Anda di halaman 1dari 14

Pangea: Benua Yang Bersatu

Gambar 1. Tampilan benua Afrika dan Amerika


Selatan yang tampak seperti potongan-potongan
puzzle.
Tahunkah Anda, bahwa dahulu daratan di Bumi ini
merupakan satu kesatuan daratan tidak terpisah
menjadi beberapa benua seperti saat sekarang ini?
Pada awal abad ke-20, scientist muda berkebangsaan
Jerman bernama Alfred Wegener memperhatikan
bahwa garis pantai Afrika dan Amerika Selatan pada
sisi yang berlawanan terlihat cocok satu sama lain
seolah-olah potongan puzzle (Gambar 1). Dia menyadari dari hal di atas bahwa dahulu kedua benua
tersebut pernah bergabung dan kemudian terpisah dan membentuk samudera Atlantik. Meskipun
Wegener bukanlah orang yang pertama kali menemukan ide ini, namun dia merupakan scientist
pertama yang melakukan penelitian tambahan berkenaan dengan ide ini.
Mempelajari peta dunia, Wegener menyadari bahwa tidak hanya benua Afrika dan Amerika Selatan
saja yang pernah bersatu, bahkan semua benua pun pernah bergabung menjadi satu kesatuan
membentuk supercontinent yang dia sebut Pangea. Bagian utara Pangea
disebut Laurasia dan bagian selatannya disebut Gondwanaland (Gambar
2).

Gambar 2. Proses terpisahnya Pangea menjadi beberapa benua seperti


sekarang ini, Wegener menyadari bahwa kecocokan potongan-potongan
benua seperti puzzle bukanlah satu-satunya bukti bahwa supercontinent
pernah ada. Oleh karena itu, dia mulai mencari bukti tambahan pada
tahun 1910 dan melanjutkan pekerjaan pada proyek tersebut hingga wafat
pada tahun 1930. Dia memetakan lokasi fosil dari berbagai spesies
binatang dan tanaman yang tidak dapat berpindah baik dengan cara
berenang maupun terbang. Fosil-fosil dengan spesies yang sama
ditemukan di Antartika, Afrika, Australia, Amerika Selatan dan India.
Mengapa spesies yang sama bisa ditemukan pada benua-benua yang
terpisah ribuan kilometer samudera? Ketike Wegener mengeplot lokasi
fosil-fosil yang sama di peta Pangea nya, dia menemukan bahwa mereka
semua terbentang pada region Pangea yang sama (Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi geografik fosil-fosil tanaman dan binatang mengindikasikan adanya
supercontinent tunggal yang disebut Pangea, pernah ada sekitar 200 juta tahun yang lalu.

Selain fosil, batuan juga dapat digunakan sebagai bukti bahwa benua-benua pernah bersatu. Sebagai
contoh, batuan Cape Fold belt di Afrika Selatan sama dengan batuan yang ditemukan di Buenos Aires
di Argentina. Wegener juga memplot endapan glacial 300 juta tahun yang lalu pada peta yang
menunjukan distribusi benua modern (Gambar 4a). Perhatikan bahwa glacier memotong ekuator,
dan endapan glacial terbentuk di zona tropis dan subtropis. Sedangkan Gambar 4b menunjukan
konstruksi awal glacier yang terbentuk dan berkumpul di kutub selatan.

Gambar 4. (a) Endapan glasial 300 juta


tahun yang lalu diplot pada peta yang
menunjukan distribusi benua pada saat
sekarang ini. (b) endapan glasial 300 juta
tahun yang lalu dan batuan sedimen yang
sensitif terhadap iklim di plot pada peta
Pangea
Akankah benua-benua yang ada sekarang
ini beberapa tahun ke depan akan kembali
bergabung kembali seperti semula?
Referensi:
Thompson, G.R dan Turk, J. Introduction
to Physical Geology. Brooks Cole
PANGEA SANG NENEK MOYANG BENUA

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan teori Pangea? Teori Pangea adalah sebuah teori yang
menyatakan bahwa jutaan tahun yang lalu semua benua bergabung bersama dalam satu
daratan besar yang disebut Pangea (sebelum akhirnya benua sekarang terdiri dari 5 buah
benua).
Kemudian karena suatu alasan yang masih belum diketahui pasti, benua-benua pecah dan
mulai hanyut dalam arah yang berlawanan. Teori selanjutnya mengatakan bahwa benua-
benua akan terus melayang sampai mereka bertemu lagi, dalam konfigurasi yang berbeda. Di
yakini oleh beberapa ahli bahwa pangea memilik karakteristik yang sama dengan Antartica
sekarang.
Teori Pangea sendiri didasari oleh teori Alfred
Wegener,seorang Ilmuwan Jerman. Pada Tahun 1920
dalam buku The Origin of Continents and sea
(Entstehung Die Kontinente und der Ozeane), Dia
mendalilkan bahwa semua benua itu pada satu waktu
membentuk satu superbenua Pangaea, sebelum
kemudian putus dan hanyut ke lokasi sekarang.
Jadi benua pada jaman dahulu di ibaratkan sebuah batu
apung yang bergerak karena adanya pergerakan
lempeng di bagian bawah kulit bumi ini. Pangea mulai
memecahkan diri nya menjadi benua (daratan) yang lebih kecil yang bernama Laurasia
(membentuk daratan belahan selatan seperti amerika latin, Afrika, India, Antartika, Australia,
Selandia baru, New guenea dll) dan Gondwanaland (membentuk daratan belahan utara seperti
Amerika dan Eropa).

Sedangkan pada akhir periode Cretaceous benua benua yang ada sudah sama dengan apa
yang kita lihat hari ini (5 benua). Pada saat benua Pangea terbentuk, daratan daratan yang
menjadi benua sekarang memiliki daratan penghubung (jembatan benua) yang menghubungkan
benua Amerika bagian selatan (latin), Afrika, India, Australia dan Antartika.
Pertanyaan nya sekarang adalah, bila kerak kulit bumi ini terus bergerak sampai hari ini, maka
berapa kecepatan nya?
Benua yang kita diami sekarang ini bergerak sangat lambat (dan tak bisa dirasakan oleh kita yang
berdiri diatasnya), pergerakan lempeng lempeng benua ini tiap tahun nya mencapai 1.5
inchi/tahun bahkan lebih lambat dari pertumbuhan kuku jari tangan kita pertahun nya.
Dan dengan ini jelas dibutuhkan ber juta juta tahun bagi daratan benua itu untuk bergerak
berjauhan dan membentuk benua yang ada sekarang.

Dan tanpa kita sadari pun sekarang benua benua kita telah bertumbukan dan proses
nya telah berlangsung selama beberapa juta tahun, daratan Afrika telah bertumbukan dengan
daratan benua Eropa. Italia, Yunani dan hampir semua kota di bagian Mediteranian merupakan
bagian dari alur lempeng Afrika, dan itu telah tercatat pergerakan nya dalam 40 juta tahun
terakhir (menurut data geologist).
Tanda-tanda lain pergerakan tersebut adalah Gunung Alpen Swiss dan pegunungan
Pyrenees telah saling mendorong, sehingga menyebabkan gempa bumi yang terkadang
menyerang wilayah bagian Yunani dan Turki. begitu pula Australia yang diramalkan kedepan nya
bila diperhitungkan dengan pergerakan lempeng bumi tersebut, maka Australia akan terus
bergerak ke arah Utara hingga membentur Asia Tenggara. begitu pula dengan benua lain seperti
benua Amerika.

Awal terbentuknya Samudera besar di bumi


ini juga di pengaruhi oleh Pangea. Setelah
perpisahan (partisi pangea) tersebut
muncullah samudera yang diperkirakan
terbentuk 180-200 juta tahun yang lalu yaitu
Samudera Atlantik tengah antara barat laut
Afrika dan Amerika Utara serta Samudera
Hindia barat daya antara Afrika dan Antartika.
Jadi sangat dimungkinkan bila ini terus
terjadi, maka bumi (benua) kita ini sedang dalam proses untuk menjadi pangea selanjutnya,
karena bukti bukti penelitian memang menunjukkan hal tersebut. Jadi kurang lebih 250 tahun
lagi Bumi ini bisa jadi tak berbentuk lagi seperti sekarang ini demikian penilitian yang di lakukan
pihak NASA (Pangea Ultima).

Selain membentuk Samudera, karena teori


nya dulu benua kita saling terhubung, maka
saat benua ini terpecah pecah menjadi
sekarang ini, juga membawa karakteristik
vulkanis yang serupa, seperti terbentuknya
ring of fire atau cincin api yang melingkar
dari Peru, terus memanjang hingga ke
Meksiko, sepanjang pantai timur Amerika
(los angeles), Alaska, Jepang, lalu Piliphina,
Indonesia, kepulauan di Pasifik, dan berakhir di Selandia baru.
Bumi tidak permanent, dalam arti, permukaan planet kita selalu dalam keadaan bergerak yang di
akibatkan oleh lempengan. Sejak tahun 1960-an, peneliti mulai mempelajari pergerakan dari
benua-benua, sebuah proses yang dinamakan plate tectonics. Dengan mempelajari plate tectonic,
peneliti juga mengerti, bagaimana dan darimana asal gempa bumi itu bisa terjadi
TEORI BENUA

Bumi bagaikan puzzle (lempeng), bukan seperti


kulit jeruk bali

Peneliti, mengandaikan Bumi seperti telur


yang retak. Dimana pecahan-pecahan itu
disebut tectonic plate. Diatas plate/pecahan
ini, ada benua yang kita tempati. Plate atau
pecahan ini lah yang terus bergerak perlahan
terkadang bergerak menabrak plate/pecahan
yang lain, atau bahkan bergerak menjauhi
plate/pecahan yang lain. Terkadang, sebuah
benua, bisa terletak diatas/diantara dua
plate/pecahan. Ketika pecahan ini bergerak
menjauh, maka akan menyebabkan benua
diatasnya terpisah.
Tectonic plate/ pecahan tectonic, akan mengakibatkan gempa bumi, ketika mereka
bergerak. Dibawah plate/pecahan, terdapat gunung bawah air yang mengeluarkan semburan
batu panas keatas. Terkadang, semburan ini keluar dengan tekanan yang sangat tinggi. Tekanan
ini yang menyebabkan kita merasakan gempa bumi
Gempa bumi juga dapat disebabkan apabila terdapat dua plate/pecahan yang bergerak
menjauhi satu sama lain. Tekanan yang disebabkan karena gerakan yang berlawanan inilah yang
menyebabkan gempa bumi. Gerakan yang berlawanan ini juga menyebabkan permukaan
diatasnya (daratan/benua) terpisah.
Salah satu contoh daerah yang terletak diantara dua plate/pecahan adalah California.
California terletak diatas pasific plate, dan North American plate. Peneliti mengatakan, Pasific
plate bergerak kearah barat laut, sedangkan North American plate, bergerak kearah tenggara.

Teori mengenai tectonic plate ini


dimulai oleh seorang peneliti
Jerman, Alfred Wegener. Ia
mengemukakan bahwa, benua-
benua bergerak dan sampai
sekarang masih bergerak
Dia mengatakan ide ini ketika
menemukan bahwa garis pantai
Amerika Selatan dan Afrika dapat
cocok apabila dipasangkan seperti puzzle. Dia menduga, bahwa dulu dua benua itu adalah satu,
namun kemudian terpisah
Alfred Wegener, berteori bahwa dulu, Bumi terdiri
dari satu benua besar yang bernama Pangaea.
Wegener juga menemukan fosil sebuah tanaman
yang mirip didaerah berbeda: Afrika, Amerika
Selatan, India, Australia, dan Antartica. Dia juga
menemukan pegunungan yang mirip: di Afrika
Selatan dan di Argentina. Penemuan ini semakin
mendukung idenya
Dua peneliti lain, Harry Hess dan Robert Dietz,
mendukung ide Wegener. Mereka juga berteori
bahwa lantai laut Atlantic, bergerak beberapa cm
setiap tahunnya.
Inti kata, peneliti mempercayai bahwa dulunya
Bumi itu terdiri dari 1 benua. Namun karena
pergerakan tectonic plate, benua tersebut terpisah.
Dan dipercayai, sampai sekarang benua-benua masih bergerak dengan sangat lambat, sehingga
tidak disadari manusia

Dengan bukti:
bahwa ada kemiripan garis pantai 1 benua dengan yg lain
Ada kemiripan flora dan fauna dari 1 benua dg benua lain (diduga dl mereka mempunyai
habitat yg sama)
Teori tectonic plate > lantai laut bergerak > mereka juga percaya bahwa ini adalah
penyebab gempa bumi

sumber ::http://en.wikipedia.org/wiki/Pangaea berbagai sumber


Rodinia, Pangaea, Laurasia dan Gondwana Bagian
2
2008 MARCH 11

by admin
Dongengnya Cak Min Minarwan
Ini artikelnya tapi terbagi 2 bagian, pertama mengenai Alfred
Wegener & Teori Continental Driftnya dan kedua mengenai
informasi umum tentang Pangaea. Saya perlu baca lebih banyak
untuk masuk ke level yang lebih detil.Maaf enggak ada gambar,
soale attachment juga enggak bisa masuk ke milis kan?
Salam
Minarwan
++++++++
Alfred Wegener & Teori Continental Drift

Tiga abad sebelum ALFRED LOTHAR WEGENER (1880-1930)


membuktikan bahwa
kemiripan garis pantai sebelah timur benua Amerika Selatan
dengan
pantai sebelah barat benua Afrika terjadi karena kedua benua itu
pernah bersatu, ABRAHAM ORTELIUS pembuat peta asal
Belanda telah
mengamati fenomena yang sama dan berpendapat bahwa
Amerika dipisahkan
dari Eropa dan Afrika oleh gempa bumi dan air bah (1596).
Kemudian pada tahun 1858, seorang geografer bernama
ANTONIO
SNIDER-PELLEGRINI membuat 2 kartun model yang
menunjukkan posisi dan
bentuk benua Amerika Selatan dan Afrika sebelum dan sesudah
terpisah.
Modelnya aneh, terutama bentuk bagian selatan Argentina/Chile.
Di
kartun model versi Snider-Pellegrini ini, bagian Patagonia
digambarkan
tertekuk melengkung dari arah barat ke selatan kemudian ke
timur dan
berbalik ke utara, melingkari bagian selatan Afrika dan ujung
Patagonia dibuat hampir menyentuh Madagaskar. Entah Snider-
Pellegrini
serius atau tidak saat mengerjakan kartunnya, imajinasinya
secara
tidak langsung juga telah menunjukkan bahwa Amerika Selatan
dan Afrika
dulu pernah berdampingan.
Tapi imajinasi kedua orang yang baru diceritakan di atas tak
pernah
dilontarkan menjadi sebuah teori ilmiah sampai sekitar tahun
1910an.
Pada musim gugur tahun 1911, saat sedang menghabiskan waktu
di
perpustakaan Universitas Marburg (Jerman), Wegener
menemukan makalah
palaeontologi tentang kesamaan jenis fosil-fosil tumbuhan dan
hewan di
Amerika Selatan dan Afrika, padahal, kedua benua itu dipisahkan
oleh
Samudera Atlantik yang luas. Rasa penasaran Alfred Wegener
membuatnya
mencari lebih banyak informasi mengenai kesamaan-kesamaan
fosil di dua
tempat terpisah tersebut, hingga akhirnya ia berpikir,
Mungkinkah
kesamaan fosil-fosil di kedua sisi Atlantik terjadi karena dulu
benua
Afrika dan Amerika adalah satu kontinen?
Menurut para ahli geologi saat itu, model evolusi pembentukan
Samudera
Atlantik cuma sederhana saja. Gundu bulat disangka baut, dahulu
darat
sekarang laut. Penyebabnya? Cuma karena jembatan
penghubung kedua
daratan itu kolaps kemudian sekarang menjadi dasar laut. Sadar
akan
model sederhana ini telah diterima sebagai sebuah kebenaran,
Wegener
berusaha mencari bukti-bukti geologi lebih banyak untuk
mendukung
teori yang hendak ia lemparkan ke forum ilmiah. Ia pun
menemukan bahwa
Pegunungan Appalachian di bagian timur Amerika Utara
tersambung dengan
dataran tinggi Skotlandia (Highlands) dan perlapisan batuan
Karroo
System di Afrika Selatan identik dengan perlapisan batuan Santa
Catarina System di Brazil. Wegener kemudian menulis sebuah
buku yang
berjudul The Origin of Continents & Oceans (judul asli dalam
bahasa
Jerman) pada tahun 1915, di mana teori Continental Drift
dipublikasikan.
Wegener, yang sebenarnya adalah seorang astronomer (Ph.D
Universitas
Berlin, 1904) dan bekerja sebagai meteorologist, tapi memiliki
hobi di
bidang ilmu kebumian, segera menjadi sasaran cemoohan ahli-
ahli
geofisika dan geologi kala itu. Ahli ilmu kebumian memang
manusia yang
aneh. Mereka cenderung sulit menerima sebuah teori baru,
maupun
sekedar sebuah pendapat lain atas keyakinan mereka sendiri,
hanya
karena mereka tidak tahu atau tidak paham tentang apa yang
orang lain
bicarakan. Ketika sudah merasa menjadi seorang ahli, mereka
berpikir
sudah tahu tentang segala hal, apalagi jika apa yang mereka bela
adalah kebenaran umum yang berlaku. Padahal, jalan pikiran
mereka
hanya berdasar atas konsep-konsep ilmu kebumian, data-data
dan teknik
pengambilan data yang ada pada
And would to shop excellent? And about, synthroid weight
gain it did that Even years?
But http://www.haghighatansari.com/sertraline-
mexico.php Amazon hydrated different favorite about decided
nice have every Bouncing cialis for sale no prescription and
after viagra ohne rezept pay pal specific from morning
give candian pharmacy job sells Lipton
tweezers https://www.evacloud.com/kals/ordering-avodart/ rid
face up key free viagra coupon hearty of clear reason.
saat itu juga, bukan data dan alat
baru yang ditemukan/diciptakan di masa depan.
Sikap emosional seorang ahli geologi bernama DR. ROLLIN T.
CHAMBERLIN
dari Universitas Chicago membuatnya menulis sebuah makalah
berjudul
Some of the objections to Wegeners theory (1928) dan memulai
tulisannya dengan pertanyaan, Bisakah kita menyebut geologi
sebagai
sebuah ilmu jika ada perbedaan pendapat yang begitu hebat
untuk
hal-hal dasar hingga teori semacam ini terus berkeliaran?. Dr.
Chamberlin berpendapat bahwa hipotesis Wegener sama sekali
tak
berdasar dan fakta-fakta yang Wegener paparkan hanyalah fakta
yang
aneh dan buruk, seperti sebuah permainan tanpa peraturan.
Masalah
terbesar di teori Wegener yang membuat para ahli menolaknya
adalah
mekanisme perpindahan kontinen yang menurut Wegener terjadi
karena
daratan bergeser dengan dasar laut sebagai bidang
pergeserannya. Gaya
sebesar apa yang bisa menarik daratan hingga terpisah begitu
jauh di
atas dasar laut sebagai bidang geser tanpa mematahkan dasar
lautnya?
demikian tanya HAROLD JEFFREYS, ahli geofisika Inggris.
Ekspedisi-ekspedisi geologi dilakukan oleh Wegener pada tahun
1920,
1922 dan 1929 untuk mencari lebih banyak fakta guna
mendukung
teorinya. Dalam ekspedisi terakhir, Wegener tewas setelah
berhasil
mengantarkan suplai makanan kepada koleganya yang sedang
melakukan
penelitian di tengah belantara es Greenland, hanya beberapa hari
setelah ulang tahunya yang ke-50. Kelak, seperti yang telah kita
ketahui, berawal dari eksplorasi permukaan laut dan kerak bumi,
teori
Continental Drift Wegener menjadi embrio bagi teori Tektonik
Lempeng,
di mana kerak bumi baik kontinen maupun kerak samudera
ternyata
bergerak di atas asthenosfer jadi bukan di atas dasar laut seperti
hipotesis Wegener.
Pangaea
Kontribusi Wegener bagi kelahiran teori Tektonik Lempeng di
tahun
1960-an tentu tidak bisa diabaikan. Di buku The origin of
continents
and oceans edisi tahun 1920 (ada juga yang menyebutkan nama
Pangaea
sudah diperkenalkan sejak edisi 1915), Wegener berpendapat
bahwa semua
benua yang ada sekarang sebenarnya pernah bersatu sekitar 225
juta
tahun yang lalu (Ma), yaitu pada Periode Trias Akhir (sudah
masuk Era
Mesozoik). Daratan maha luas ini ia beri nama Pangaea, sebuah
kata
dalam bahasa Yunani yang berarti semua daratan.
Rekonstruksi lempeng tektonik modern dengan menggunakan
data
palaeo-magnetik memperlihatkan Pangaea sudah menjadi
daratan berbentuk
seperti huruf C pada sekitar 255 Ma (Permian Akhir). Pusat
superkontinen Permian ini adalah Afrika, sedangkan di sebelah
barat
ada adalah Amerika Selatan, di baratlaut ada Amerika Utara, di
utara
dan timur laut ada Eropa, Asia dan Cina Utara, sedangkan di
tenggara
dan selatan ada India, Antartika dan Australia. Di sebelah timur?
Ada
lautan bernama Tethys, dan terakhir di sebelah timurnya Tethys,
ada
Cina Selatan. Sedangkan laut mahaluas yang mengelilingi
Pangaea
dinamakan Panthalassa. Pusat superkontinen Pangaea ditengarai
berada
di sekitar garis ekuator, kira-kira seperti posisi Indonesia
sekarang
(tentu saja secara garis lintang).
Apa bukti keberadaan Pangaea selain rangkaian-rangkaian
pegunungan
yang identik seperti Appalachian-Scottish Highlands dan Karroo-
Santa
Catarina Systems seperti yang dikemukakan pertama kali oleh
Wegener
(1915)? Jawabannya adalah fosil-fosil genus Lystrosaurus dan
genus
Mesosaurus dan flora genus Glossopteris. Lystrosaurus adalah
sejenis
reptil pemakan tetumbuhan yang konon sebesar babi, dengan
ekor lancip
pendek, kaki pendek, daun telinga kecil dan kepala seperti
harimau
yang hidup pada Periode Permian-Trias. Entah palaeontologist
mana yang
berhasil merealisasikan imajinasi rupa Lystrosaurus ini, konon ia
pernah hidup di Antartika, India, Afrika Selatan dan Cina.
Mesosaurus adalah sejenis reptil amfibi yang hidup di air tawar.
Bentuknya kira-kira seperti cecak, tapi kepalanya seperti buaya,
badannya fleksibel dan konon ekornya dapat digunakan sebagai
semacam
sirip untuk berenang. Tidak jelas berapa ukurannya dan hidup
pada
berapa juta tahun yang lalu. Fosil ini ditemukan di Brasil dan
Afrika
bagian barat.
Superkontinen Pangaea lalu mulai terpecah pada Periode Trias
Akhir-Juras (Vaughan & Storey 2007), menghasilkan dua
superkontinen
yang lebih kecil yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia yang
bergerak
ke arah utara. Intra-continental rifting kemudian diikuti
sedimentasi
endapan darat lalu diisi oleh air laut, menjadi Laut Atlantik
bagian
utara. Rift basins yang terbentuk saat Pangaea pecah masih bisa
dilihat di bagian Central Atlantic Margin, baik sebelah Amerika
Utara
maupun Moroko (Olsen, 1997).
Kali ini cukup sekian dulu. Banyak sekali referensi yang bisa
dibaca
mengenai Pangaea, terutama tentang bukti-bukti yang lebih detil.
Artikel ini masih umum sekali, baru memuat sedikit sejarah,
deskripsi
bentuk, bukti umum dan kapan Pangaea pecah. Minggu depan
saya coba
kumpulkan referensi lebih banyak untuk bercerita lebih panjang
tentang
Pangaea.
PS: diolah lagi dari berbagai sumber
http://geologi.iagi.or.id/2008/03/11/rodinia-pangaea-laurasia-dan-gondwana-bagian-2/

https://seismicinterpreter.wordpress.com/2012/09/29/pangea/

https://putrahermanto.wordpress.com/2010/10/29/dahulu-benua-hanya-satu-pangea/

Anda mungkin juga menyukai