingan
atau rasio fenotipe nya 18 : 5 : 8 : 1. Jika dibandingkan dengan harapan maka
untuk Bulat-Kuning diperoleh Deviasi = Observasi – Harapan = 18 – 18 = 0,
kemudian untuk Bulat-Hijau diperoleh D= 5 – 6 = -1, untuk Keriput-Kuning
diperoleh D = 8 – 6 = -2, dan terakhir untuk Keriput-Hijau diperoleh D = 1 –
2 = -1. Total dari Deviasi pengambilan 32 kali adalah nol.
Selanjutnya pengambilan secara acak sebanyak 64 kali dengan
harapan mendapatkan perbandingan fenotipe 36 : 12 : 12 :4. Setelah
dilakukan percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Fenotipe Biji Bulat-Kuning
e. BBKK = 6 Jumlah fenotipe adalah 36
f. BBKk = 6
g. BbKK = 10
h. BbKk = 14
2. Fenotipe Biji Bulat-Hijau
c. BBkk = 3 Jumlah fenotipe adalah 13
d. Bbkk = 10
3. Fenotipe Biji Keriput-Kuning
c. bbKK = 4 Jumlah fenotipe adalah 10
d. bbKk = 6
4. Fenotipr Biji Keriput-Hijau
b. bbkk = 5 Jumlah fenotipe adalah 5
Dari rincian data di atas pengambilan 64 kali diperoleh perbandingan
atau rasio fenotipe nya 36 : 13 : 10 : 5. Jika dibandingkan dengan harapan
maka untuk Bulat-Kuning diperoleh Deviasi = Observasi – Harapan = 36 –
36 = 0, kemudian untuk Bulat-Hijau diperoleh D = 13 – 12 = 1, untuk
Keriput-Kuning diperoleh D = 10 – 12 = -2, dan terakhir untuk Keriput-Hijau
diperoleh D = 5 – 4 = 1. Total dari Deviasi pengambilan 64 kali adalah nol.
Deviasi ini berguna untuk menyatakan penyimpangan hasil
pengamatan terhadap besarnya suatu harapan. Dan telah dilakukan
perhitungan deviasi pada setiap fenotipe tidak didaptakan penyimpangan
yang jauh dari harapan, dengan kata lain percobaan tersebut akurat. Dan
dapat disimpulkan bahwa memang benar pernyataan yang dikemukakan oleh
Mendel bahwa perbandingan F2 pada persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
Maka percobaan ini bisa dianggap benar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perbandingan fenotipe hukum Mendel II adalah 9 : 3 : 3 :1 dan dibuktikan
dengan melakukan pengambilan acak pada dua toples yang berisi 4 warna
model gen (kancing genetik) sebanyak 32 kali dan 64 kali yang kemudian
dilakukan perbandingan dan perhitungan deviasi antara pengamatan dengan
data yang diharapkan.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan lebih teliti lagi dalam pemisahan warna agar tidak
tertukar ketempat yang lain. Praktikan juga harus memahami materi untuk
praktikum hari itu agar lebih paham.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. T., Hardhienata, S., & Maesya, A. (2015). Implementasi Sistem Hereditas
Menggunakan Metode Persilangan Hukum Mendel Untuk Identifikasi
Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Ilmu Komputer/Informatika, 1(1).

Arumingtyas, E. L. (2016). Genetika Mendel: Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu


Genetika. Universitas Brawijaya Press.

Cahyono, F. (2010). Kombinatorial dalam hukum pewarisan mendel. Makalah II2092


Probabilitasdan Statistik.
Jawaban Pertanyaan

1. Ada berapa kombinasi genotipe yang muncul dari persilangan tersebut ?


Jawab:
Ada 9 (Sembilan) kombinasi genotipe, antara lain; BBKK, BBKk, BbKK,
BbKk, BBkk, Bbkk, bbKK, bbKk, bbkk.
2. Tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh !
Jawab :
- Pengambilan acak 32 kali diperoleh perbadningan fenotipe nya adalah
17 : 5 : 6 : 4.
- Pengambilan acak 64 kali diperoleh perbandingan fenotipe nya adalah
35 : 11 : 12 : 6
3. Jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan diatas dengan kejadian di alam
nyata!
Jawab :
Contohnya untuk memperoleh Jambu Air yang besar dan rasanya manis,
maka kita perlu menyilangkan antara tanaman jambu besar dan rasanya tidak
manis dengan jambu kecil dan rasanya manis. Sehingga F2 yang terbentuk
adalah tanaman yang diharapkan yaitu jambu dengan ukuran yang besar dan
rasanya manis.

Anda mungkin juga menyukai