Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Genetika

PERBANDINGAN GENETIKA MENURUT MENDEL

DISUSUN OLEH:

NAMA : FORENTINA LIMBONG


NIM : 4181141038
Kelompok : 02

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
I. JUDUL PRAKTIKUM : PERBANDINGAN GENETIKA MENURUT . …
MENDEL

II. TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Untuk membuktikan hukum mendel (ratio fenotif, genotif yang dihasilkan).


2. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan monohibrid dan dihibrid
3. Untuk menambah pengetahuan siswa mengenai materi perbandingan genetika

III. TINJUAN TEORITIS


Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalahkemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada
organisme yang berbiak secara seksual,individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari
kedua parentalnya.
Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antar
individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan, terdapat
dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid.
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda sedangkan
persilangan dihibrid merupakan persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan
dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada
persilangan dihibrid melibatkan dua lokus. Okasha (2012) menyatakan bahwa konsep
penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya keterkaitan
antar keduanya.
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada
organisme yang berbiak secara seksual,individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari
kedua parentalnya.
Mendel adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaan-percobaannya
pada bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, sebagai
berikut:
a. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan
atau homurai.
b. Sifat tersebut berpasangan.
c. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan
terlihat ekspresinya dalam keadaan yang tertentu.
Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter
(genetisnya) alel yang bersegregasi satu & yang lainnya akan nampak dalam bentuk
gamet. Dan hukum Independerae Assortment segregasi dari sepasang alel tersebut
bebas dalam hal penggabungannya kemudian kembali. Syarat-syarat hukum mendel
yaitu Survival gamet sama, Survival zygote sama & Survival embrio sama.
I. Persilangan monohybrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic Genes
atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan
gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat
ketika pembetukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap
gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini disebut juga hukum segregasi
yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter
yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan
menghasilkan perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1.
Namun kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu
induknya. Dengan kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini
menunjukkan adanya sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan
kromosom dengan yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-
kromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut
dominan, yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen
yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak.
Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya
perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter
sampai 1 meter. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga
memudahkan untuk mengamati.
Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana
yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut:
Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya
adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif
yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1.,
yaitu satu tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu
tumbuhan ercis pendek.
II. Persilangan dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih
karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan Dihibrid
adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat
dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-
kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan
atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif;
biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu
itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa,
aa, AABB,dsb.
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan
dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan
dihibrid.
Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang
yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan.
Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang
memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat
berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput
berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna
kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang
tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan
F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji
bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna
kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah
( 9 : 3 : 3 : 1 ).

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
 ALAT
NO. NAMA ALAT JUMLAH
1. Gunting 1 buah
2. Kotak 2 buah

 BAHAN
NO. NAMA BAHAN JUMLAH
1. Kertas Berwarna Merah, Hijau, Kuning dan Putih Secukupnya
IV PROSEDUR KERJA

 PERSILANGAN MONOHIBRID
1. Potong 2 kertas yang berbeda warna dalam bentuk segi 4, masing masing berjumlah
50 kertas
2. Tentukan genotip dari parental untuk jantan dan betina menggunakan kancing
genetika masing masing berjumlah 50 buah
3. Pisahkan 50 kertas berwana pertama menjadi dua bagian, masing masing berisi 25
buah sebagai gamet betina dan gamet jantan. Demikian pula 50 kertas berwarna
lainnya dibagi menjadi 2 bagian dengan 25 buah sebagai gamet betina.
4. 25 kertas berwana pertama + 25 kertas berwarna kedua sebagai gamet jantan
dimasukkan ke dalam kotak , demikian pula sisanya dimasukkan ke dalam kotak yang
berbeda dan dianggap sebagai gamet betina
5. Ambil secara acak 1 kertas dari tiap kotak lalu pertemukan dan catat dalam table
6. Lakukan langkah nomor 5 secara terus menerus hingga kertas habis
7. Lakukan percobaan ini sebanyak 3 kali dan cacat serta hitung perbandingannya

 PERSILANGAN DIHIBRID
1. Potong kertas dengan 4 warna yang berbeda masing masing kertas berjumlah 50
kertas
2. Pisahkan tiap tiap warna menjadi dua bagian yang sama, satu bagian sebagai gamet
jantan dan satunya lagi sebagai gamet betina
3. Satukan dua kertas menjadi satu dengan kombinasi warna yang berbeda. Misalnya
warna kerts adalah Merah (M), Putih (m), Hijau (H), dan Kuning (h), maka kombinasi
kancing yang harus dibuat adalah Merah-Hijau (MH), Merah-Kuning (Mh), Putih-
Hijau (mH), dan Putih-Kuning (mh).
4. Tempatkan gamet jantan dan betina dalam kotak yang berbeda kemudian ambil
satupersatu dari setiap kotak dan pertemukan serta catat hasilnya pada table.

V. HASIL PEMBAHASAN

A. MONOHIBRID

Tabel Hasil Percobaan I


Pasangan Gen Tabulasi Frekuensi
Merah-Merah IIII IIII I 11
(MM)
Merah-Putih IIII IIII IIII IIII IIII 28
(Mm) III
Putih-Putih IIII IIII I 11
(mm)

 Perhitungan
a. Rasio Genotif = MM : Mm : mm
Rasio Genotif = 11 : 28 : 11
Rasio Genotif = 1 : 2,54 : 1

b. Rasio Fenotif = Merah : Putih


Rasio Fenotif = 39 : 11
Rasio Fenotif = 3,54 : 1
Tabel Hasil Percobaan II
Pasangan Gen Tabulasi Frekuensi
Merah-Merah IIII IIII 10
(MM)
Merah-Putih IIII IIII IIII IIII IIII 30
(Mm) IIII IIII
Putih-Putih IIII IIII 10
(mm)

 Perhitungan
c. Rasio Genotif = MM : Mm : mm
Rasio Genotif = 10 : 30 : 10
Rasio Genotif = 1 : 3 : 1

d. Rasio Fenotif = Merah : Putih


Rasio Fenotif = 40 : 10
Rasio Fenotif = 4 : 1

Tabel Hasil Percobaan III


Pasangan Gen Tabulasi Frekuensi
Merah-Merah IIII IIII III 13
(MM)
Merah-Putih IIII IIII IIII IIII IIII 24
(Mm)
Putih-Putih IIII IIII III 13
(mm)

 Perhitungan
e. Rasio Genotif = MM : Mm : mm
Rasio Genotif = 13 : 24 : 13
Rasio Genotif = 1 : 1,84 : 1

f. Rasio Fenotif = Merah : Putih


Rasio Fenotif = 37 : 13
Rasio Fenotif = 2,84: 1
Hukum I Mendel merupakan hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari suatu gen
yang berpasangan. Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel
memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu sifat beda
(monohibrid). Persilangan monohibrid merupakan suatu persilangan dengan menggunakan
varietas-varietas induk dengan hanya memiliki satu beda sifat. Pada sepasang alel yang
berbeda, salah satunya akan bersifat dominan dan yang lain bersifat resesif. Percobaan
persilangan tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua
terhadap keturunannya (Campbell, 2004).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan
memperhatikan satu sifat beda. Generasi tetua atau induk dinamakan dengan P1 (parental
pertama), kemudian hasil persilangannya dinamakan dengan hibrid dan diberi label sebagai
generasi F1 (filial pertama). Kemudian apabila sesama F1 disilangkan lagi maka dinamakan
dengan parental ke dua (P2) dan hasil dari persilangan P2 dinamakan dengan F2 (filial ke
dua).Misalnya persilangan antara rambutan yang berbuah manis dengan rambutan yang
berbuah masam, persilangan antara ayam berbulu putih dengan ayam berbuluh hitam,
manusia berkulit putih dengan manusia berkulit hitam, dan suami yang bertubuh tinggi
dengan istri yang bertubuh rendah. Persilangan antara sesamanya dapat digambarkan dalam
bentuk diagram. Diagram tersebut dikenal sebagai diagram Punnett (Dwijoseputro, 1997).
Manfaat dari perilangan monohibrid adalah untuk menghasilkan sifat-sifat yang unggul pada
keturunannya. Sifat unggul yang diinginkan dapat diperoleh dari persilangan dua indukan
yang memiliki sifat unggul seperti yang diinginkan. Dalam pertanian, persilangan monohibrid
sering dimanfaatkan pada pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas tanaman yang
unggul dengan produktivitas tinggi (Abdurrahman, 2008).
Gen merupakan unit terkecil dari genetik yang terdapat didalam kromosom. Gen mengontrol
pembuatan polipeptida (protein) tertentu. Satu gen mengontrol pembuatan satu macam
polipeptida. Polipeptida digunakan sebagai penyusun sel (sebagai protein struktural), ada pula
polipeptida yang difungsikan menjadi enzim (sebagai protein fungsional). Dengan demikian
gen mengontrol baik struktur maupun fungsi metabolisme sel. Dengan kata lain, gen
mengendalikan sifat-sifat makhluk hidup.
Satu kromosom terdapat ribuan gen. Gen-gen tersebut terdapat di dalam DNA yang
merupakan segmen dari DNA yang berperan dalam menentukan sifat dari individu. Gen-gen
menempati suatu lokasi yang spesifik di dalam kromosom yang disebut dengan lokus gen.
Gen-gen terletak berderet di sepanjang kromosom. Suatu sifat dari individu dikendalikan oleh
sepasang gen. Anggota dari pasangan gen tersebut disebut dengan alel. Pasangan elel
tersebutlah yang menentukan sifat dari individu. Sifat individu dinyatakan berupa sifat
genotip dan sifat fenotip. Genotip yaitu sifat yang tidak nampak oleh mata, biasanya
dinyatakan dengan simbol-simbol tertentu untuk merealisasikannya, seperti gen dominan
dengan simbol huruf kapital. Sementara fenotip yaitu sifat yang terealisasikan dari genotip
yang diturunkan (Rochmah, dkk., 2009).
Persilangan monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang
berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Dalam pembuktiannya, Mendel malaukukan
percobaan dengan menyilangkan tanaman kacang ercis dengan mengambil satu sifat beda
yaitu tanaman ercis berbiji kuning dan tanaman ercis berbiji hajau. Hasil perkawinan
pertamanya menghasilkan biji berwarna kuning seluruhnya. Kemudian tanaman ercis
dikawinkan lagidan menghasilkan keturunan dari persilangan kedua yaitu tiga biji kuning
berbanding satu biji hijau (Abdurrahman, 2008).
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang
dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat
dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat,
dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar
sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid) (Bima,2008).
Menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu,
perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan
terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap
kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe
yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2 hitung = ∑(Oi-Ei)2 /Ei
Keterangan:     Oi = nilai pengamatan fenotipe ke – i
Ei = nilai harapan fenotipe ke-i
Suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada
penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa
kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistik tingkat kepercayaan itu adalah 5% yang
masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya
dilakukan analisis Chi-squrae (Nio, 1990).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat
beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut
dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang
merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anaka” (Yatim,1986)
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan
penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sampai saat ini di dalam persilangan
monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum
diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi
asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya
factor penentu (determinant) atau disingkat dengan faktor (Yatim,1986)
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu organisme dikendalikan
oleh suatu faktor penentu yang disebut dengan gen. Setiap sifat fenotipik pada organisme
diploid dikendalikan setidak-tidaknya satu pasang gen, satu anggota gen pasangan tersebut
diwariskan dari setiap tetua. Suatu organisme dengan sepasang alele yang berbeda, sebagai
heterozigot. Gamet-gamet yang terbentuk karena meiosis, maka pasangan-pasangan gen akan
menjadi terpisah-pisah dan didistribusikan satu-satu kepada setiap gamet dikenal sebagai
hukum segregasi Mendel (hukum Mendel I). Mendel menemukan bahwa pewarisan satu
pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan pasangan lainnya (hukum
pemilahan bebas=hukum Mendel II). Keadaan ini hanya dapat terjadi bila dua pasang gen
yang bersangkutan terdapat pada kromosom-kromosom yang terpisah atau agak
berjauhan (Kimball, 1992)
Sifat keturunan yang dapat kita amati (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotipe.
Sifat dasar yang tidak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah oleh lingkungan) pada
suatu individu dinamakan genotipe. Fenotipe dari suatu individu  dapat sama tetapi
genotipenya berbeda, hal ini terjadi pada kondisi semidominansi atau intermediet. Hasil
perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda dinamakan hibrid. Perkawinan
yang melibatkan satu sifat beda dinamakan monohibrid, dua sifat beda dinamakan dihibrid,
tiga sifat beda dinamakan trihibrid dan seterusnya (Suryo, 1984)

Perbandingan fenotip pada persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid tidak selalu
perbandingan yang pasti, karena pada kenyataannya terdapat penyimpangan-penyimpangan.
Perbandingan hasil persilangan pada kenyataanmemiliki selisih dengan perhitungannya
(berbeda). Oleh karena itu perlu diadakanevaluasi dengan menggunakan uji chi-square (χ 2)
(Suryo, 1990).
B.PERSILANGAN DIHIBRID

Keterangan :
Merah-Hijau (MH)
Merah-Kuning (Mh)
Putih-Hijau (mH)
Putih-Kuning (mh).

 PERCOBAAN 1
NO. KOMBINASI MODEL GEN GENOTIP FENOTIP
1. Merah-Hijau Hijau-Putih MHmH 2
2. Putih-Hijau Merah-Kuning mHMh 4
3. Merah-Hijau Putih-Hijau MHmH 2
4. Hijau-Putih Putih-Hijau mHmH 1
5. Merah-Kuning Kuning-Putih Mhmh 2
6. Kuning-Putih Putih-Hijau mhmH 2
7. Hijau-Merah Hijau-Merah MHMH 1
8. Hijau-Putih Hijau-Putih mHmH 1
9. Putih-Kuning Hijau-Merah mhMH 4
10. Putih-Kuning Hijau-Merah mhMH 4
11. Merah-Kuning Kuning-Putih Mhmh 2
12. Kuning-Putih Merah-Kuning mhMh 2
13. Putih-Kuning Putih-Kuning mhmh 1
14. Putih-Hijau Kuning-Putih mHmh 2
15. Hijau-Putih Kuning-Putih MHmh 4
16. Hijau-Putih Merah-Hijau mhmh 1
17. Merah-Hijau Merah-Hijau MHMH 1
18. Merah-Kuning Putih-Kuning Mhmh 2
19. Hijau-Merah Putih-Kuning MHmh 4
20. Putih-Kuning Putih-Kuning mhmh 4
21. Hijau-Merah Putih-Kuning MHmh 4
22. Putih-Kuning Merah-Kuning mhMh 2
23. Putih-Hijau Putih-Kuning mHmh 2
24. Putih-Kuning Merah-Kuning mhMh 2
25. Merah-Kuning Putih-Hijau MhmH 4
26. Merah-Kuning Kuning-Putih Mhmh 2
27. Hijau-Merah Merah-Kuning MHMh 2
28. Merah-Kuning Merah-Kuning MhMh 1
29. Hijau-Merah Kuning-Merah MHMh 2
30. Merah-Kuning Merah-Kuning MhMh 1
31. Hijau-Merah Hijau-Merah MHMH 1
32. Putih-Hijau Merah-Hijau mHMH 1
33. Putih-Hijau Merah-Hijau mHMH 1
34. Putih-Kuning Merah-Hijau mHMH 4
35. Putih-Hijau Merah-Hijau mHMH 2
36. Putih-Kuning Putih-Kuning mhmh 1
37. MerahKuning Merah-Kuning MhMh 1
38. Merah-Hijau Merah-Kuning MHMh 2
39. Kuning-Putih Putih-Hijau mhmH 2
40. Putih-Kuning Merah-Kuning mhMh 2
41. Merah-Kuning Putih-Hijau MhmH 4
42. Merah-Kuning Merah-Hijau MhMH 1
43. Putih-Hijau Putih-Kuning mHmh 2
44. Putih-Hijau Putih-Hijau mHmH 1
45. Putih-Merah Putih-Hijau mHmH 2
46. Merah-Hijau Putih-Hijau MHmH 2
47. Merah-Hijau Putih-Hijau MHmH 2
48. Merah-Hijau Merah-Kuning MHMh 2
49. Merah-Kuning Putih-Kuning Mhmh 2
50. Merah-Hijau Merah-Kuning MHMh 2
JUMLAH 170

 PERCOBAAN 2
NO. KOMBINASI MODEL GEN GENOTIP FENOTIP
1. Putih-Hijau Putih-Hijau mHmH 1
2. Putih-Kuning Putih-Kuning mhmh 1
3. Merah-Hijau Merah Kuning MHMh 1
4. Putih-Hijau Hijau-Merah mHMH 1
5. Putih-Kuning Merah-Hijau mhMH 4
6. Merah-Hijau Putih-Kuning MHmh 4
7. Merah-Hijau Putih-Kuning MHmh 4
8. Merah-Hijau Putih-Kuning MHmh 4
9. Merah-Hijau Putih-Kuning MHmh 4
10. Putih-Hijau Putih-Hijau mHmH 1
11. Putih-Kuning Kuning-Merah mhMh 2
12. Merah-Kuning Putih-Hijau MhmH 4
13. Hijau-Merah Hijau-Putih MHmH 1
14. Merah-Kuning Putih-Kuning Mhmh 2
15. Merah-Kuning Putih-Kuning Mhmh 1
16. Putih-Hijau Putih-Kuning mHmh 2
17. Merah-Kuning Hijau-Merah MhMH 2
18. Putih-Kuning Hijeu-Merah mhmH 2
19. Merah-Hijau Merah-Hijau MHMH 1
20. Hijau-Putih Hijau-Putih mHmH 1
21. Putih-Kuning Hijau-Merah mhMH 4
22. Hijau-Merah Merah-Kuning MHMh 2
23. Kuning-Putih Hijau-Putih mhmH 2
24. Merah-Kuning Putih-Hijau MhmH 4
25. Hijau-Merah Merah-Kuning MHMh 1
26. Hijau-Putih Hijau-Merah mHMH 1
27. Kuning-Merah Putih-Hijau Mhmh 2
28. Hijau-Putih Kuning-Putih mHmh 2
29. Kuning-Merah Putih-Hijau Mhmh 4
30. Hijau-Merah Kuning-Putih MHmh 4
31. Hijau-Putih Merah-Kuning mHMh 2
32. Hijau-Merah Merah-Kuning MHMh 2
33. Merah-Kuning Hijau-Merah MhMH 2
34. Hijau-Merah Putih-Hijau MHmH 2
35. Kuning-Merah Hijau-Putih MhmH 4
36. Hijau-Merah Hijau-Merah MHMH 1
37. Hijau-Putih Kuning-Merah mHMh 2
38. Kuning-Merah Hijau-Putih MhmH 4
39. Hijau-Merah Putih-Hijau MHmH 2
40. Putih-Kuning Putih-Kuning mhmh 1
41. Putih-Kuning Putih-Hijau mhmH 2
42. Kuning-Merah Kuning-Putih Mhmh 2
43. Hijau-Putih Hijau-Merah mHMH 2
44. Kuning-Merah Kuning-Merah MhMh 1
45. Kuning-Merah Kuning-Merah MhMh 1
46. Merah-Hijau Kuning-Merah MHMh 1
47. Kuning-Putih Kuning-Putih mhmh 1
48. Hijau-Putih Kuning-Merah mhMh 2
49. Merah-Hijau Kuning-Putih MHmh 4
50. Hijau-Merah Kuning-Putih MHmh 4
JUMLAH 111

 PERCOBAAN 3
NO. KOMBINASI MODEL GEN GENOTIP FENOTIP
1. Putih-Hijau Hijau-Merah mHMH 2
2. Kuning-Putih Kuning-Merah mhMh 2
3. Kuning-Putih Kuning-Putih mhmh 1
4. Kuning-Putih Kuning-Merah mhMh 2
5. Hitam-Putih Kuning-Putih mHmh 2
6. Putih-Hijau Kuning-Merah mHMh 4
7. Hijau-Merah Kuning-Putih MHmh 4
8. Kuning-Putih Putih-Hijau mhmh 1
9. Putih-Kuning Merah-Kuning mhMh 2
10. Putih-Kuning Putih-Kuning mhmh 1
11. Kuning-Merah Putih-Kuning Mhmh 2
12. Kuning-Putih Hijau-Merah mhMH 4
13. Kuning-Merah Kuning-Putih Mhmh 2
14. Putih-Hijau Hijau-Merah mHMH 2
15. Putih-Hijau Merah-Kuning mHMh 4
16. Hijau-Merah Hijau-Putih MHmH 2
17. Putih-Hijau Kuning-Putih mHmh 1
18. Merah-Kuning Kuning-Putih Mhmh 2
19. Putih-Hijau Merah-Kuning mHMh 4
20. Hijau-Merah Putih-Hijau MHmH 2
21. Hijau-Merah Putih-Hijau MHmH 2
22. Hijau-Merah Hijau-Putih MHmH 2
23. Hijau-Merah Hijau-Putih MHmH 2
24. Hijau-Putih Merah-Kuning mHMh 4
25. Hijau-Merah Putih-Kuning MHmh 4
26. Kuning-Putih Merah-Kuning mhMh 2
27. Putih-Kuning Hijau-Merah mhMH 4
28. Kuning-Merah Merah-Hijau MhMH 2
29. Hijau-Putih Hijau-Merah mHMH 2
30. Kuning-Merah Kuning-Putih Mhmh 2
31. Hijau-Merah Putih-Kuning MHmh 4
32. Hijau-Putih Hijau-Merah mHMH 1
33. Merah-Hijau Kuning-Putih MHmh 4
34. Merah-Hijau Hijau-Putih MHmH 2
35. Hijau-Merah Putih-Hijau MHmH 2
36. Putih-Hijau Kuning-Putih mHmh 4
37. Putih-Hijau Merah-Hijau mHMH 1
38. Hijau-Merah Putih-Kuning MHmh 4
39. Hijau-Putih Merah-Hijau mHMH 1
40. Merah-Hijau Merah-Hijau MHMH 1
41. Merah-Putih Kuning-Merah MhMh 1
42. Hijau-Putih Kuning-Merah mHMh 2
43. Kuning-Putih Kuning-Putih mhmh 1
44. Merah-Kuning Merah-Kuning MhMh 1
45. Putih-Hijau Kuning-Merah mHMh 1
46. Kuning-Putih Kuning-Merah mhMh 1
47. Hijau-Merah Hijau-Merah MHMH 1
48. Merah-Kuning Merah-Kuning MhMh 1
49. Merah-Kuning Hijau-Merah MhMh 1
50. Kuning-Merah Kuning-Merah MhMh 1
JUMLAH 107

Pada kegiatan praktikum ini bertujuan, menunjukkan adanya prinsip berpasangan


secara bebas, membuktikan perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 :1 dan dapat menggunakan uji chi
square dalam analisis genetika mendel. Praktikum kali ini membuktikan perbandingan
mendel pada F2 yakni persilangan dihibrida dengan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1.
Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui.
Suatu uji silang monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu
pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1,
menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas
(Johnson , 1983: 98).
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke
generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme
pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga
akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih Banyak sifat pada tanaman,
binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-sgen. Gen-gen dalam individu diploid
berupa pasangan-pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu
pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua
kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas (Crowder, 1990).
Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning, 101 ercis
keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriput-hijau. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau
yang merupakan genotipe tunggal. Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya
yang terakhir (hukum Mendel kedua). Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung pada
distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum pemilihan bebas . Ciri khas
karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan membuktikan
adanya genotipe terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya (Kimball,
1983).
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis
untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji.
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan
hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan
gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara
bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K
untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning
homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1
berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman
ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan
kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari
empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16
kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya
merupakan fariasi baru (Gooddenough,1984).
Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku ketika pembuatan
gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing masing kutub meiosis. Pembuktian
hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang
memiliki dua atau lebih karakter yang berdeba. Hukum ini juga disebut hukum
Asortasi.Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik
berbeda Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan
dengan hukum Mendel II yang berbunyi “Independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan gen secara bebasArti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh
GardnerRatio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan dihibrida adalah 9:3:3:1, ratio
ini diperoleh oleh alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif.
Ratio ini dapat dimodifikasi jika atau kedua lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel
lethal (Crowder,1990: 43).
Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua sifat beda.
Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen – gen yang
terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegresi secara bebas dan dihasilkan empat
macam fentip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kenyataannya sering kali terjadi
penyimpangan atau hasil jauh dari harapan. Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat
banyak perhatian oleh peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johan Mendel.
Pada tahun 1842, mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar- dasar
hereditas. Dari penelitiannya, menghasilkan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II. Mendel
melakukan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya
warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya
Hukum Mendel II berupa pengelompokan gen secara bebas saat pembentukan gamet.
Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama
yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak
adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip dan fenotip serta
perbandingannya. Hukum Mendel II disebut juga hukum pengelompokkan gen secara bebas
(The Law Independent Assortement Of Genes).
Persilangan dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan
frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom
nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan
dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu
papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang
dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida
adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan
dominan dan resesif.
Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang
mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji. Bila
semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu
genotipe dihibrida adalah heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk empat gamet
yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi acak dari
pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Uji silang (test
cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang
homozigot resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan.
Dapat dilihat bahwa kemungkinan peluang antar gen-gen tersebut adalah 9: 3: 3: 1.
dan kemungkinan yang terjadi jika dalam percobaan tidak menunjukkan hasil seperti tersebut,
berarti mempunyai sifat epistasif. Faktor (alel) yang mengatur karakter yang berbeda (dua
atau lebih sifat yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Menurut Suryo
(1990), dalam percobaan biologis tidak mungkin didapat data yang segera dapat
dipertanggung jawabkan seperti halnya matematika.
Sehubungan dengan itu, adanya penyimpangan atau deviasi antara hasil yang didapat
dengan hasil yang diharapkan secara teorotis harus dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan
dengan cara chi-square test. Dari pengamatan ini menunjuk kan bahwa, untuk X2 = 1.66, jika
di bandingkan dengan X2 tabel = 7.82. maka hipotesis di terima. Karena X2 hitung < X2
tabel. Ho diterima. Dari hasil data kelompok lain menunjukkan hasil perbandingan antara
percobaan mendel dengan percobaan kelompok tersebut hampir berbeda tipis dengan
perobaan mendel

VI. KESIMPULAN

1. Hasil yang diperoleh dari persilangan monohibrid sesuai dengan bunyi Hukum Mendel I.
2. Hasil yng diperoleh dari persilangan dihibrid sesuai dengan bunyi hokum Mendel II.
Namun, hasil persilangan tidaklah selalu sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh hukum
Mendel, karena dalam persilangan dilakukan pembulatan dalam penjumlahan.
3. Dari praktikum ini dapat menambah pengetahuan siswa mengenai monohibrid ,dihibrid
dan cara melakukan perbandingan genetika

VII. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Deden, et al.2008. Biologi Kelompok Pertanian.Grafindo Media


Pratama, Bandung.
Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta..
Kimball, J. W. 1992. BiologyJilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nio, Tjan kwiauw. 1990. Genetika Dasar. ITB Press, Bandung
Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Suryo. 1990. Genetika Manusia , Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Rocmah, dkk. 2009. Biologi. Dep. Pend. Nasional, Jakarta.
Yatim , wildan .1986. Genetik, Tarsito. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai