Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM PERSILANGAN MONOHIBRID

I. Tujuan 
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan hukum Mendel (rasio fenotip dan
genotip yang dihasilkan dari persilangan Monohibrid).

II. ALAT DAN BAHAN


Alat yang dipergunakan dalam percobaan  ini adalah:
1.      Becker glass/wadah tempat kancing genetik
2.      Pulpen
3.      Lembar/tabel pengamatan
4.      Penggaris
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. 20 pasang kancing genetika warna hitam
2. 20 pasang kancing genetika warna putih
    

III.  TEORI DASAR


Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan tanaman
dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubh manusia. Beberapa isltilah yang serin
digunakan dalam bidang genetika ini seperti gen, genotif, fenotif, resesif, dominant, alela,
homozigot, heterozigot, hendaknya sudah diketahui dan dipahami. Gen adalah unit terkecil bahan
sifat menurun. Gen sebagai factor keturunan disimpan dalam kromosom. Pasangan kromosom
homolog mempunyai ukuran sama panjang, dan padanya berderet pasangan lokus gen-gen yang
bersesuaian. Gen-gen yang terletak pada lokus yang bersesuaian dan sepadan, memiliki tugas atau
pekerjaan sama atau hampir sama atau berlawanan untuk satu tugas tertentu. Pasangan gen-gen
tersebut dinamakan alela.
Hukum Mendel I menyatakan pemisahan gen se alel. Dalam bahasa Ingris disebut “
Segregetion of allelia genes “. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembuatan atau pembentukan
gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu sel
tersebut. Dalam hal ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua
individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda atau monohibrid. Monohibrid adalah suatu
persilangan pembastaran dengan satu sifat beda. Dalam percobaan Mendel yaitu persilangan antara
kacang ercis yang tinggi dan kacang ercis yang rendah menghasilkan perbandinga dimana yang
tinggi lebih banyak jumlahnya daripada yang rendah menghasilkan perbandingan sebesar 3 : 1 dan
perbandingan genotif 1 : 2 : 1. Hukum Mendel II yaitu pengelompokkan gen secara bebas berlaku
ketika pembentukan gamet, dimana gen sealela secara bebas pergi ke masing-masing kutub secara
meiosis. Pembuktian hokum ini dipakai pada dihibrid. Dihibrid adalah suatu persilangan
(pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan, Mendel melakukan eksperimen dengan
membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda.
Pembastaran pada tanaman ini diperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.

IV. CARA KERJA 


Cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.    Menyiapkan 20 kancing hitam dan 20 kancing putih yang bertanda (berlubang/betina) ke dalam
becker glass
2.    Menyiapkan 20 kancing hitam dan 20 kancing putih yang bertanda (bertombol/jantan) ke dalam
becker glass
3.    Mengocok dan mencampurkan kedua macam gamet tadi (hitam dan putih) jantan maupun betina
pada masing-masing becker glass.
4.    Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing becker glass
5.    Mengambil kancing pada masing-masing becker glass tersebut tanpa melihat dengan mata (secara
acak) kemudian memasangkan satu persatu.
6.    Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel
7.    menghitung perbandingan fenotip dan genotifnya

V. HASIL PENGAMATAN
A.    Persilangan Monohibrid
No Kombinasi warna
Genotif Pengambilan 1 Pengambilan 2 Pengambilan 3
Fenotif
1 Hitam
MM
(Hitam – hitam)
2 Hitam muda
Mm
(Hitam –  putih)
3 Putih
mm
(Putih – putih)

Ratio fenotip    = Hitam     :      Putih


    
Ratio Genotif   =    MM  :    Mm    :    mm
         
                                    
ANALISIS DATA
1.    Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilanganantara dua individu yang mempunyai satu sifat beda,
yaitu parental yang memiliki sifat fenotif hitam (MM) dengan parental yanag memiliki sifat fenotif putih
(mm), dimana sifat hitam dominan terhadap sifat putih.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok kami dan berdasarkan data yang
diperoleh dari percobaan pada persilangan monohibrid, didapatkan bahwa hasil perbandingan ratio
fenotifnya pada data kelompok, yaitu Rasio fenotip Hitam : Putih = 3 : 1 dan juga pada percobaan
monohibrid ini didapat ratio genotif pada data kelompok, yaitu Rasio Genotif  MM : Mm : mm = 6 : 9 : 5.
Menurut hukum Mendel I, suatu persilangan monohibrid akan menghasilkan ratio fenotif  3 : 1.
Perbandingan ini sesuai dengan data yang didapat pada percobaaan dengan menggunakan kancing. Pada
rasio genotif  di dapat perbandingan 6 : 9 : 5  jadi tidak sesuai atau tidak memenuhi dari hukum Mendel I.
Ini diduga karna kesalahan atau ketidak telitian dalam melakukan percobaan.  Pada persilangan
monohibrid akan menghasilkan ratio genotif  1 : 2 : 1 itu yang seharusnya.  Hal ini diperkuat
dengan  percobaan Mendel sendiri. Dimana untuk mendapatkan rasio fenotif  3 : 1 untuk perkawinan
Monohibrid, Mendel menggunakan sampel sebanyak 443 kacang ercis, sehingga pada data kelompok
yang menggunakan pasangan jumlah kancing 400 buah, hasilnya sesuai dengan Hukum Mendel I.
Mendel menyusun hipotesis dalam menerangkan hukum hereditas yaitu jika dominansi tampak
sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan
fenotif 3 : 1 dan memperlihatkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 (Putra, Ramadhani dan Tati Subahar,
200:hal 196). Jadi pada percobaan monohibrid ini ada yang sesuai dengan Hukum Mendel I dan ada yang
belum.

2.    Persilangan Dihibrid
Pada Persilangan Dihibrid, berdasarkan data kelompok di dapat rasio fenotif yaitu  10 : 4 :5 :1. Pada
rasio fenotif data kelompok tidak didapatkan hasil yang mendekati perbandingan rasio fenotif yang tepat,
yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Hal ini mungkin disebabkan pada percobaan persilangan dihibrid  jumlah kancing yang
dipasangkan tidak banyak atau kesalahan dalam persilangan menggunkan kancing sehingga diduga terjadi
penyimpangan peluang semakin besar dan untuk mendapatkan hasil yang sama makin menjauhi dari
prediksi teoritis yang dikemukakan Mendel. Hal ini diperkuat dengan  percobaan Mendel sendiri, dimana
untuk mendapatkan rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1 untuk perkawinan dihibrid, Mendel menggunakan sampel
sebanyak 556 kacang ercis. Di samping sedikitnya kancing yang dipasangkan, ketidaksesuaian hasil yang
didapat juga dimungkinkan karena ketidaktelitian praktikan pada saat pengambilan kancing.
Akan tetapi walaupun hasil perbandingan fenotip tidak sesuai yang diharapkan, nilai dari ratio
fenotip tersebut hampir mendekati ratio yang dikemukakan oleh Mendel pada persilangan dihibrid yaitu 9
: 3 : 3 : 1. Menurut Suripto (2000 : hal 198) “Angka-angka perbandingan fenotif F2 dihibrid = 9 : 3 : 3 : 1
dalam kenyataannya perbandingan yang diperoleh tidak persis seperti angka perbandingan di atas,
melainkan mendekati perbandingan 9 : 3 : 3 : 1”.
     Menurut hukum Mendel II, suatu persilangan dihibrid akan menghasilkan ratio fenotifnya 9 : 3 : 3
: 1. Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika
berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan gamet- gamet. Oleh karena itu pada
percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan itu telah terjadi 4 macam pengelompokkan dari dua
pasang gen, yaitu :
1.      Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat gamet BK
2.      Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat gamet Bk
3.      Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat gamet bK
4.      Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat gamet bk

VI.   KESIMPULAN
Dari hasil  pengamatan   pada percobaan persilangan monohibrid dan dihibrid ,  maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1.      Persilangan monohibrid adalah suatu persilangan antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda.
2.      Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua sifat beda.
3.      Tiap sifat dari organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan ( gen ), satu dari induk
jantan, lainnya dari induk betina.
4.      Pada persilangan monohibrid, belum sesuai atau hampir mendekati dengan Hukum Mendel I pada ratio
genotif sesuai , yaitu genotif 1  :   2  :  1, sedangkan pada ratio fenotip telah sesuai dengan Hukum Mendel
I yaitu 3 : 1.
5.      Pada percobaan persilangan Dihibrid,  rasio fenotifnya menyimpang dari teori. Hal ini dimungkinkan
karena :
a.       Jumlah kancing yang dipasangkan tidak banyak sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan peluang
semakin besar dan nisbahnya makin menjauhi dari prediksi teoritis.
b.      Ketidak telitian praktikan pada saat pengambilan kancing

VII.DAFTAR PUSTAKA
Halang, Bunda & Muhammad Zaini. 2015. Penuntun Praktikum Genetika. PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.

Suryo. 1994. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta.

Yusa & Sartika Widhiyastuti. 2010. Facil Advanced Learnin

Anda mungkin juga menyukai