I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan hukum Mendel (rasio fenotip dan
genotip yang dihasilkan dari persilangan Monohibrid).
V. HASIL PENGAMATAN
A. Persilangan Monohibrid
No Kombinasi warna
Genotif Pengambilan 1 Pengambilan 2 Pengambilan 3
Fenotif
1 Hitam
MM
(Hitam – hitam)
2 Hitam muda
Mm
(Hitam – putih)
3 Putih
mm
(Putih – putih)
2. Persilangan Dihibrid
Pada Persilangan Dihibrid, berdasarkan data kelompok di dapat rasio fenotif yaitu 10 : 4 :5 :1. Pada
rasio fenotif data kelompok tidak didapatkan hasil yang mendekati perbandingan rasio fenotif yang tepat,
yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Hal ini mungkin disebabkan pada percobaan persilangan dihibrid jumlah kancing yang
dipasangkan tidak banyak atau kesalahan dalam persilangan menggunkan kancing sehingga diduga terjadi
penyimpangan peluang semakin besar dan untuk mendapatkan hasil yang sama makin menjauhi dari
prediksi teoritis yang dikemukakan Mendel. Hal ini diperkuat dengan percobaan Mendel sendiri, dimana
untuk mendapatkan rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1 untuk perkawinan dihibrid, Mendel menggunakan sampel
sebanyak 556 kacang ercis. Di samping sedikitnya kancing yang dipasangkan, ketidaksesuaian hasil yang
didapat juga dimungkinkan karena ketidaktelitian praktikan pada saat pengambilan kancing.
Akan tetapi walaupun hasil perbandingan fenotip tidak sesuai yang diharapkan, nilai dari ratio
fenotip tersebut hampir mendekati ratio yang dikemukakan oleh Mendel pada persilangan dihibrid yaitu 9
: 3 : 3 : 1. Menurut Suripto (2000 : hal 198) “Angka-angka perbandingan fenotif F2 dihibrid = 9 : 3 : 3 : 1
dalam kenyataannya perbandingan yang diperoleh tidak persis seperti angka perbandingan di atas,
melainkan mendekati perbandingan 9 : 3 : 3 : 1”.
Menurut hukum Mendel II, suatu persilangan dihibrid akan menghasilkan ratio fenotifnya 9 : 3 : 3
: 1. Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika
berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan gamet- gamet. Oleh karena itu pada
percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan itu telah terjadi 4 macam pengelompokkan dari dua
pasang gen, yaitu :
1. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat gamet BK
2. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat gamet Bk
3. Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat gamet bK
4. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat gamet bk
VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada percobaan persilangan monohibrid dan dihibrid , maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Persilangan monohibrid adalah suatu persilangan antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda.
2. Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat beda.
3. Tiap sifat dari organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan ( gen ), satu dari induk
jantan, lainnya dari induk betina.
4. Pada persilangan monohibrid, belum sesuai atau hampir mendekati dengan Hukum Mendel I pada ratio
genotif sesuai , yaitu genotif 1 : 2 : 1, sedangkan pada ratio fenotip telah sesuai dengan Hukum Mendel
I yaitu 3 : 1.
5. Pada percobaan persilangan Dihibrid, rasio fenotifnya menyimpang dari teori. Hal ini dimungkinkan
karena :
a. Jumlah kancing yang dipasangkan tidak banyak sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan peluang
semakin besar dan nisbahnya makin menjauhi dari prediksi teoritis.
b. Ketidak telitian praktikan pada saat pengambilan kancing
VII.DAFTAR PUSTAKA
Halang, Bunda & Muhammad Zaini. 2015. Penuntun Praktikum Genetika. PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.